Profesor di Amerika Soroti Aksi Polisi Pukul Demonstran Tolak RUU Pilkada, Sosoknya Bukan Orang Sembarangan
Aksi dari para aparat polisi saat menangani massa demonstran tolak RUU Pilkada disorot profesor di Amerika Serikat.
Demonstrasi menolak RUU Pilkada kompak digelar di berbagai wilayah di Tanah Air. Mulai dari Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, hingga Bengkulu, sejumlah elemen masyarakat dari mahasiswa, masyarakat sipil hingga buruh kompak menggelar demonstrasi.
Di Jakarta, ribuan orang dari kalangan mahasiswa, kelompok masyarakat sipil, buruh hingga artis memenuhi luar gedung DPR. Mereka menolak pengesahan RUU Pilkada.
- Kelakuan 'Bebas' Murid di Kelas Bikin Guru Tak Berani Tegur, Pak Guru Takut Dilaporkan Polisi
- Sosok Profesor 'Ring Satu' Prabowo Dipanggilnya Kancil, Punya Posisi Mentereng di DPR
- Hebatnya Siswi SMA Indonesia Debat di Amerika Tahun 1956 Sampai Bikin Duta Inggris Mati Kutu, Ternyata Ayahnya Bukan Orang Sembarangan
- FOTO: Menentang Genosida Israel di Gaza, Massa Pro Palestina Menyebar Luas ke Kampus-Kampus Amerika Serikat hingga Berujung Penangkapan
Demonstrasi pun sempat diwarnai kericuhan dengan aparat kepolisian. Bahkan dalam sejumlah rekaman video menunjukkan sejumlah demonstran ditangkap, dipukul dan ditendang polisi.
Tindakan polisi tersebut pun disorot seorang profesor dari Amerika Serikat. Sosok sang profesor bukanlah orang biasa. Berikut ulasan selengkapnya.
Demonstran Dipukuli Aparat
Demonstrasi menolak pengesahan RUU Pilkada di depan gedung DPR RI kemarin sempat diwarnai kericuhan. Massa dan polisi terekam kamera sempat ricuh. Bahkan sejumlah rekaman video yang beredar di media sosial memperlihatkan sejumlah demonstran ditangkap dan dipukul oleh polisi.
Video rekaman itu bahkan ikut diunggah oleh Profesor Danny Shaw dari Amerika Serikat di akun Instagram miliknya @profdannyshaw.
Dalam rekaman video tersebut terlihat massa yang berhasil menjebol pagar depan DPR terlibat saling lempar dengan polisi. Nampak seorang demonstran diambil paksa oleh polisi. Dia kemudian sempat menjadi bulan-bulanan polisi dengan dipukuli menggunakan tongkat.
Disoroti Profesor Amerika
Video yang diunggah Profesor Danny Shaw dalam akun Instagram @profdannyshaw miliknya itu pun mencuri perhatian para pengikutnya.
Dalam keterangan unggahannya, Shaw secara khusus menyebut demokrasi Indonesia dengan tanda kutip. Dia bahkan tak segan menuliskan jika demokrasi di tanah air itu secara khusus dipersembahkan oleh negara-negara Barat tahun 1965.
"'Demokrasi' Indonesia yang dipersembahkan oleh Barat sejak pembantaian tahun 1965, dan berabad-abad sebelumnya," tulisnya dalam video yang diunggahnya, Kamis (22/8/2024) kemarin itu.
Banjir Atensi
Unggahan Shaw tersebut sontak langsung mencuri perhatian para pengikutnya di Instagram. Mereka pun menuliskan tanggapannya di kolam komentar.
"Menyakitkan dan begitu menyedihkan," tulis akun @brentbuellnyc.
"Ya Tuhan, dunia ini sedang terbalik," tulis akun @praiabela1.
"😢😢," tulis akun @kurniar_ra.
"Dan masyarakat tidak dapat melihat bahwa fasisme, neo liberalisme, dan kebrutalan polisi sedang menimpa kita semua!! Pemerintah kita secara kolektif membuat kita tertindas!! Khususnya pemerintahan mana pun yang mengaku sebagai “demokrasi”," tulis akun @campdesena
Sosok Profesor Danny Shaw
Diketahui, Danny Shaw merupakan seorang profesor yang pernah mengajar di John Jay College of Criminal Justice di New York, Amerika Serikat selama 18 tahun.
Dia secara khusus mengajar mengenai Studi Amerika Latin dan Karibia hingga ras, etnis, kelas, dan gender. Shaw pun diketahui memiliki keahlian khusus di bidang ketertiban sosial, penahanan, hingga keadilan rasial dan sosial.
Dia resmi dipecat oleh otoritas kampus lantaran bersuara lantang memberi kritik atas peran Amerika Serikat dan Israel yang disebutnya menyebabkan genosida warga Gaza di Palestina.
Aksinya itu secara langsung diketahui usai videonya saat berpidato mengenai Gaza viral di platform TikTok.
Ketajaman kritikannya terhadap aksi invasi Israel itu dianggapnya sebagai hak konstitusional yang perlu dijunjung tinggi oleh negara. Namun secara tak terduga, dia justru mendapat intimidasi hingga pemecatan dari sejumlah pihak yang terafiliasi dengan gerakan Zionisme dan Israel.