Kisruh Warisan Anak Pendiri Singapura Lee Kuan Yew, Berawal dari Wasiat Mendiang
Pada tahun 2011, mendiang Lee Kuan Yew menyampaikan kepada sebuah surat kabar di Singapura bahwa ia menginginkan rumahnya dihancurkan.
Lee Hsien Loong, Perdana Menteri Singapura ketiga dan telah menjabat sejak 12 Agustus 2004, kini tengah menjadi perhatian publik akibat isu sengketa harta warisan yang melibatkan dirinya dan adiknya, Lee Hsien Yang. Seperti yang dilaporkan oleh US News pada Kamis (24/10/2024), konflik ini muncul ketika ketiga saudara, yaitu Lee Hsien Loong, Lee Wei Ling, dan Lee Hsien Yang, tidak sepakat mengenai rumah warisan dari ayah mereka, Lee Kuan Yew, yang dikenal sebagai pendiri Singapura, setelah kepergiannya pada tahun 2015.
Berdasarkan berbagai laporan, nilai rumah tersebut mencapai USD 17 juta, yang setara dengan sekitar Rp 265 miliar. Dalam sebuah unggahan di Facebook, Lee Hsien Yang menyatakan niatnya untuk mengajukan permohonan merobohkan rumah yang terletak di 38 Oxley Road tersebut dan menggantinya dengan sebuah rumah kecil untuk keluarga.
- Sang Anak Temukan Rapor hingga Ijazah Jadul Milik Ayahnya, Banyak Nilai Merah hingga Izin Sakit 50 Hari
- Melihat Sisa Kejayaan Jalur Kereta Api Rangkasbitung - Pandeglang, Rel Ditumbuhi Pohon dan Tembus ke Rumah Warga
- Pasutri Kaya Raya Tak Punya Anak Meninggal Dunia, Rumah Mewah Miliknya Terbengkalai Masih Penuh Perabotan
- Peristiwa Aneh Sebelum Ibu Bunuh Anak Kandung di Bekasi
"Setelah saudara perempuan saya meninggal, saya adalah satu-satunya pelaksana wasiat yang masih hidup dari harta warisan ayah saya, Lee Kuan Yew," ungkap Lee Hsien Yang.
"Dalam surat wasiatnya, ia menginginkan agar rumah tersebut dirobohkan 'segera setelah' Wei Ling pindah dari rumah tersebut. Merupakan tugas saya untuk melaksanakan keinginannya sepenuhnya sesuai hukum," tambahnya.
Di sisi lain, Lee Hsien Loong berpendapat bahwa keputusan mengenai properti tersebut sebaiknya diserahkan kepada pemerintah, termasuk kemungkinan untuk mempertahankannya sebagai bangunan bersejarah. Namun, baik Lee Wei Ling yang telah meninggal pada 9 Oktober lalu, maupun Lee Hsien Yang, berargumen bahwa rumah satu lantai yang dibangun pada tahun 1898 di pusat Singapura itu harus dihancurkan sesuai dengan keinginan ayah mereka.
Pemerintah Singapura Sedang Mengevaluasi Permohonan Lee Hsien Yang
Lee Kuan Yew pernah menyatakan kepada surat kabar Straits Times pada tahun 2011 bahwa ia menginginkan rumah tersebut dihancurkan. Ia berpendapat bahwa jika rumah itu dibuka untuk umum, maka akan "menjadi berantakan," dan berharap pembongkaran tersebut dapat meningkatkan nilai tanah di sekitarnya.
Di sisi lain, Kementerian Pembangunan Nasional Singapura menyatakan bahwa mereka telah menerima permohonan dari Lee Hsien Yang.
"Pemerintah akan mempertimbangkan dengan saksama berbagai masalah yang terkait dengan properti tersebut pada waktunya, dengan mempertimbangkan keinginan Tuan Lee Kuan Yew dan kepentingan publik, termasuk mempertimbangkan setiap permohonan terkait properti tersebut," jelas kementerian itu.