Dulu Tantang Prabowo Berikan Kursi Menteri Pendidikan ke Muhammadiyah jika Jadi Presiden, Kini Abdul Mu'ti Langsung Ditunjuk
Sosok Abdul Mu'ti yang pernah tantang Prabowo berikan kursi Menteri Pendidikan ke kader Muhammadiyah.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menjadi salah satu orang dari 42 tokoh yang dipanggil oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto ke kediamannya di Jalan Kertanegara IV, Kebayoran, Jakarta Selatan.
Usai menghadiri pertemuan, Mu'ti mengisyaratkan jika Prabowo memintanya memimpin Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Dia disebut diberi amanat untuk memajukan pendidikan yang menjadi kunci dari pembangunan negara.
- Bantah Ditawari Kursi Kepala Badan, PDIP Ungkap Misi Khusus Pramono Bertemu Prabowo
- Profil Abdul Mu'ti, Calon Menteri Pendidikan Dasar yang Dulu Tolak Jadi Wamen Era Jokowi
- Sosok Abdul Mu’ti Calon Menteri Pendidikan Prabowo di Mata Pemuda Muhammadiyah
- Nadiem Out! Abdul Mu’ti Diberi Kursi Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah
"Tadi Pak Prabowo menyampaikan memberikan amanah kepada saya untuk memimpin Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dan insyaAllah saya didampingi oleh wakil menteri," katanya di Kertanegara, Senin (14/10) malam.
Sebelumnya, Mu'ti sendiri pernah menantang Prabowo untuk memberikan kursi Menteri Pendidikan kepada kader Muhammadiyah.
Hal itu diungkapkan saat Prabowo menghadiri acara dialog publik di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) pada 24 November 2023 lalu.
"Saya ada satu pertanyaan saja, pertanyaannya waktu saya ketemu Bapak di Jakarta, Bapak menyampaikan kalau nanti Menteri Pendidikan itu akan diberikan ke Muhammadiyah apakah itu masih berlaku?" tanya Mu'ti pada saat itu.
Pada saat itu, Prabowo tidak menjawab spesifik pertanyaan Mu'ti. Namun, dia berjanji bahwa kursi menteri di kabinetnya akan diisi oleh putra putri terbaik bangsa, termasuk kader Muhammadiyah.
Mu'ti tampak belum puas dengan jawaban Prabowo itu. Dia pun kembali menegaskan pertanyaannya, "Tidak Menteri Pendidikan, pak?". Hal itupun langsung mengundang gelak tawa dari hadirin yang datang.
Kini, setelah menjadi presiden terpilih, Prabowo benar-benar memanggil Abdul Mu'ti di enam hari menjelang pelantikannya yang akan dilaksanakan pada 20 Oktober 2024 mendatang. Kader Muhammadiyah itu disebut bakal menjadi calon Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah.
Diketahui, jika dalam kabinet di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) nantinya akan dipecah menjadi beberapa kementerian. Sebelumnya, jabatan Mendikbud sendiri diduduki oleh Nadiem Makarim.
Jabatan Menteri Pendidikan memang kerap kali diduduki oleh sejumlah tokoh dari Muhammadiyah sejak zaman awal kemerdekaan. Contohnya, Menteri Pendidikan pertama Indonesia Ki Hadjar Dewantara juga merupakan kader Muhammadiyah.
Kemudian, jabatan tersebut juga pernah diisi oleh kader-kader lain seperti Teukur Muhammad Hasan, Bambang Sudibyo, hingga Muhadjir Effendy yang menjabat pada 2016 sampai 2017 lalu.
Peran Muhammadiyah di Bidang Pendidikan
Sebagai catatan, Mumammadiyah memang menjadi organisasi Islam yang memiliki kontribusi besar terhadap pendidikan di Indonesia. Tak heran, kursi menteri pendidikan kerap diisi oleh tokoh-tokoh dari Muhammadiyah.
Organisasi yang didirikan oleh Ahmad Dahlan pada tahun 1912 ini pernah berperan mengembangkan pendidikan sebagai upaya pemberantasan buta huruf. Sekolah yang didirikan oleh Muhammadiyah juga menjadi jembatan bagi rakyat Indonesia untuk memperoleh pendidikan yang layak.
Sebab pada zaman dulu, tidak semua rakyat pribumi dapat mengenyam pendidikan. Pada tahun 1923, Muhammadiyah telah mendirikan empat sekolah di Yogyakarta.
Sekolah Muhammadiyah tersebut setara dengan Holland Inlandsche School (HIS), yang saat itu hanya dapat dinikmati oleh keturunan priayi atau bangsawan.
Pada 1937, Muhammadiyah sudah memiliki 986 lembaga pendidikan dengan jumlah peserta didik sebanyak 160.182 siswa.
Melansir dari laman uinjkt, data terbaru menunjukkan jika Muhammadiyah kini memiliki 172 PTMA (Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah).
Di mana 85 di antaranya berbentuk universitas dan sisanya berbentuk institut atau sekolah tinggi. Kemudian ada 9 PTA (Perguruan Tinggi Aisyah).
Selain itu, Muhammadiyah juga mengelola 20.233 satuan pendidikan pra sekolah, 1.432 SD, 1.385 MI, 246 SMP, 578 MTs, 535 SMA, 218 MA, 616 SMK, 50 SLB, 440 pesantren, 324 Madrasah Diniyah Takmiliyah, 1.031 TPQ, dan 109 PKBM.
Fasilitas pendidikan tersebut tersebar di seluruh penjuru nusantara bahkan di daerah dengan minoritas Muslim. Seperti Papua, NTT, dan Sulut.
Semua AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) di bidang pendidikan tersebut menunjukkan komitmen kuat Muhammadiyah dalam mencerdaskan dan mencerahkan masa depan umat dan bangsa.