Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad Dibenarkan oleh Sains, Begini Penjelasannya
Isra’ Mi'raj adalah sebuah perjalanan yang dilakukan oleh Nabi dari Baitul Maqdis ke Sidratul Muntaha hanya dalam waktu yang singkat.
Salah satu keajaiban yang pernah dialami langsung oleh Rasulullah adalah peristiwa Isra’ Mi’raj. Isra’ Mi'raj adalah sebuah perjalanan yang dilakukan oleh Nabi dari Baitul Maqdis ke Sidratul Muntaha hanya dalam waktu yang singkat.
Kejadian tersebut tentu tidak masuk di akal pada zamannya. Namun, sekarang ilmuwan sudah menemukan jawaban atas peristiwa Isra’ Mi’raj yang pernah dialami oleh Nabi Muhammad.
-
Bagaimana Nabi Muhammad melakukan perjalanan Isra Miraj? Peristiwa ini terjadi pada malam yang diberkahi, di mana Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem.
-
Apa yang dimaksud dengan Isra Miraj? Isra Miraj adalah peristiwa perjalanan suci yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Isra berarti perjalanan malam yang dilakukan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Sedangkan Miraj adalah perjalanan spiritual Nabi Muhammad ke langit, di mana beliau bertemu dengan para nabi dan akhirnya sampai ke Sidratul Muntaha, tempat yang paling jauh yang dapat dicapai oleh manusia.
-
Apa itu Isra Miraj? Isra Miraj adalah peristiwa penting dalam Islam.
Apakah peristiwa Isra’ Mi’raj benar bisa terjadi dan bagaimana penjelasan sains tentang Isra’ Mi’raj? Simak ulasannya sebagai berikut.
Perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad
Isra’ Mi’raj adalah perjalanan spiritual yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dari Masjidil haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Yerusalem. Kemudian naik ke langit ke tujuh menuju sebuah tempat bernama Sidratul Muntaha.
Dalam bahasa Arab, Isra’ artinya perjalanan di malam hari, sedangkan Mi’raj adalah kenaikan. Rasulullah melakukan perjalanan itu dengan mengendarai sebuah kendaraan bernama buraq yang sangat cepat.
Dalam perjalanan tersebut, mayoritas masyarakat Mekkah tidak percaya dan menganggap bahwa itu hanya bualan Rasulullah semata. Pada masa itu, belum ada ilmu pengetahuan yang bisa menjelaskan bagaimana bisa seseorang melakukan perjalanan secepat itu.
Teori Relativitas Einstein
©2023 Merdeka.com/pixabay.com
Meskipun terdengar sangat mustahil dilakukan, peristiwa Isra’ Mi’raj memiliki penjelasan ilmiah. Albert Einstein, seorang ilmuwan terkemuka dunia pernah menelurkan sebuah teori yang bernama teori relativitas.
Teori relativitas mengatakan bahwa ruang waktu adalah hal yang tidak bisa terpisahkan. Dalam teori tersebut dikatakan apabila sebuah benda dapat bergerak menyamai kecepatan cahaya maka benda tersebut tidak akan terpengaruh oleh waktu.
Apabila sebuah benda dapat melampaui kecepatan cahaya, maka benda tersebut akan kembali ke masa lalu. Sebab, waktu berjalan lebih lambat dibanding dengan benda tersebut. Hal itu disebut sebagai dilatasi waktu.
Sederhananya, apabila ada sebuah kendaraan yang bisa berjalan melebihi kecepatan cahaya, maka waktu yang dirasakan oleh orang di dalam kendaraan tersebut adalah minus. Bahkan, orang tersebut bisa menuju ke masa lampau.
Jawaban Sains terhadap Peristiwa Isra Miraj
Teori dilatasi waktu tersebut membuka kemungkinan bahwa perjalanan ke langit dalam waktu yang singkat itu bukanlah hal yang mustahil.
Perjalanan Isra’ Mi’raj Rasulullah bisa saja terjadi dengan ratusan kali lipat melebihi kecepatan cahaya. Oleh karena itu, waktu di bumi dan waktu yang dialami oleh Rasulullah akan jauh berbeda.
Sebuah perjalanan yang lama dan jauh oleh Rasulullah dengan melebihi kecepatan cahaya akan terasa sangat singkat jika dibandingkan dengan waktu yang ada di bumi. Inilah yang disebut sebagai dilatasi waktu.
Kendaraan Buraq
©2023 Merdeka.com/pixabay.com
Sementara itu, Rasulullah juga menyebutkan bahwa kendaraan yang digunakan untuk melakukan perjalanan itu pun sangat cepat. Rasulullah bersabda:
Artinya: “Dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda seperti berikut: Didatangkan kepadaku Buraq, yaitu seekor hewan yang berwarna putih; tubuhnya lebih tinggi dari keledai, tetapi lebih rendah dari begal. Ia meletakkan kedua kaki depannya di ufuk batas jangkauan penglihatannya.
Aku menaikinya dan Jibril membawaku berjalan hingga sampailah aku di Baitul Muqaddas. Lalu aku menambatkan hewan itu di lingkaran tempat para nabi biasa menambatkan hewan tunggangannya. Aku memasuki masjid dan melakukan shalat dua rakaat di dalamnya, sesudah itu aku keluar.”
Melihat betapa cepatnya buraq yang disebutkan oleh hadits di atas, membuka kemungkinan bahwa kecepatannya bisa jauh lebih cepat dibanding dengan kecepatan cahaya. Wallahu a’lam.