Penyebab Demo 4 November, Tuding Pimpinan Institusi hingga Manuver Politik
Penyebab demo 4 November disinyalir diakibatkan oleh adanya manuver politik, serta tudingan sejumlah pimpinan institusi.
Penyebab demo 4 November disinyalir diakibatkan oleh adanya manuver politik, serta tudingan sejumlah pimpinan institusi. Seakan menumpang di atas kasus yang berawal dari pernyataan Basuki Tjahaja Purnama atau lebih dikenal sebagai 'Ahok'.
Terkait pernyataannya yang dinilai menista agama. Ahok kala itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, melakukan kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu, pada 27 September 2016. Dalam sambutan, ia menyisipkan Surah Al Maidah ayat 51 yang menuai polemik.
-
Apa yang akan dilakukan Demokrat kedepan? Lebih lanjut, Herman menyatakan bukan tidak mungkin Demokrat ke depan akan membentuk poros baru atau bergabung dalam koalisi yang sudah ada. Segala kemunginan, ujar dia bisa saja terjadi.
-
Kapan aksi demo terjadi? Aksi demo kali ini sangat besar, melibatkan tidak hanya mahasiswa tetapi juga para komika seperti Arie Kriting dan Mamat Alkatiri yang ikut turun berdemo.
-
Bagaimana Ahok dan Puput Nastiti Devi menunjukkan kebersamaan saat berlibur? Mereka pun membagikan potret momen-momen kebersamaan saat liburan di akun Instagram miliknya.
-
Kapan Hari Demokrasi Internasional diperingati? Setiap tanggal 15 September masyarakat dunia memperingati Hari Demokrasi Internasional.
-
Bagaimana Demokrat akan membantu kemenangan Prabowo? Kita harap nanti kalau Partai Demokrat sudah menyatakan secara resmi, itu juga akan tentu memberikan masukan-masukan melalui kader-kader atau putra putri terbaik untuk dipersatu di tim pemenangan," kata Budi.
-
Siapa Mbak Dewi? Atha Dewi Prihantini (38) jadi salah satu pelestari adrem yang belakangan mulai terangkat ke permukaan.
Demonstrasi 4 November 2016 sebagai bentuk tanggapan masyarakat terhadap kasus tersebut. Di depan Istana Merdeka, awalnya berlangsung damai sejak pukul 11.00 WIB. Tak disangka, kala petang terjadi kericuhan hingga menyebabkan 2 warga dan 1 polisi terluka. Lantaran diduga Presiden RI Joko Widodo tidak ada.
Tak sedikit yang menuding adanya penyusup dan provokator. Demonstrasi bela Islam itu berbalik menjadi kericuhan. Aksi saling dorong dan tembakan gas air mata pun tak dapat terelakkan.
Berikut ini sejarah penyebab demo 4 November 2016 yang menggemparkan, seperti dihimpun dari berbagai sumber, Senin (30/8).
Penistaan Agama oleh Ahok
Ahok di sidang ketiga penistaan agama ©2016 Merdeka.com/anisya
Penyebab demo 4 November 2016 berawal dari ucapan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang disebut menistakan agama.
Kasus itu bermula saat mantan politikus Golkar dan Gerindra ini bertandang ke Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (27/9/2016). Ia menggelar dialog dengan masyarakat setempat, sekaligus menebar 4.000 benih ikan.
Dalam video resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Youtube, Ahok meminta warga tidak khawatir bila dirinya tidak lagi terpilih. Tapi ia menyisipkan Surah Al Maidah ayat 51.
Penggalan dari kitab suci Alquran itu sebelumnya digunakan oleh rival Ahok sebagai argumen untuk tidak memilih Ahok jadi gubernur. Rupanya, pernyataan yang disampaikan menuai polemik. Banyak warga maupun pengamat yang mengkritik.
Menanggapi hal tersebut, Ahok menyatakan permohonan maaf, serta tak ada niatan untuk melecahkan. Tapi hanya mengkritik pihak-pihak yang menggunakan ayat suci untuk tujuan politik.
Sidang kasus Ahok berlangsung lebih dari 20 kali. Ia terjerat dalam pasal 156a KUHP dan UU Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Dalam gelar sidang, diundang berbagai macam ahli, mulai ahli komunikasi sampai ahli agama.
Ketua Majelis Hakim Dwiarso Budi Santiarto menuntut jaksa satu tahun penjara dengan dua tahun percobaan.
"Terbukti secara sah melakukan tindak pidana penodaan agama, penjara 2 tahun," kata Dwiarso, pada sidang ke-21 yang digelar Pengadilan Negeri Jakarta Utara di Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Selasa (9/5/2017).
Lautan Putih di Istana Kepresidenan
Liputan6.com/Fery Pradolo ©2021 Merdeka.com
Sebelum 'ketok palu', banyak yang menuntut dipenjarakannya Ahok atas tuduhan penistaan agama. Sejumlah kelompok pun merencanakan aksi yang sepenuhnya damai. Meski begitu, dua ormas Islam terbesar Indonesia, Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, anggotanya tidak dianjurkan untuk ikut.
Aksi Bela Alquran atau Aksi Damai 4 November berpusat di kawasan antara Bundaran Hotel Indonesia, Bundaran Bank Indonesia dan Istana Kepresidenan. Polisi memperkirakan sekitar 200.000 warga menghadiri.
Sementara perkiraan yang lain menyebut aksi dihadiri 50.000 orang. Aksi ini berjalan dengan damai dan tertib hingga Jumat sore, sebagai batas penyelenggaraan aksi ini.
Mendesak Proses Hukum Terhadap Ahok
Liputan6/Immanuel Antonius ©2021 Merdeka.com
Selain warga, tampak sejumlah tokoh juga menghadiri Aksi Bela Alquran itu, di antaranya Mantan Ketua MPR Amien Rais, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah dan Fadli Zon, serta penyanyi Ahmad Dhani dan Rhoma Irama.
Para demonstran berorasi dan menggunakan yel-yel, untuk mendesak proses hukum terhadap Ahok yang tak kunjung usai. Tapi sekitar pukul 18:30 WIB aksi yang seharusnya sudah selesai, malah mulai ricuh.
Penyebab demo 4 November disinyalir pemicu pertamanya, karena pendemo kecewa. Harapannya tuntuk berdialog dengan Presiden Jokowi, tapi harapan itu tak dipenuhi.
Diduga elemen demonstran beratribut HMI mulai mendorong dan menyerang polisi. Elemen lain tak terlihat upaya kericuhan. Sedangkan sebagian anggota Front Pembela Islam (FPI) lantas tampak berusaha melindungi barisan polisi dari para penyerang.
Dua kendaraan milik Brimob dibakar di depan Istana Merdeka, sekitar pukul 20:10 WIB. Setelah kericuhan kian parah, anggota FPI diminta menghindar. Polisi pun melepaskan tembakan gas air mata. Situasi di wilayah Istana mulai kondusif sekitar pukul 21:00 WIB.
Namun kerusuhan terjadi di bagian lain Jakarta. Tepatnya di Penjaringan, Jakarta Utara. Sebuah mini market dijarah dan satu motor dibakar.
Penyebab Demo 4 November Versi Polisi
Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Awi Setiyono mengatakan penyebab demo 4 November terkait dugaan penistaan agama yang melibatkan Ahok.
Awi menyebutkan, usai salat Jumat di Masjid Istiqlal, massa bergerak menuju Istana, persisnya di Jalan Medan Merdeka Barat dan Utara.
"Pukul 13.50 WIB ada pelemparan oleh massa pada polisi, lalu setelah pelemparan tersebut, polisi membacakan Asmaul Husna, dan massa tenang lagi," ujar Awi di Mapolda Metro Jaya, Senin (7/11/2016).
Peristiwa berlangsung sekitar satu jam. Setelah itu terjadi pelemparan botol air sekitar pukul 14.41 WIB. Bahkan, massa menarik security barier atau kawat berduri.
"Security barier-nya sampai melewati konblok (median jalan dari beton), menarik menariknya," ujar Awi, sembari memperlihatkan beberapa rekaman CCTV dan video.
Aksi Damai 4 November kembali tenang kala memasuki waktu salat Asar.
"Pukul 15.10 WIB, anggota kita azan dan salat berjamaah dengan massa," sambungnya.
Kemudian, massa berorasi menuntut agar Presiden Jokowi menonaktifkan Ahok dari Gubernur Jakarta dan segera dipenjara. Setelah ada tekanan dari massa, pukul 15.58 WIB, perwakilan demonstran diterima Istana dengan pengawalan polisi.
"Itu pukul 18.18 WIB ada massa yang mengolesi wajah mereka dengan odol, nah silakan kawan-kawan simpulkan sendiri. Saat itu massa tenang," imbuh Awi.
©2016 merdeka.com/imam buhori
Tak berselang lama, tiba-tiba polisi melihat ada kericuhan antar massa saling dorong dan ricuh.
"Pukul 19.00 WIB sesama massa ricuh, ada massa yang melindungi polisi, mereka membuat barikade. Jadi begini urutannya, massa terus massa yang coba halangi untuk tak lukai polisi, terus konblok, terus security barier, terus baru petugas," paparnya.
Sejumlah pendemo berusaha melindungi barikade polisi. Kala massa yang lainnya ingin menjebol barisan dan beringas berhadapan dengan polisi.
"Pukul 19.00 WIB, massa diadang massa yang coba lindungi polisi dari pukulan massa, lalu pukul 19.05 WIB ada kericuhan antarmassa saja. Pukul 19.10 WIB, massa yang tadi (massa yang coba lindungi polisi dari pemukulan) jebol," ungkap Awi.
Massa makin beringas, lemparan tak lagi hanya botol air mineral. Tapi sudah berganti dengan batu, kayu, bambu, kelereng, bahkan anak panah.
"Kami enggak mengada-ada, memang ditemukan itu (anak panah, kelereng, dan batu) di lokasi," tegas Awi.
Karena situasi yang semakin kacau, polisi menembakkan gas air mata gelombang pertama. Ratusan selongsong peluru gas air mata berdentingan saat menyentuh aspal depan Istana.
"Pukul 19.33 WIB ditembakkan gas air mata gelombang pertama, 19.41 WIB tembakan gelombang kedua, dan 19.48 WIB tembakan gas air mata gelombang ketiga," papar Awi.