Jauh dari Keramaian, Satu Keluarga Tinggal di Tengah Hutan Sendirian Puluhan Tahun
Sebuah keluarga di Kulon Progo Yogyakarta memilih untuk tinggal di tengah hutan dan membangun rumah sederhana. Mereka menggantungkan hidup dengan cara bertani. Simak ulasannya sebagai berikut.
Tinggal di tempat yang jauh dari keramaian adalah cita-cita sebagian orang yang mencari ketenangan dalam hidup. Biasanya mereka akan membangun rumah di tengah hutan dan hidup dengan cara bertani dan beternak.
Hal tersebut dilakukan oleh seorang pasangan suami istri di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Mereka membangun rumah di tengah hutan tanpa ada tetangga satu orang pun.
-
Kapan Ujung Kulon Janggan buka? Ujung Kulon Janggan dibuka mulai pukul 07.00 hingga 18.00.
-
Kapan promo KURMA berakhir? Nasabah dapat memanfaatkan promo ini hingga 30 April untuk 1.500 nasabah pertama.
-
Apa yang ditemukan di hutan purba tersebut? Ratusan fosil batang pohon dan bagian lain dari pohon ditemukan di hutan purba ini.
-
Kapan madu hutan menjadi populer? Madu hutan pun menjadi populer karena rasanya yang berbeda dan berbagai manfaat kesehatannya yang luar biasa.
-
Kuluk Dugan itu apa? Salah satu bagian dari jenis pakaian adat tradisional dari Bengkulu ini berupa kain tenun yang berfungsi sebagai penutup tubuh bagian atas wanita dewasa. Setiap suku dan daerah di Indonesia pastinya memiliki ciri khas berupa pakaian adat yang menjadi identitas asal.
-
Apa yang menjadi daya tarik Curug Kadu Punah? Airnya segar, pemandangan yang masih asri dan tak ada sampah menjadi daya tarik wisata ini.
Seperti apa kehidupan pasangan suami istri tersebut dan bagaimana keseharian mereka selama tinggal di rumah hutan? Simak ulasannya sebagai berikut.
Tinggal di Tengah Hutan selama 50 Tahun
©2023 Merdeka.com/youtube.com/jejakbangibra
Sebuah video yang diunggah oleh channel Youtube Jejak Bang Ibra memperlihatkan seorang pasangan suami istri yang tinggal di sebuah rumah di tengah hutan, jauh dari keramaian.
Pasangan Ibu Seneng dan Bapak Minto tersebut memilih untuk tinggal jauh dari pusat kota karena menginginkan ketenangan.
Jarak dari jalan raya menuju ke rumah keluarga Pak Minto itu sekitar 500 meter dan tidak bisa dilewati oleh kendaraan bermotor.
Ibu Seneng mengaku bahwa dirinya dan sang suami sudah tinggal di tempat tersebut selama kurang lebih 50 tahun.
Bekerja sebagai Petani
©2023 Merdeka.com/youtube.com/jejakbangibra
Jauh dari keramaian tidak membuat Ibu Seneng dan Pak Minto melupakan pekerjaannya. Mereka berdua menggantungkan hidupnya dengan menjadi seorang petani.
Ibu Seneng mengatakan bahwa dirinya menanam berbagai macam tanaman seperti singkong, jamu tumpang sari, dan lain sebagainya. Sementara itu, untuk kebutuhan airnya, keluarga ini masih menggunakan air sumur dengan bantuan timba dan tali.
“Tani, nanam singkong, nanam jamu. (Air ambil) di sumur (pakai) timba,” ujar ibu Seneng.
Jarang ke Pasar dan Menganyam
©2023 Merdeka.com/youtube.com/jejakbangibra
Ibu Seneng mengaku bahwa dirinya jarang pergi ke pasar. Kalaupun perlu berbelanja, ia hanya datang ke warung kecil setiap 10 hari sekali.
“10 hari sekali ke pasar itu. Nggak pasti. Di warung-warung,” terang Ibu Seneng.
Selain itu, Ibu Seneng juga melakukan aktivitas lainnya selain bertani, yaitu menganyam dan mengambil rumput untuk hewan ternaknya.
“Ya kalau nggak nganyam juga di ladang, ambil rumput (untuk kambing),” lanjut Ibu Seneng.
Ladang dan Hewan Ternak di Belakang Rumah
©2023 Merdeka.com/youtube.com/jejakbangibra
Kondisi rumah ibu Seneng dan bapak Minto di tengah hutan cukup otentik. Pasalnya, mereka tinggal dengan fasilitas rumah yang seadanya. Di belakang rumah mereka terdapat sebuah sumur dan ladang untuk bertani.
Halaman belakang rumah ibu Seneng dan Pak Minto sangatlah luas. Di belakang rumah terdapat kamar mandi dan toilet. Tepat di sampingnya, ada sebuah kandang kambing untuk hewan ternak mereka.
Ibu Seneng juga melakukan aktivitas memasak masih menggunakan kayu bakar yang ditumpuk di belakang rumah mereka.