Risiko Kesehatan Jadi Orang Mager & Malas Olahraga, ini Bahayanya
Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko seseorang mengalami hernia nukleus pulposus (HNP), atau yang lebih dikenal sebagai saraf kejepit.
Individu yang mengalami obesitas dan juga merupakan perokok memiliki kemungkinan tinggi untuk terkena hernia nukleus pulposus (HNP) atau saraf kejepit pada bagian tulang belakang, yang dapat menjalar hingga ke pinggang, paha, dan kaki. Saraf kejepit terjadi ketika saraf tertekan oleh jaringan di sekitarnya, seperti tendon, ligamen, otot, tulang, tulang rawan, atau jaringan lunak abnormal seperti tumor.
Terdapat berbagai jenis saraf kejepit, yang ditentukan oleh lokasi terjadinya. Salah satu contohnya adalah HNP, di mana bantalan atau cakram yang terletak di antara tulang belakang (nucleus pulposus) keluar dari tempatnya atau robek, sehingga menjepit cabang saraf di sekitarnya.
-
Apa saja komplikasi kesehatan yang bisa ditimbulkan oleh obesitas? Orang dengan obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan sejumlah masalah kesehatan yang berpotensi serius. Komplikasi obesitas tersebut antara lain adalah: Komplikasi 1. Penyakit jantung dan stroke. Obesitas membuat Anda lebih mungkin mengalami tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol abnormal, yang merupakan faktor risiko penyakit jantung dan stroke. 2. Diabetes tipe 2. Obesitas dapat memengaruhi cara tubuh menggunakan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Hal ini meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes. 3. Kanker. Obesitas dapat meningkatkan risiko kanker rahim, leher rahim, endometrium, ovarium, payudara, usus besar, rektum, kerongkongan, hati, kandung empedu, pankreas, ginjal dan prostat. 4. Masalah pencernaan. Obesitas meningkatkan kemungkinan berkembangnya mulas, penyakit kandung empedu dan masalah hati. 5. Apnea tidur. Orang dengan obesitas lebih cenderung mengalami sleep apnea, gangguan yang berpotensi serius di mana pernapasan berulang kali berhenti dan dimulai saat tidur. 6. Osteoarthritis. Obesitas meningkatkan tekanan pada sendi yang menahan beban, selain meningkatkan peradangan di dalam tubuh. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan komplikasi seperti osteoarthritis.
-
Bagaimana cara mencegah obesitas akibat makanan? Cara mengatasinya adalah dengan mengatur pola makan yang seimbang, mengurangi porsi makan, dan memilih makanan yang kaya serat, protein, dan vitamin.
-
Apa perbedaan utama antara overweight dan obesitas? Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang sering digunakan secara bergantian, tetapi sebenarnya memiliki perbedaan yang penting. Overweight merujuk pada kelebihan berat badan yang disebabkan oleh tingkat lemak tubuh yang lebih tinggi dari yang dianggap sehat untuk tinggi badan seseorang. Sementara itu, obesitas adalah kondisi medis yang ditandai dengan kelebihan lemak tubuh yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan masalah kesehatan serius.
-
Apa saja masalah pencernaan yang bisa ditimbulkan oleh obesitas? Obesitas juga dapat memicu berbagai masalah pencernaan, salah satunya adalah refluks asam lambung atau GERD (Gastroesophageal Reflux Disease). Tekanan berlebih pada perut akibat lemak yang menumpuk dapat mendorong asam lambung naik ke esofagus, menyebabkan rasa terbakar di dada dan tenggorokan.
-
Siapa yang harus berhati-hati dengan risiko obesitas? Firlianita memberikan peringatan khusus kepada mereka yang sudah masuk kategori kelebihan berat badan, terutama jika terukur melalui Indeks Massa Tubuh (IMT) antara 23-25.
-
Apa yang bisa dipicu oleh obesitas pada anak? Obesitas bisa menjadi masalah kesehatan yang memicu berbagai penyakit.
Masyarakat umum sering kali menyebut HNP sebagai saraf kejepit. Ketika seseorang mengalami saraf kejepit, gejala yang muncul dapat berupa rasa nyeri, kesemutan, dan rasa sakit yang menjalar dari pinggang, bokong, hingga kaki, bahkan sampai telapak kaki.
Dokter spesialis ortopedi konsultan tulang belakang, Jephtah Tobing dari Siloam Hospital Lippo Village, menjelaskan bahwa ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang mengalami HNP.
"Ada beberapa faktor risiko, yang pertama kegemukan atau obesitas. Jadi mulai sekarang harus mencari tahu sendiri berapa berat badan ideal, sesuai dengan tinggi badan dan usia," kata Jephtah.
Dengan mengetahui faktor risiko ini, diharapkan individu dapat lebih waspada dan mengambil langkah pencegahan yang tepat untuk menjaga kesehatan tulang belakang mereka.
Perokok dan Orang Mager
Faktor risiko kedua adalah perokok. Ketika seorang perokok mengalami HNP dan menjalani operasi, proses pemulihan pasca-operasi akan berlangsung lebih lama dibandingkan dengan individu yang tidak merokok.
"Pasien-pasien perokok kalau dioperasi, hasilnya akan selalu lebih jelek. Karena pembuluh darahnya sudah terganggu, padahal pembuluh darah itu yang mengantarkan nutrisi ke daerah cidera, jadi kalau jalan tolnya saja sudah terganggu, nutrisinya enggak sampai," ungkap Jephtah.
Faktor risiko ketiga adalah jarang berolahraga. Jephtah menjelaskan bahwa melakukan olahraga secara rutin bukan hanya sekedar pilihan, tetapi merupakan suatu keharusan untuk melatih otot.
Hal ini penting karena otot berfungsi sebagai penopang tulang manusia, sehingga perlu dibangun masa ototnya.
"Padahal yang menjaga tulang belakang itu ada peran otot perut, sekarang yang jadi permasalahan adalah masyarakat kurang melatih otot perutnya," tuturnya.
Kapan Seseorang Harus Mulai Waspada Jika Mengalami Masalah pada Tulang Belakang?
Jephtah menjelaskan bahwa nyeri pada tulang belakang tidak selalu disebabkan oleh HNP atau penyakit kronis lainnya. Menurutnya, sekitar 97 persen kasus nyeri punggung disebabkan oleh masalah otot.
Nyeri ini bisa menjadi tanda bahwa tubuh kita sedang mengalami masalah, misalnya akibat terlalu lama duduk, kurang bergerak, atau melakukan aktivitas yang tidak biasa.
Contohnya, mengangkat beban berat dengan posisi tubuh yang salah atau memutar badan secara tiba-tiba dapat memicu terjadinya HNP. Oleh karena itu, jika merasakan masalah pada tulang punggung, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter ortopedi terdekat agar mendapatkan penanganan yang tepat. Penanganan yang cepat dan akurat dapat mencegah pengobatan HNP berakhir dengan tindakan operasi.
Menurutnya, pengobatan bisa dilakukan dengan menggunakan obat-obatan dan fisioterapi. Jika dilakukan secara rutin dan diimbangi dengan menghindari aktivitas yang dilarang, dalam hitungan bulan, pasien bisa sembuh.
"Bisa dengan obat dan fisioterapi. Rutin dan dilakukan juga di rumah, hindari larangannya, maka hitungan bulan bisa sembuh," katanya.