Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5
Dua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.
Dua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.
Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5
Jenderal Besar atau jenderal bintang lima dikenal sebagai pangkat tertinggi dalam militer.
Karena istimewa, tak banyak orang yang mampu meraih pencapaian tersebut termasuk para perwira tinggi TNI.
- Ternyata ini Sosok 'Janda' yang jadi Hadiah Panjat Pinang di Cianjur, Bikin Pemenang Senyum Lebar
- Sosok Edi Sudrajat, Satu-satunya Jenderal TNI yang Pernah Duduki Tiga Posisi Strategis Sekaligus
- Diremehkan Mantan Suami & Diganggu Preman, Janda Cantik 2 Anak Nekat Jualan Bakso Gerobak Kini Omzetnya Rp100 Juta
- 3 Sosok Ibu Bisa jadi Panutan, Besarkan dan Didik Anak Laki-laki Kakak Adik Hingga jadi Jenderal TNI Polri
Gelar jenderal bintang lima diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1997.
Gelar tersebut diberikan kepada mereka yang dinilai memiliki jasa sangat besar pada perkembangan bangsa dan negara pada umumnya serta Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada khususnya.
Dari sekian banyak perwira ternyata hanya ada tiga sosok yang mampu meraihnya yaitu Soedirman, A.H.Nasution, dan Soeharto.
Dulu Berstatus Pimpinan-Anak Buah
Dua sosok di antara ketiganya ternyata pernah memiliki cerita unik di balik keberhasilan mereka meraih gelar tertinggi militer tersebut.
Keduanya yaitu Abdul Haris Nasution alias A.H Nasution dan Soeharto yang sempat menjadi komandan dan anak buah.
Melansir dari foto unggahan Instagram @arsip_indonesia, Senin (8/1) dari sumber Arsip Nasional RI, keduanya sempat berstatus sebagai atasan dan anak buah.
Foto tersebut memperlihatkan saat Jenderal AH Nasution yang kala itu menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata dikawal oleh Mayjen Soeharto yang menjabat sebagai Pangko Mandala Pembebasan Irian Barat.
Dalam foto tersebut diketahui keduanya berada di Lapangan Terbang Panaikan, Makassar, dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November 1962.
Siapa Sosok AH Nasution?
Abdul Haris Nasution lahir di Sumatera Utara pada 3 Desember 1918.
Karier militernya dimulai saat mengikuti rangkaian pendidikan Corps Opleiding Reserve Officieren (CORO) KNIL atau Korps Pendidikan Perwira Cadangan di Bandung pada tahun 1940 sampai 1942.
Tugas pertamanya sebagai seorang tentara adalah menjadi pembantu letnan calon perwira di Batalyon 3 Surabaya, Kebalen.
Pada tahun 1948, AH Nasution menjabat sebagai Wakil Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI).
Kariernya semakin menjadi usai menjabat Panglima Divisi III/TKR Priangan yang juga dikenal menjadi Divisi I/Siliwangi.
Pada 10 Desember 1949, Nasution diangkat menjadi kepala staf angkatan darat (KSAD)
Namun, AH Nasution sempat dinonaktifkan akibat konflik antara Angkatan Darat dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Pada 1965 AH Nasution ditunjuk menjadi Kepala Staf Angkatan Bersenjata dan menjadi salah satu target peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S PKI).
Nasution wafat pada 5 September tahun 2000. Namun dia sempat menerima pangkat kehormatan Jenderal Besar yang dianugerahkan pada tanggal 5 Oktober 1997, saat ulang tahun ABRI.
Sosok Soeharto: Jadi Jenderal Besar Ikuti Jejak AH Nasution
Mantan anak buah AH Nasution, Soeharto ternyata mengikuti jejaknya menjadi seorang Jenderal Besar.
Karier militer Soeharto sebagai anggota TNI dimulai pada 5 Oktober 1945.
Pada tahun 1949, di bawah komandonya TNI pernah melakukan serangan dan menguasai kota Yogyakarta dari tangan Belanda selama 6 jam, yang dikenal dengan Serangan Oemoem 1 Maret.
Selain berpengalaman melawan Belanda, Soeharto juga terlibat pada operasi pembebasan Irian Barat tahun 1963.
Kala itu Soeharto menjabat sebagai Panglima Komando Mandala di masa kepemimpinan Presiden Soekarno.
Berkat kepemimpinannya sebagai Penglima Mandala, dia berhasil menjalankan operasi militer untuk pembebasan Irian Barat dari cengkraman penjajahan Belanda, sehingga sejak 1 Mei 1963 wilayah tersebut kembali ke pangkuan RI.
Usai pemberontakan G30S/PKI, Soeharto ditunjuk menjadi presiden melalui sidang istimewa MPRS pada 1967.
Setahun berikutnya, pada Maret 1968 Soeharto resmi menjabat sebagai Presiden RI Kedua.
Soeharto menjadi presiden dengan masa pemerintahan terlama sepanjang sejarah Indonesia, yakni 32 tahun.
Namun akibat krisis ekonomi 1998 muncul beragam tuntutan kepada Soeharto untuk mundur dari kursi pemerintahan.
Akhirnya pada Kamis 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan bahwa dia melepaskan jabatannya sebagai presiden.
Soeharto menerima pangkat kehormatan sebagai jenderal besar TNI atau jenderal bintang lima bersama dengan Jenderal Sudirman dan AH Nasution.