Pasukan PBB Ngotot Tetap di Lebanon Walau Diminta Netanyahu Minggat, Bakal Berhadapan dengan Tentara Israel?
Berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan 1701, hanya sekitar 9.500 tentara UNIFIL dan tentara Lebanon yang boleh dikerahkan ke Lebanon selatan.
Pasukan penjaga perdamaian PBB akan tetap bertahan di semua posisinya di Lebanon, meskipun Israel meminta mereka untuk meninggalkan lokasi tertentu di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Hizbullah, yang menyebabkan lima anggota pasukan helm biru terluka.
Pernyataan ini disampaikan oleh kepala pasukan penjaga perdamaian PBB pada hari Senin (14/10/2024). Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kembali meminta agar pasukan penjaga perdamaian di Lebanon selatan (UNIFIL) dipindahkan dari area yang berdekatan dengan perbatasan Israel dan Lebanon.
- Israel Serang Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon dengan Bom Fosfor Putih, Belasan Tentara Terluka
- Netanyahu Minta Pasukan Perdamaian PBB UNIFIL Segera Angkat Kaki dari Selatan Lebanon
- 2 Prajurit Luka Saat Israel Serang Lebanon, Kasad: akan Dibahas di Mabes TNI, jadi Bahan Evaluasi
- Israel Terus Gempur Lebanon, Bagaimana Nasib Pasukan Penjaga Perdamaian PBB dari Indonesia?
Dia menegaskan bahwa Israel tidak menargetkan UNIFIL sama sekali. Israel mendapat kritik tajam terkait luka-luka dan kerusakan yang dialami oleh UNIFIL, yang telah beroperasi di Lebanon sejak serangan darat pertama dari empat serangan utama Israel terhadap negara tetangganya pada tahun 1978.
Dewan Keamanan PBB, untuk pertama kalinya, secara bulat menyatakan "kekhawatiran yang kuat" pada hari Senin setelah insiden-insiden tersebut.
"Dalam konteks ketegangan yang terus berlangsung di sepanjang Garis Biru, anggota Dewan Keamanan PBB menyampaikan kekhawatiran mereka yang mendalam setelah beberapa pos UNIFIL diserang dalam beberapa hari terakhir," ungkap presiden bergilir Dewan Keamanan PBB, Duta Besar Swiss untuk PBB, Pascale Baeriswyl.
"Beberapa anggota penjaga perdamaian telah terluka."
Dalam pernyataan tersebut, yang tidak secara spesifik menyebut Israel, semua anggota Dewan Keamanan PBB mendesak semua pihak untuk menghormati keselamatan dan keamanan personel serta lokasi UNIFIL, mengingat bahwa pasukan penjaga perdamaian PBB dan lokasi mereka tidak boleh menjadi sasaran serangan. Intervensi Dewan Keamanan PBB ini dilakukan setelah dua pertemuan tertutup mengenai situasi yang memburuk di Lebanon.
"Kami telah memutuskan bahwa UNIFIL akan tetap berada di semua posisinya meskipun ada permintaan dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk mengosongkan lokasi-lokasi di sekitar Garis Biru," kata Kepala Pasukan Penjaga Perdamaian PBB, Jean-Pierre Lacroix, seperti dilaporkan oleh CNA pada Selasa (15/10).
"Saya ingin menekankan bahwa keputusan ini tetap berlaku." Lacroix juga menyatakan bahwa rencana tersebut telah dikonfirmasi oleh Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, pada hari yang sama.
Lima anggota UNIFIL terluka dalam serangkaian insiden pekan lalu, termasuk insiden terbaru di mana pasukan Israel memasuki salah satu pos mereka. Militer Israel menjelaskan bahwa sebuah tank mundur beberapa meter ke pos UNIFIL saat sedang diserang dan berusaha mengevakuasi tentara yang terluka.
Dewan Keamanan PBB, untuk pertama kalinya, secara bulat menyatakan "kekhawatiran yang kuat" pada hari Senin setelah insiden-insiden tersebut.
"Dalam konteks ketegangan yang terus berlangsung di sepanjang Garis Biru, anggota Dewan Keamanan PBB menyampaikan kekhawatiran mereka yang mendalam setelah beberapa pos UNIFIL diserang dalam beberapa hari terakhir," ungkap presiden bergilir Dewan Keamanan PBB, Duta Besar Swiss untuk PBB, Pascale Baeriswyl.
"Beberapa anggota penjaga perdamaian telah terluka."
Dalam pernyataan tersebut, yang tidak secara spesifik menyebut Israel, semua anggota Dewan Keamanan PBB mendesak semua pihak untuk menghormati keselamatan dan keamanan personel serta lokasi UNIFIL, mengingat bahwa pasukan penjaga perdamaian PBB dan lokasi mereka tidak boleh menjadi sasaran serangan. Intervensi Dewan Keamanan PBB ini dilakukan setelah dua pertemuan tertutup mengenai situasi yang memburuk di Lebanon.