Pengusaha Kecil RI Terancam Makin Hancur Lebur Jika Aplikasi Temu Asal China Masuk, Anak Buah Jokowi Beri Bocorannya
Menkominfo Budi Arie melarang aplikasi Temu asal China untuk masuk ke Indonesia.
Temu merupakan aplikasi asal China yang saat ini sedang menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Aplikasi ini dinilai akan merugikan perekonomian Indonesia dan menyebabkan hancurnya pengusaha kecil dan menengah alias UMKM.
Pasalnya, aplikasi Temu memiliki keunggulan utama yaitu dapat menghubungkan langsung antara pembeli dan pabrik, sehingga orang bisa berbelanja sebuah barang dengan harga yang jauh lebih murah.
Maka dari itu, menurut anak buah Jokowi, aplikasi ini akan membuat masyarakat beralih untuk membeli barang impor dan industri dalam negeri akan menerima dampak buruknya. Simak ulasannya sebagai berikut.
Budi Arie Setiadi Melarang Aplikasi Temu
Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi menegaskan bahwa ia melarang platform perdagangan Temu yang berasal dari China untuk masuk ke Indonesia. Pelarangan itu berdasar pada prinsip Menkominfo untuk melindungi pelaku usaha UMKM dalam negeri.
Bahkan Budi Arie menganggap bahwa jika aplikasi itu dibiarkan masuk ke Indonesia maka akan merusak ekosistem dan menghancurkan UMKM.
"Kita tetap larang. Hancur UMKM kita kalau dibiarkan," ujar Budi dikutip dari Antara.
Menurut Budi, aplikasi digital baik yang datang dari dalam maupun luar negeri harusnya memberi manfaat bagi para pelaku usaha lokal. Sedangkan Temu dinilai akan berdampak sebaliknya.
"Kita enggak akan kasih kesempatan, masyarakat rugi. Kan kita mau jadi ruang digital itu untuk membuat masyarakat produktif dan lebih untung, kalau membuat masyarakat rugi buat apa," lanjutnya.
Apa Itu Aplikasi Temu?
Temu adalah platform digital yang berasal dari China dengan keunggulan dapat memangkas jarak antara pabrik dan konsumen. Artinya, konsumen bisa langsung membeli sebuah produk langsung dari pabriknya.
Dampaknya, konsumen bisa mendapatkan harga yang sangat murah, sehingga orang akan lebih memilih untuk berbelanja di sana dengan cara impor. Hal itulah yang dinilai akan merusak pelaku UMKM lokal. Saat ini, Temu telah berinvasi ke 58 negara.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira juga mengingatkan bahwa hadirnya aplikasi Temu bisa mengancam keberadaan UMKM lokal. Bahkan, Indonesia berpotensi hanya akan menjadi pasar brang-barang impor.
"Indonesia hanya dijadikan pasar, akan banyak pelaku usaha yang terancam gulung tikar dan menciptakan PHK massal terutama di sektor industri pengolahan,” kata Bhima dikutip dari Antara.