Erupsi Lagi, Intip Sejarah Gunung Lewotobi dan Fakta Menariknya
Gunung Lewotobi yang terletak di Flores Timur memiliki sejarah erupsi yang panjang dan masih aktif hingga kini.
Gunung Lewotobi terletak di tenggara Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan dikenal sebagai gunung berapi kembar yang memiliki dua puncak. Puncak yang lebih tinggi disebut Gunung Lewotobi Perempuan, dengan ketinggian mencapai 1.703 meter di atas permukaan laut, sedangkan puncak Lewotobi Laki-Laki sedikit lebih rendah, dengan ketinggian sekitar 1.584 meter.
Kedua puncak tersebut berdampingan dan hanya terpisah sejauh dua kilometer, serta dikenal karena aktivitas vulkaniknya yang berlangsung terus-menerus sepanjang sejarah. Masyarakat setempat memandang Lewotobi sebagai simbol dari pasangan "suami-istri" yang berbentuk gunung.
- Alami Erupsi, Ini 5 Fakta Gunung Ili Lewotolok yang Kawahnya Berbentuk Bulan Sabit
- Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Jumlah Pengungsi Mencapai 2.331 Orang
- Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, Tiga Desa di Flores Timur Tertutup Abu Vulkanik
- Gunung Lewotobi Flores Timur Erupsi, PVMBG Minta Masyarakat Waspada Gas Beracun
Sejak abad ke-20, aktivitas kedua gunung ini sering kali bergejolak, yang berdampak tidak hanya pada lingkungan sekitar tetapi juga pada kehidupan penduduk di Flores Timur. Ahli vulkanologi John Seach menjelaskan dalam volcanolive.com bahwa Lewotobi merupakan tipe gunung berapi andesit yang terkenal dengan letusannya yang bersifat magmatik eksplosif.
Dalam sejarahnya, letusan yang signifikan telah terjadi di kedua puncak ini, mulai dari abad ke-19 hingga yang terbaru pada awal tahun 2024. Letusan terbaru terjadi pada Senin, 4 November 2024, yang menyebabkan korban jiwa. Berikut adalah ringkasan mengenai sejarah aktivitas Gunung Lewotobi beserta dampaknya, yang dirangkum oleh Liputan6 pada tanggal 4 November.
Sejarah Aktivitas Erupsi di Gunung Lewotobi
Gunung Lewotobi telah mengalami beberapa letusan yang signifikan, dengan variasi dalam skala dan dampaknya. Pada tahun 1932, Lewotobi Laki-Laki mulai menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanik melalui letusan gas.
Kemudian, pada bulan Desember 1933, gunung ini kembali meletus dengan letusan abu yang cukup besar. Selanjutnya, letusan besar terjadi pada tahun 1939, enam tahun setelah erupsi sebelumnya, yang menunjukkan pola siklus yang khas.
Setelah lebih dari lima dekade tidak aktif, Lewotobi Laki-Laki kembali meletus pada tahun 1991, dengan aktivitas vulkanik yang cukup kuat terjadi pada bulan Mei dan Juni. Erupsi paling merusak tercatat pada tahun 1999, ketika terdengar gemuruh dan semburan lava menyala yang menjangkau radius 500 meter dari kawah.
Letusan ini juga menyebabkan kebakaran hutan di area seluas lebih dari 2,5 kilometer, dengan penyebaran abu vulkanik mencapai radius 8 kilometer, yang menjangkau wilayah seperti Boru, Bawalatang, dan Watukobu.
Letusan Terbaru dan Status Terkini
Gunung Lewotobi tetap aktif hingga saat ini. Pada tahun 2023, gunung ini mengalami erupsi yang signifikan, dan intensitas letusannya meningkat pesat hingga awal tahun 2024.
Pada tanggal 9 Januari 2024, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengumumkan peningkatan status Gunung Lewotobi menjadi Level IV, yang berarti "Awas". Dengan status ini, masyarakat diimbau untuk menjauh dari area dalam radius empat kilometer dari kawah, mengingat adanya kemungkinan erupsi susulan.
PVMBG juga mengingatkan agar penduduk yang tinggal di sekitar gunung tetap waspada dan mengikuti arahan evakuasi jika diperlukan. Pemerintah daerah melakukan pengawasan yang ketat terhadap aktivitas vulkanik yang masih berlangsung hingga saat ini.
Dalam situasi darurat seperti ini, keselamatan masyarakat menjadi prioritas utama, dan semua langkah diambil untuk mengurangi risiko yang mungkin terjadi akibat aktivitas gunung berapi.
Struktur dan Morfologi Gunung Lewotobi
Gunung Lewotobi dikenal karena memiliki dua kawah dengan ukuran yang berbeda. Kawah yang terletak di puncak Lewotobi Laki-Laki memiliki diameter 400 meter dan menghadap ke arah utara, sementara kawah Lewotobi Perempuan memiliki lebar sekitar 700 meter.
Keberadaan dua kawah ini tidak hanya menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan, tetapi juga menjadi lokasi penting bagi para ahli vulkanologi. Hal ini disebabkan oleh aktivitas vulkanik yang sering kali berasal dari kedua kawah tersebut.
Menurut John Seach, aktivitas vulkanik di Lewotobi termasuk dalam kategori letusan magmatik eksplosif, yang merupakan karakteristik khas gunung berapi jenis andesit. Letusan seperti ini dapat menghasilkan abu vulkanik dalam jumlah yang signifikan, yang kemudian tersebar hingga beberapa kilometer.
Dampak dari penyebaran abu ini dapat menyebabkan gangguan di wilayah sekitarnya, sehingga pemantauan terhadap aktivitas vulkanik di kawasan ini menjadi sangat penting.
Pengaruh Aktivitas Vulkanik terhadap Kehidupan Masyarakat
Gunung Lewotobi, sebagai gunung berapi yang masih aktif, sering menimbulkan rasa cemas di antara warga sekitar. Contohnya, letusan besar yang terjadi pada tahun 1999 telah merusak kawasan pemukiman serta lahan pertanian yang ada di sekitarnya. Selain itu, abu vulkanik yang tersebar luas juga mengganggu kesehatan penduduk dan aktivitas ekonomi mereka.
Banyak warga yang mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun letusan gunung berapi ini berdampak besar pada kesuburan tanah dan ekosistem di wilayah tersebut. Aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat sering kali terganggu setiap kali gunung ini menunjukkan tanda-tanda peningkatan aktivitas vulkanik.
Apakah Gunung Lewotobi masih aktif?
Gunung Lewotobi tergolong sebagai gunung berapi yang masih aktif, dengan aktivitas terakhir yang tercatat pada Januari 2024. Pada saat itu, PVMBG mengumumkan status gunung ini menjadi Level IV atau "Awas," yang menunjukkan potensi bahaya yang tinggi.
Selanjutnya, letusan terjadi pada Senin pagi, (4/11), yang mengakibatkan adanya korban jiwa. Hal ini menegaskan bahwa kondisi di sekitar gunung berapi tersebut sangat berisiko dan memerlukan perhatian serius dari pihak berwenang.
Berapa tinggi kedua puncak Gunung Lewotobi?
Gunung Lewotobi terdiri dari dua puncak yang berbeda, yakni Lewotobi Perempuan yang menjulang setinggi 1.703 meter dan Lewotobi Laki-Laki yang memiliki ketinggian sedikit lebih rendah, yaitu 1.584 meter. Kedua puncak ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendaki dan pecinta alam yang ingin menikmati keindahan alam sekitar.
Apa penyebab utama letusan Gunung Lewotobi?
Gunung Lewotobi mengalami letusan akibat aktivitas magmatik yang merupakan ciri khas dari gunung berapi jenis andesit. Tekanan yang terbentuk di dalam kawah gunung ini pada akhirnya menyebabkan pelepasan material vulkanik ke permukaan.
Gunung Lewotobi Erupsi Lagi
Gunung Lewotobi yang masih aktif hingga saat ini merupakan contoh nyata dari kekuatan alam yang berdampak pada kehidupan penduduk di Pulau Flores. Aktivitas vulkanik gunung ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam beberapa hari terakhir, dan mencapai puncaknya dengan terjadinya erupsi pada malam Minggu hingga dini hari Senin (4/11). Dalam peristiwa letusan tersebut, dilaporkan bahwa sekitar 10 orang kehilangan nyawa mereka.