Sosok George Habash Pejuang Kristen Legendaris Palestina, Pemimpin Pembajakan Pesawat & Pengeboman Israel
Tokoh pejuang Kristen Palestina ini ternyata sangat disegani Israel. Simak sosok George Habash selengkapnya.
Tokoh pejuang Kristen Palestina ini ternyata sangat disegani Israel. Simak sosok George Habash selengkapnya.
Sosok George Habash Pejuang Kristen Legendaris Palestina, Pemimpin Pembajakan Pesawat & Pengeboman Israel
Perjuangan rakyat Palestina dalam menghadapi penjajahan dari Israel pada akhirnya memunculkan banyak nama yang cukup legendaris hingga saat ini.
Salah satunya adalah seorang dokter dan politisi bernama dr. George Habash, seorang penganut Kristen Orthodox asal Palestina.
- Senjata AS Marak Digunakan Pemukim Israel untuk Serang Warga Palestina, "Kami Dihancurkan Kekuatan Uang dan Senjata Amerika"
- Israel Serang Gereja Tertua di Gaza, Sejumlah Pengungsi yang Berlindung di Dalamnya Terbunuh
- “Kami Tidak Akan Meninggalkan Rumah Sakit, Kecuali ke Surga”
- Irjen Krishna Murti Kedatangan Tamu Special, Rombongan Jenderal Negaranya Kini Masih Dijajah
Sosok George Habash dikenal sebagai pendiri partai Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP) yang berhaluan kiri jauh atau komunis, sekaligus menjadi faksi terbesar kedua dalam Front Pembebasan Palestina (PLO).
George Habash memimpin perjuangan rakyat Palestina selama enam dekade demi memperjuangkan mimpinya yaitu mengakhiri perampasan hak milik rakyatnya dan mewujudkan persatuan Arab.
Pesannya yang terkenal sebelum meninggal dunia pada tahun 2000 adalah mempersatukan Palestina.
“Pesannya kepada Palestina adalah memulihkan persatuan kita,” ucap Issam Al Taher, seorang ajudan senior yang menemuinya sehari sebelum kematiannya.
“Persatuan, persatuan, persatuan. Itulah satu-satunya pesannya,” kata Al Taher.
Lantang ucapan George Habash tersebut merupakan kekuatan bagi jutaan warga Palestina.
Gerakan persatuan merupakan seruan penuh perasaan dari seorang pria yang digambarkan sebagai “hati nurani revolusi Palestina”.
Dianggap Teroris oleh Barat
Meski dikenal sebagai tokoh perjuangan rakyat Palestina, nama George Habash dianggap sebagai teroris radikal Palestina oleh bangsa barat.
Beberapa negara barat mengecamnya sebagai seorang teroris. Alasannya adalah ia dituduh seabgai dalang pembajakan pesawat-pesawat Barat pada awal tahun 1970-an.
Aksi teror George Habash disebabkan karena serangan Israel yang membuat 700.000 orang Palestina, termasuk keluarga Habash, terusir dari rumah.
Peristiwa itu dikenang sebagai Hari Nakba (Kehancuran). Total sebanyak 426 rakyat Palestina dibantai oleh pasukan Israel yang dibantu oleh Haganah, milisi Zionis yang menjadi cikal bakan Pasukan Pertahanan Israel.
Sebanyak 176 orang yang mencari perlindungan di Masjid Dahmas, saudara perempuan Habash menjadi salah satu korban tewas dalam peristiwa itu.
Guna membalasa peristiwa tersebut, George Habash dan kelompok mahasiswa Mesir kemudian mendirikan Gerakan Nasionalis Arab atau Harakat Al-Qawmeyon Al-Arab - gerakan ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran Nasserisme.
Organisasi ini melakukan banyak aksi pengeboman berskala kecil terhadap penduduk Israel di yang ada di Lebanon dan Suriah.
Meski tak berdampak besar, namun aksi tersebut cukup menggelorakan semangat pemberontakan Habash terhadap Israel.
Pemikiran Kiri Komunis
George Habash sempat menempuh pendidikan Kedokteran di Universitas Amerika di Beirut (AUB) di Beirut, Lebanon.
Selain belajar kedokteran, Habash juga banyak belajar tentang politik, khususnya ideologi nasionalisme yang disebarkan oleh seorang nasionalis Arab bernama Sati al-Husri dan kelompok “‘Urwah al-Wuthqa”, yang mana ide nasionalismenya tidak berlandaskan pada Islamisme, melainkan Pan Arabisme.
Ideologinya dipengaruhi oleh tokoh Franz Fannon, Mao Zedong, Jenderal Vo Nguyen Giap dan kemudian oleh Che Guevara.
Pandangan para tokoh tersebut membuat Habash berpikir bahwa kolonialisme melambangkan kekerasan institusional yang sistematis dan penaklukan masyarakat yang berada di bawah kendalinya.
Mendukung Marxisme, Mendirikan Partai Komunis
Pandangan sosialismenya semakin berkembang pada tahun 1960-an pada saat ia sudah menjadi dokter anak di Amman.
Habash dikenal sering memberikan pengobatan gratis kepada masyarakat miskin.
Para pendukungnya yang berhaluan marxisme semakin yakin bahwa perjuangan nasional tidak boleh dipisahkan dari perjuangan untuk keadilan sosial.
George Habash sempat mendirikan Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP), sebuah gerakan perlawanan yang menganjurkan perjuangan bersenjata.
Saat organisasi itu berdiri, nama Habash mulai menjadi musuh yang ditakuti Israel dan pemerintah Arab.
Tujuan berdirinya gerakan tersebut adalah untuk membebaskan Palestina dan menjatuhkan pemerintahan Arab yang dipandang sebagai “antek imperialisme” juga menjadi inti gerakan Pan-Arab dan partai-partai sayap kiri di wilayah tersebut.
PFLP menjalin hubungan dengan semua gerakan sayap kiri di dunia, baik politik maupun bersenjata, karena mereka memandang dirinya sebagai bagian dari perjuangan global yang lebih besar.
Tindakan PFLP, terutama pembajakan pesawat terbang seakan mendorong pemerintah Yordania untuk memberikan harga yang pantas bagi siapapun yang berhasil membunuhnya.
Sosok dokter anak yang ramah seketika berubah menjadi daftar orang yang dicari oleh banyak pemerintah Arab dan Barat.
PFLP secara bertahap mengubah taktiknya, akhirnya menghentikan serangan terhadap negara-negara Barat dan sasarannya, namun tidak menghentikan perjuangan bersenjata melawan Israel.
Kelompok ini memperoleh lebih banyak kekuatan dan popularitas setelah PLO terpaksa pindah ke Lebanon dari Yordania pada tahun 1970.