Kisah Pria Ini Putus Pendidikan di AAU, Kini Sukses Menjadi Bos Transportasi Terbesar di Yogyakarta
Di balik nama besar Joglosemar sebagai salah satu moda transportasi umum populer di Yogyakarta, ternyata ada kisah menarik dari sang pemilik.
Di balik nama besar Joglosemar sebagai salah satu moda transportasi umum populer di Yogyakarta, ternyata ada kisah menarik dari sang pemilik.
Kisah Pria Ini Putus Pendidikan di AAU, Kini Sukses Menjadi Bos Transportasi Terbesar di Yogyakarta
Bagi para pengguna transportasi umum di Yogyakarta dan Semarang pasti tidak asing dengan perusahaan Joglosemar.
Joglosemar merupakan perusahaan transportasi umum yang bergerak di bidang Shuttle Bus dan Travel dengan melayani rute Yogyakarta, Klaten, Solo, Boyolali, Salatiga, Semarang, Magelang, Temanggung, Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, dan Purwokerto.
- Masalah Parkir dan Transportasi umum, Pramono Anung akan 'Berguru' ke Foke dan Bang Yos
- Bus Rombongan Pelajar Yogyakarta Wisata ke Bali Kecelakaan, Tertimpa Tiang Listrik di Jalur Singaraja-Denpasar
- Pemprov DKI Sediakan Banyak Transportasi Umum, Faktanya Cuma Dipakai Segelintir Warga Jakarta
- Perusahaan Bus Pariwisata ini Ternyata Milik Jenderal TNI, Sosoknya Pernah Jadi Kasad di Era 3 Presiden RI yang Berbeda
Kesuksesan perusahaan ini dalam dunia bisnis ternyata tak semudah yang dibayangkan, terlebih ada kisah menarik di balik sosok sang pemilik.
Meski mampu mengembangkan beberapa bisnis transportasi, siapa yang menyangka bahwa pemilik Joglosemar sempat jatuh bangun dalam merintis bisnis.
Seperti apa kisah selengkapnya? Dilansir dari YouTube Angkringan Dakwah, Minggu (26/5) berikut ulasannya.
Mantan Taruna AAU Jadi Pengusaha Transportasi
Pemilik Joglosemar yang akrab disapa Agung menceritakan pengalamannya hingga mampu meraup kesuksesan di bisnis transportasi.Agung ternyata pernah menempuh pendidikan di Akademi Angkatan Udara (AAU) dan sempat berkesempatan untuk masuk kecabangan pilot.
"Saya alhamdulillah sempat menempuh pendidikan di Akademi Angkatan Udara (AAU) jadi saya masuk angkatan 83 dan pada tingkat tiga setiap taruna AAU itu dites kembali untuk masuk kecabangan, salah satunya adalah untuk dites menjadi pilot," ucapnya.
Nasib tak mampu dipegang, Agung justru memilih untuk mundur dari TNI AU setelah menamatkan pendidikan sebagai taruna AAU.
"Jadi singkat cerita saya sempat mengenyam pendidikan itu meskipun saya tidak berlanjut meniti karier di TNI AU. Jadi ketika tahun 87 tamat di TNI AU gak lama saya mengundurkan diri dari TNI AU." tambahnya.
Sadar dengan statusnya yang kembali menjadi warga sipil pun membuatnya harus berputar otak.
Agung sempat mencoba berbagai jenis pekerjaan setelah mundur dari TNI AU. Bahkan beberapa pekerjaan serabutan juga pernah ia lakukan.
"Bahwa ketika saya menjadi masyarakat sipil saya harus memulai dari awal. Tentu saja ada prosesnya dan semua itu tidak ada yang seketika."
"Ketika saya kembali menjadi masyarakat sipil, berbagai profesi saya jalani seperti jadi sopir angkot, terus saya juga pernah menjadi sales mobil, tukang kerupuk," sambungnya lagi.
Awal Mula Karier di Dunia Travel
Agung mengaku jalan hidupnya sebagai seorang pebisnis dimulai saat ia bekerja di sebuah kantor sebagai seorang office boy.
Karena ketekunannya, ia pun sampai mendapat kesempatan untuk promosi jabatan hingga level manajer.
"Saya pernah jadi office boy di sebuah kantor, itu awal mulanya saya berkecimpung di dunia travel. Saya merangkap-rangkap jadi sopir, tukang cuci mobil, akhirnya saya dipercaya untuk memegang cabang jadi Branch Manager. Tapi proses itu sekali lagi tidak tiba-tiba saya merintis dari bawah. Saya butuh 1 tahun lebih."
"Jadi mulainya sopir, naik jadi staff, naik jadi supervisor, akhirnya jadi manajer," kata Agung.
Modal selama bekerja ia menabung untuk mendirikan perusahaan miliknya sendiri. Bahkan ia sampai rela menjual vespa kesayangannya demi menyewa satu tempat usaha sederhana.
"Selama satu tahun lebih jadi manajer, saya mendirikan sendiri perusahaan dengan modal nekat. Waktu itu dari gaji selama kerja saya bisa beli vespa, ketika niat membuka usaha sendiri vespa itu saya jual untuk sewa tempat."
"Sewa tempatnya bukan sewa tempat yang gimana, bekas garasi mobil jadi kantor. Di situ saya sewa satu petak, peralatan juga saya gak punya, pertama kali saya beli mesin tik ya mesin tik bekas, jaman dulu kan gak ada email ya adanya faximile, saya berlangganan di wartel. Alhamdulillah dalam waktu satu tahun saya membawa perusahaan saya sedemikan rupa dan sempat beli kendaraan," ucapnya.
Usaha pertamanya pun tidak langsung terjun ke bidang transportasi, namun ia memilih pelayanan jasa perjalanan wisata. Bahkan sampai saat ini perusahaan tersebut masih berdiri.
"Jadi pertama kali di situ perusahaan tour & travel bernama Panorama," jelasnya.
Kariernya sebagai seorang pebisnis kembali ditambah dengan mendirikan perusahaan transportasi umum Joglosemar pada tahun 2005.
Alasannya pun terbilang unik karena berawal dari keresahan pada dirinya melihat pelayanan publik yang kurang memadai pada masa itu.
"Sampai akhirnya saya membuat Joglosemar. Joglosemar itu sampai sekarang kalau gak salah 20 tahun. Sebenarnya Joglosemar itu adalah bentuk keprihatinan saya melihat sistem pelayanan transportasi umum. Karena saya ada keterikatan dengan Kota Semarang. Waktu itu dari Jogja ke Semarang itu udah gak ada mobil," ujarnya.
Nama Joglosemar ia ambil dari singkatan tiga kota yaitu "Jogja Solo dan Semarang". Meski demikian, usahanya tetap melayani banyak rute perjalanan termasuk hingga ke daerah Purwokerto.
"Jadi dulu waktu saya masih kecil sering dengar kata Joglosemar. Saya fokus melayani di Jogja, Solo dan Semarang. Tapi sempat ada permintaan, saya juga masuk ke Purwokerto," tambahnya.