Palestina Ternyata Kaya Minyak dan Gas Alam, Jadi Alasan di Balik Israel Perangi Gaza?
Hasil penelitian menunjukkan Palestina kaya sumber daya alam khususnya minyak dan gas, bernilai ribuan triliun.
Palestina Ternyata Kaya Minyak dan Gas Alam, Jadi Alasan di Balik Israel Perangi Gaza?
Di tengah agresi Israel di Jalur Gaza yang semakin membabi buta, beredar isu adanya potensi sumber daya minyak dan gas alam di wilayah Palestina yang diyakini bernilai jutaan triliun.
Sumber: UNCTAD dan Energy Press
Beberapa waktu lalu, ahli geologi dan ekonom mengonfirmasi wilayah Palestina yang diduduki Israel berada di atas cadangan minyak dan gas alam yang besar, tepatnya di Area C Tepi Barat dan pantai Laut Tengah di lepas pantai Jalur Gaza, menurut studi UNCTAD.
Penemuan baru gas alam di Cekungan Levant diperkirakan mencapai 3,4 triliun meter kubik sementara minyak yang dapat dipulihkan diperkirakan sekitar 270 miliar liter, menurut sebuah studi. Ini memberikan peluang untuk mendistribusikan dan berbagi hasil senilai sekitar Rp8.235 triliun di antara berbagai pihak di wilayah tersebut dan mempromosikan perdamaian dan kerjasama di antara pihak-pihak yang sebelumnya berseteruDana ini bisa membiayai pembangunan sosial ekonomi di wilayah Palestina yang diduduki sebagai bagian dari Agenda PBB 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Namun, sampai saat ini, rakyat Palestina dicegah untuk menggali cadangan minyak dan gas di tanah dan perairan mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan energi mereka dan menghasilkan pendapatan fiskal dan ekspor. Ini semakin merugikan rakyat Palestina yang sampai saat masih berada di bawah penjajahan, demikian menurut studi tersebut.
Dalam sejumlah resolusi Majelis Umum PBB, UNCTAD diminta untuk mengkaji dan melaporkan biaya ekonomi pendudukan yang ditanggung oleh rakyat Palestina. Studi ini berfokus pada minyak dan gas alam karena nilainya yang tinggi dan penting untuk memenuhi kebutuhan dasar energi Palestina, pendapatan fiskal dan ekspor.Ini mengidentifikasi dan menilai cadangan minyak dan gas alam Palestina yang sudah ada dan potensi yang dapat dieksploitasi. Selain itu, temuan minyak dan gas alam baru di Mediterania Timur yang mulai dieksploitasi Israel untuk keuntungannya sendiri, sementara sumber daya ini sebenarnya dianggap sebagai sumber daya bersama, karena minyak dan gas alam ada dalam kolam bersama.
"Yang bisa menjadi sumber kekayaan dan peluang bisa menjadi bencana jika sumber daya bersama ini dieksploitasi secara individual dan eksklusif, tanpa memperhatikan hukum dan norma internasional," studi tersebut memperingatkan.
Eksploitasi Israel terhadap sumber daya alam Palestina, termasuk minyak dan gas alam, semakin merugikan rakyat Palestina.
Studi tersebut menyoroti kekhasan minyak dan gas alam sebagai sumber daya yang tidak dapat diperbarui, dengan alasan generasi saat ini tidak selalu menjadi satu-satunya pemilik sumber daya ini yang melintasi perbatasan nasional dan oleh karena itu dapat dimiliki bersama oleh beberapa negara dan generasi.
Studi ini juga merekomendasikan studi lebih lanjut untuk menetapkan hak rakyat Palestina atas sumber daya alam mereka yang terpisah, serta bagian yang sah dari sumber daya bersama yang dimiliki bersama oleh beberapa negara tetangga di wilayah tersebut, termasuk Israel.
Kenyataan di atas lantas memicu pertanyaan besar, apakah semua serangan di Gaza hari ini ada kaitannya dengan harta kekayaan yang tersimpan di bawahnya?
Dilansir Iran Energy Press, seorang pakar energi menyatakan bahwa perang yang sedang terjadi di Timur Tengah dan Timur Madira saat ini sebagian besar dipercayai terkait dengan upaya mendapatkan sumber daya gas alam. Hal ini mendorong para ahli memprediksi kemungkinan perkembangan besar di kawasan tersebut dalam beberapa bulan mendatang.
Menurut laporan Iran Energy Press, Mahmoud Khaqani menjelaskan bahwa serangan Israel terhadap Gaza bertujuan untuk memperoleh sumber daya energi di Gaza. Ia menyebutkan bahwa isu di Laut Mediterania sebenarnya terkait dengan cadangan energi yang besar, dan upaya untuk mendapatkannya dimulai oleh Israel pada akhir 1990-an dengan dukungan dari Eropa, Amerika, dan Rusia.
Israel berhasil menarik modal dan menemukan cadangan gas alam dan sumber daya kaya di bagian timur perairan dalam Laut Mediterania, yang mengakibatkan transformasi ekonomi besar-besaran di wilayah tersebut sejak tahun 2000.
Khaqani menyoroti peran penting Jalur Gaza sebagai hasil dari penemuan ladang gas di wilayah tersebut. Ia menambahkan, seiring penemuan gas di Laut Mediterania, Suriah dan sebagian Irak menjadi penting sebagai rute pengiriman gas ini ke Turki dan Eropa. Oleh karena itu, sebagian dari tentara Suriah berpisah karena dipengaruhi oleh Barat, Israel, dan Turki, dan perang saudara pun pecah.
Beberapa negara turut membantu Suriah untuk mencegah runtuhnya pemerintahannya. Di sini, Jalur Gaza juga memiliki peran penting dalam produksi dan ekspor gas di Mediterania Timur.
Pakar energi tersebut menyampaikan saat ini Israel mengubah sebagian gas yang diambil dari Jalur Gaza menjadi gas alam cair (LNG). Penting untuk dicatat bahwa pada tahun 1995, Israel mengambil alih yurisdiksi atas Otoritas Palestina sesuai dengan Perjanjian Oslo, yang kemudian membuat keputusan terkait perairan wilayah Palestina.
Pada tahun 1999, Otoritas Palestina menandatangani kontrak eksplorasi gas selama 25 tahun dengan perusahaan gas Inggris, British Gas Company. Di tahun yang sama, ladang gas Gazamarine yang besar ditemukan di perairan wilayah Palestina.
Mengetahui hal ini, Israel merasa tidak senang dengan Palestina yang memperoleh sumber kekayaan baru. Israel kemudian menciptakan jarak antara wilayah Palestina dan Jalur Gaza, menjadikan Jalur Gaza yang luasnya sekitar 400 kilometer dan dihuni 2 juta penduduk, menjadi semacam penjara besar, yang tidak bisa menikmati kekayaan tersebut kecuali melalui perjanjian dengan Israel.
Khaqani juga menyoroti sumber daya energi di Suriah dan upaya rezim Zionis untuk menguasainya. Dia menjelaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, sekitar 3,4 juta triliun meter kubik gas alam ditemukan di Levant. Pernyataan ini sesuai dengan studi yang dikutip laman UNCTAD. Oleh karena itu, perang yang kita saksikan di Timur Tengah saat ini adalah perang untuk memperebutkan sumber daya gas tersebut.
Khaqani menyatakan perang ini bertujuan untuk menguasai sumber daya gas di wilayah tersebut, yang merupakan energi yang berasal dari fosil dan menggantikannya dengan energi terbarukan. Diperlukan gas, logam, dan emas, serta sumber daya energi untuk memproduksi baterai dalam konteks energi alternatif. Tak hanya itu, sumber daya mineral juga diperlukan.
Selain di Timur Tengah, konflik serupa terjadi di Afrika Utara juga terjadi atas dasar yang sama, dan kini kemungkinan Gaza juga terlibat akibat cadangan energinya. Akibat pertempuran ini, kapal perang dan kapal induk Amerika telah dikirimkan ke kawasan tersebut.