Mengenang Adnan Menderes, PM Turki Pro Islam Mati Digantung Penerus Kemal Ataturk
Mengenang tokoh pro Islam Turki Adnan Menderes, yang tewas digantung pengikuti presiden pertama Mustafa Kemal Ataturk.
Presiden pertama Turki, Mustafa Kemal Ataturk mendadak jadi sorotan usai namanya diusulkan sebagai nama jalan di wilayah Menteng, Jakarta Pusat. Sebab, rencana pengabadian nama tokoh sekuler Turki itu justru menuai penolakan dari sejumlah pihak.
Banyak orang menyebut, pemilihan nama tersebut dianggap keliru lantaran Ataturk dinilai sebagai sosok yang kerap merugikan Islam. Sejarawan dari Universitas Indonesia Tiar Anwar Bachtiar, bahkan mengusulkan pemerintah untuk mencari nama negarawan Turki lainnya.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di Turki? Arkeolog yang menggali di kawasan selatan Turki, tepatnya di Gundukan Accana atau dikenal sebagai Eski Alalah, menemukan sebuah prasasti huruf paku berusia 3.500 tahun yang berisi tulisan daftar belanjaan.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Turki? Arkeolog di Turki menemukan eyeliner atau celak mata saat melakukan penggalian di Yeşilova Höyük atau Gundukan Yeşilova yang terletak di distrik Bornova, Provinsi Izmir.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Turki? Arkeolog di Turki menemukan prasasti atau lempengan batu saat melakukan penggalian di kastil Silifke yang terletak di atas bukit di Provinsi Mersin.
-
Apa yang diprotes bocah Turki itu? Dengan nada tinggi, bocah itu memprotes alasan penjual toko menjual produk Israel.
-
Apa yang ditemukan dalam penggalian di Turki? Sekelompok arkeolog Turki menemukan tengkorak yang diperkirakan berusia 6.000 tahun di salah satu dari sembilan makam selama penggalian di distrik Afsin, Kahramanmaras, Turki.
-
Mengapa penemuan patung di Turki ini dianggap penting? Artefak ini memberikan petunjuk penting tentang kehidupan manusia pada masa itu, serta tentang perkembangan seni dan budaya di wilayah Anatolia.
Hal tersebut tentu mengingatkan kita dengan tokoh pro Islam di Turki, Adnan Menderes. Mantan Perdana Menteri itu tewas digantung oleh penerus Kemal Ataturk yang menjunjung sekulerisme karena dituduh mempunyai niat menggantikan paham sekuler dengan Islam. Simak ulasannya:
Mengenang Sosok Adnan Menderes
Ali Adnan Artekin Menderes atau lebih dikenal dengan nama Adnan Menderes, merupakan seorang negarawan Turki dan pimpinan pertama yang dipilih secara demokratis dalam sejarah Turki.
Ia menjabat sebagai Perdana Menteri Turki antara tahun 1950–1960. Selama masa kepemimpinannya, Menderes berhasil membawa Turki mengalami berbagai kemajuan dan pembangunan.
Foto: wikipedia ©2021 Merdeka.com
Sejak masih duduk di bangku kuliah, Menderes sudah aktif mengikuti pendidikan militer. Ia bahkan terlibat perang pembebasan negaranya melawan tentara pendudukan antara tahun 1920-1923.
Setelah itu, Menderes mulai terlibat di dunia politik dengan masuk Partai Rakyat Republik. Ia terpilih menjadi anggota parlemen pada tahun 1931 di bawah kepemimpinan Ismet Inonu penerus pemimpin pertama Turki, Mustafa Kemal Ataturk.
Inonu memiliki gaya kepemimpinan yang mirip dengan Ataturk, yakni otoriter militeristik dengan pemerintahan yang berideologi nasionalisme sekuler dan sangat ekstrem.
Pada tahun 1946 setelah Inonu mulai melonggarkan kehidupan politik dengan demokratisasi, Menderes bersama rekannya Mahmut Jalal Bayar memanfaatkan peluang ini dengan mendirikan Partai Demokrat.
Tak butuh waktu lama, Menderes berhasil mengumpulkan banyak kursi di parlemen sehingga mengantarkannya menjadi Perdana Menteri sipil pertama. Karir Menderes di dunia poltik bisa dibilang sangat mulus.
Tokoh Pro Islam di Turki
Dalam kampanyenya, selain menawarkan berbagai program ekonomi berupa industrialisasi, pembangunan infrastruktur, dan sebagainya, Menderes juga mengusung program pengembalian Islamisasi di Turki, yang sebelumnya dilarang oleh Mustafa Kemal Ataturk, seperti:
- Mengembalikan Adzan dengan bahasa Arab (sebelumnya diubah Kemal Ataturk menjadi bahasa Turki)
- Memperbolehkan ibadah haji
- Memperbolehkan melakukan pengajaran agama Islam di sekolah-sekolah
- Membuka sekolah Imam Khatib
- Menghapus UU yang melarang muslimah untuk berjilbab.
Program tersebut ternyata mampu menarik perhatian masyarakat. Pada pemilu berikutnya, partai Demokrat kembali menang dan membawa Menderes kembali menduduki kursi Perdana Menteri. Namun, pada periode itu situasi ekonomi di Turki memburuk sehingga membuat partainya kehilangan banyak kursi di parlemen.
Gonjang-ganjing politik terus mewarnai Turki mengikuti persoalan ekonomi yang terjadi. Sejumlah protes dan aksi demontrasi digerakkan lawan politiknya yang membuat pemerintahan Menderes kehilangan wibawa.
Hingga akhirnya pada Mei 1960, tentara Turki melakukan kudeta militer pertama kalinya yang dipimpin oleh Jenderal Gorsel Jamal. Partai Demokrat dibekukan, Perdana Menteri Adnan Menderes dan Presiden Mahmut Jalal Bayar dengan sejumlah menteri dalam kabinetnya ditangkap, kemudian dikirim ke penjara di Pulau Ada Asa.
Adnan Menderes Tewas Dihukum Gantung
Adnan Menderes bersama dengan Presiden Mahmut Jalal dan beberapa rekan politiknya dituduh mempunyai niat menggantikan paham sekuler dengan Islam. Dalam kudeta tersebut, Menderes juga dituduh melakukan praktik korupsi, menangkap para jurnalis dan demonstran, serta memberedel pers.
Meski Menderes bukan tokoh Islam fundamental, ia dianggap menganggu kebijakan-kebijakan pemerintah yang menganut paham sekular seperti yang dirancang oleh Ataturk.
Pengadilan Militer kemudian memutuskan hukuman penjara seumur hidup untuk Presiden Mahmut Jalal Bayar, dan hukuman gantung untuk perdana menteri Menderes dan dua menterinya, yaitu Menteri Luar Negeri Fatin Rustu Zorlu dan menteri keuangan Hasan Polatkan.
Soal Nama Ataturk Dijadikan Nama Jalan
Usulan pengganti nama jalan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat dengan nama Mustafa Kemal Ataturk, menuai penolakan dari sejumlah pihak. Sejarawan Islam dari Universitas Indonesia, Tiar Anwar Bachtiar bahkan menyebut tak setuju dengan pemilihan nama tersebut. Tiar mengatakan, Mustafa Kemal tidak memiliki nama terlalu baik untuk masyarakat Turki.
"Ini Mustafa Kemal kontroversial, dia ini tentu oleh orang-orang Turki sebagian Kemalis anggap sebagai pahlawan tapi sebagian lain ada tokoh antagonis tokoh yang penuh dengan intrik dia juga sudah menghancurkan khilafah dan sebagainya," kata Tiar saat dihubungi Liputan6.com, Senin (17/10/2021).
Selain itu, Wakil Ketua Umum MUI, Anwar Abbas juga mengatakan jika Ataturk merupakan tokoh yang sudah mengacak-acak ajaran Islam dan melakukan hal bertentangan dengan sunnah.
Anwar merasa, jika pemerintah akan tetap menghormatinya dengan mengabadikan namanya menjadi nama salah satu jalan di Jakarta, maka hal demikian akan menyakiti hati umat Islam.
Rencana pemberian nama jalan dengan nama tokoh Turki itu sendiri merupakan bentuk kerjasama kedua negara. Menghadapi polemik tersebut, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut pemerintah akan mencarikan solusi terbaik.
"Penamaan jalan itu kan bagian kerja sama antar negara antara pemerintah jadi itu kerjasama antara Indonesia dan pemerintah Turki. Kebetulan nama yang diusulkan dari mereka ya Ataturk. Insyallah pemerintah akan mencarikan solusi yang terbaik supaya baik bagi semua termasuk hubungan kita degan pemerintah Turki menjadi lebih baik," kata Riza di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (18/10/2021).