Prasasti Lucem (Poh Sarang), Maklumat Kebhinekaan di Indonesia Ribuan Tahun Silam
Prasasti Lucem adalah prasasti yang berada di Pohsarang, Desa Titik, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Prasasti ini merupakan peninggalan sejarah pada abad ke-11 Masehi. Berikut ulasannya.
Prasasti adalah salah satu peninggalan sejarah yang sangat berharga karena berisi tulisan yang bisa dibaca dan mampu menggambarkan kehidupan pada masa lalu di wilayah tersebut.
Salah satunya adalah Prasasti Lucem yang berada di Pohsarang, Desa Titik, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Prasasti ini merupakan peninggalan sejarah pada abad ke-11 Masehi.
-
Apa saja cerita lucu bahasa Jawa yang lagi trending? Bagi Anda yang ingin membaca salah satunya, ulasan berikut ini bisa menjadi referensi yang tepat. Melansir dari berbagai sumber, Kamis (2/5), berikut merdeka.com ulas mengenai kumpulan contoh cerita lucu bahasa Jawa yang ampuh mengusir rasa suntuk dan bosan untuk Anda.
-
Kenapa Pantai Widodaren viral? Keberadaannya belum banyak yang tahu. Namun belakangan ini, pantai ini viral karena keindahannya.
-
Apa yang sedang viral di Makassar? Viral Masjid Dijual di Makassar, Ini Penjelasan Camat dan Imam Masjid Fatimah Umar di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar viral karena hendak dijual.
-
Daging sapi kecap apa yang paling trending saat ini? Resep daging sapi masak kecap yang menggugah selera. Daging sapi menjadi salah satu bahan makanan berprotein tinggi yang bisa diolah menjadi berbagai macam hidangan. Resep daging sapi kecap bisa dijadikan sebagai pilihan variasi menu makanan yang bisa dinikmati bersama keluarga.
-
Apa yang viral di Bangkalan Madura? Viral video memperlihatkan seekor anjing laut yang tidak sewajarnya dikarenakan berkepala sapi yang berada di Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur.
-
Apa yang menjadi rahasia kelezatan Soto Podjok Kediri? Adapun kunci utama kelezatan soto tersebut terletak pada bumbunya yang dibuat secara unik. Rukmini menciptakan bumbu rahasia dari campuran rempah yang dihaluskan dan disatukan lalu didiamkan selama enam bulan. Dalam bumbu yang didiamkan lama, cita rasa rempahnya akan bertambah lezat.
Prasasti itu bertuliskan aktivitas penanaman pohon Boddhi dan pohon Beringin sebagai tanda selesainya pembangunan sebuah jalan di wilayah tersebut. Simak ulasannya.
Prasasti Lucem
©2023 Merdeka.com/arkenas.kemdikbud.go.id
Prasasti Lucem atau Lusem adalah sebuah prasasti yang ditemukan di Kabupaten Kediri dan saat ini menjadi salah satu destinasi wisata religi di Gereja Puhsarang.
Prasasti ini ditulis dengan huruf Kadiri Kwadrat (Kadiri Block Letter) dengan menggunakan bahasa Jawa Kuna dan dipahat di sebuah batu alam utuh (Natuursteen) yang bertuliskan angka tahun 934 Saka atau 1012 Masehi.
Berdasar dari angka tahun yang tertulis, prasasti Lucem diperkirakan ditulis pada masa Raja Dharmawangsa Teguh, yang berkuasa pada masa Kerajaan Kadiri.
Pasalnya, huruf yang digunakan untuk menulis prasasti Lucem itu adalah huruf khas yang berasal dari Masa Kadiri yang tidak dikenal pada masa-masa kerajaan Jawa Kuno lainnya.
Isi Prasasti
©2023 Merdeka.com/arkenas.kemdikbud.go.id
Prasasti Lucem terdiri dari empat baris dengan bagian terpanjangnya mencapai 190 cm, sedangkan ukuran masing-masingnya adalah 17x50 cm. Salah satu pembaca prasasti ini adalah seorang epigraf bernama Prof. MM. Sukarto Kartoatmodjo.
Prasasti tersebut bertuliskan “934 tewek ning hnu bineheraken da Mel samgat Lucem mpu Ghek sang apanji tepet i pananem boddhi waringin,”
Mengutip dari laman Kemdikbud, arti dari kalimat di atas adalah: “Pada tahun Saka 934 (1012 Masehi) ketika itu sebuah jalan dibenahi oleh Samgat (hakim) dari Lucem (bernama) Pu Ghek sembilan (titik) ditandai dengan melakukan penanaman (pohon) Boddhi (dan) Beringin,”
Maklumat Kebhinekaan
©2023 Merdeka.com/arkenas.kemdikbud.go.id
Sejarawan mengatakan bahwa isi dari prasasti tersebut merupakan maklumat kebhinekaan yang rupanya sudah dijalin oleh masyarakat Jawa Kuno di Indonesia sejak ribuan tahun silam.
Indikasinya adalah adanya penanaman pohon Boddhi dan Beringin sebagai tanda selesainya pembangunan jalan. Penanaman pohon tersebut rupanya merupakan upaya melestarikan lingkungan dan sekaligus mendukung aktivitas keagamaan di daerah tersebut.
Pohon Boddhi dan Beringin
©2023 Merdeka.com/arkenas.kemdikbud.go.id
Boddhi dipilih karena dalam ajaran Buddha, pohon tersebut dikategorikan sebagai pohon yang sakral. Hal tersebut berkaitan erat dengan kehidupan Sang Buddha yang ketika bertapa menerima pencerahan di bawah pohon Boddhi.
Adapun pohon Beringin dikaitkan dengan Kalpataru atau pohon kahyangan yang sudah dikenal sejak tahun 3000 SM di Mesir, Mesopotamia, Iran, dan sekitarnya. Pohon Kalpataru juga dipuja pada zaman Hindu, Buddha, dan Jaina karena diyakini sebagai tempat tinggal pada Dewa.
Penanaman pohon Boddhi dan Beringin adalah sebuah indikasi adanya kebhinekaan dari ajaran-ajaran yang ada dan sudah ditanamkan sejak ribuan tahun silam di Kerajaan Kadiri.