Trump Menang Pilpres AS, Para 'Sultan' Tajir Melintir ini ini Harta Kekayaannya Langsung Naik Hingga Rp1.009 Triliun
Kekayaan miliarder Elon Musk mengalami peningkatan setelah Donald Trump berhasil meraih kemenangan dalam pemilihan presiden Amerika Serikat.
Rabu, 5 Oktober 2024, tidak hanya menjadi momen yang menggembirakan bagi Donald Trump, tetapi juga bagi sepuluh orang terkaya di dunia yang mengalami lonjakan kekayaan yang luar biasa. Menurut Indeks Miliarder Bloomberg, total kekayaan dari sepuluh miliarder tersebut meningkat sebesar USD 64 miliar, setara dengan sekitar Rp 1.009 triliun, dengan asumsi nilai tukar dolar AS terhadap rupiah berada di kisaran Rp15.776.
Di antara mereka, Elon Musk menduduki posisi teratas sebagai miliarder dengan kekayaan terbesar, yang juga merupakan salah satu pendukung Trump yang paling setia. Kekayaannya melonjak sebesar USD 26,5 miliar menjadi USD 290 miliar pada hari Rabu lalu, setelah kemenangan Donald Trump, seperti yang dilaporkan oleh Bloomberg.
- Peran Besar Elon Musk di Balik Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS, Ada Dana Rp2 Triliun untuk Kampanye
- Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS Bikin Masa Depan Ekonomi Indonesia Terancam Suram
- Donald Trump Menang Pilpres, Miliarder Semakin Kaya
- Elon Musk Bakal Menang Banyak jika Donald Trump Terpilih Jadi Presiden AS
Sumber dari CNN mencatat bahwa kekayaan pendiri Amazon, Jeff Bezos, juga mengalami peningkatan sebesar USD 7,1 miliar dalam seminggu setelah dirinya mempertahankan keputusan untuk tidak mendukung Washington Post dalam dukungannya terhadap Wakil Presiden Kamala Harris.
Selain itu, Larry Ellison, salah satu pendiri Oracle dan pendukung Trump lainnya, mencatat kenaikan kekayaan bersihnya sebesar USD 5,5 miliar pada hari Rabu tersebut. Kenaikan kekayaan ini juga melibatkan nama-nama besar lainnya seperti Bill Gates dan Steve Ballmer dari Microsoft, Larry Page dan Sergey Brin dari Google, serta Warren Buffett dari Berkshire Hathaway.
Meskipun tidak ada dari miliarder tersebut yang secara aktif mendukung kandidat tertentu pada tahun ini, mereka sebelumnya telah mengungkapkan dukungan terhadap kandidat dan isu-isu Demokrat. Bloomberg menyatakan bahwa ini adalah "kenaikan harian terbesar" yang teramati sejak indeks tersebut diluncurkan pada tahun 2012.
Kenaikan pasar ini terjadi seiring dengan berakhirnya pemilihan umum yang berlangsung cepat, serta harapan akan era baru yang dipimpin oleh Donald Trump yang dipenuhi dengan kebijakan deregulasi dan pro-bisnis yang diyakini bisa menguntungkan pasar saham, terutama bagi para miliarder yang menguasai sebagian besar kekayaan dunia.
Saham Trump Media Mengalami Lonjakan
"Ada persepsi besar tentang rezim yang ramah bisnis dan ramah pajak yang mulai berlaku, terutama dengan kemenangan mereka di Senat," kata Michael Block, kepala operasi di AgentSmyth.
Dalam konteks ini, pemilik Truth Social, Trump Media & Technology Group, yang merupakan platform media sosial milik Trump, juga mendapatkan keuntungan signifikan ketika nilai sahamnya melonjak setelah CNN dan media lainnya memprediksi kemenangan Trump. Saham tersebut sempat naik hingga 35% sebelum akhirnya mengalami penurunan.
Trump, sebagai pemegang saham mayoritas di perusahaan media sosial konservatif ini, mencatatkan pendapatan yang minim dan mengalami kerugian. Dengan demikian, sebanyak 114,75 juta saham yang dimiliki oleh presiden terpilih tersebut diperkirakan bernilai sekitar USD 5,3 miliar berdasarkan lonjakan awal tersebut, meningkat dari nilai USD 3,9 miliar saat perdagangan ditutup pada Hari Pemilihan.
Kenaikan ini menunjukkan dampak dari persepsi positif terhadap kebijakan yang diusung oleh rezim baru yang diharapkan dapat mendukung pertumbuhan bisnis.
Donald Trump Menangi Pilpres AS 2024, Kekayaan Dua Miliarder ini Mengalami Penurunan
Setelah kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2024, banyak miliarder di seluruh dunia merayakan keberhasilan tersebut. Menurut Bloomberg Billionaires Index, total kekayaan 10 orang terkaya di dunia meningkat hampir USD 26,5 miliar, yang setara dengan Rp 417,37 triliun (dengan kurs Rp 15.750 per dolar AS).
Namun, tidak semua miliarder beruntung; beberapa di antaranya mengalami penurunan kekayaan setelah Trump terpilih kembali. Salah satu contohnya adalah Mark Zuckerberg, CEO Meta dan pendiri Facebook, yang kehilangan USD 81 juta atau sekitar Rp 1,27 triliun dari total kekayaannya.
CNBC TV18 melaporkan, "Ingat, Donald Trump menuduh Zuckerberg telah berkomplot melawannya dalam Pemilu 2020. Trump juga mengancam akan memenjarakan Zuckerberg jika ia melakukan sesuatu kali ini," yang menunjukkan ketegangan antara keduanya. Selain Zuckerberg, Bernard Arnault, pemilik Mot Hennessy Louis Vuitton (LVMH), juga mengalami penurunan kekayaan sebesar USD 3 miliar, atau setara Rp 47,25 triliun.
Sementara itu, miliarder lain seperti Elon Musk, CEO Tesla, justru meraih keuntungan besar setelah kemenangan Trump, dengan peningkatan kekayaan mencapai USD 26,5 miliar (Rp 417,37 triliun), sehingga total kekayaannya kini mencapai USD 290 miliar atau sekitar Rp 4.567,5 triliun.
Musk diketahui telah menyumbang lebih dari USD 130 juta (Rp 2 triliun) untuk mendukung kampanye pemilihan ulang Trump. Dalam pidato kemenangannya yang berlangsung selama 30 menit, Trump memuji Musk secara luas.
Jeff Bezos, pendiri Amazon dan pemilik The Washington Post, juga meraih keuntungan signifikan, dengan kekayaannya meningkat lebih dari USD 7 miliar (Rp 110,25 triliun), sehingga total kekayaannya mendekati USD 228 miliar atau sekitar Rp 3.591 triliun. Sementara Larry Ellison dari Oracle, yang merupakan pendukung setia Partai Republik, melaporkan peningkatan kekayaan hampir USD 10 miliar (Rp 157,5 triliun).
Di sisi lain, pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin, masing-masing mencatatkan peningkatan kekayaan lebih dari USD 5 miliar (Rp 78,75 triliun). Warren Buffett, salah satu investor paling terkenal, juga mengalami kenaikan kekayaan bersih sebesar USD 7,6 miliar (Rp 119,7 triliun).
Hal ini menunjukkan bahwa meski beberapa miliarder mengalami kerugian, banyak yang justru mendapatkan keuntungan besar setelah Trump kembali terpilih sebagai presiden.
Kapitalisasi Pasar Tesla Telah mencapai USD 1 triliun
Perusahaan otomotif yang dimiliki Elon Musk, Tesla, berhasil mencapai valuasi pasar sebesar USD 1 triliun untuk pertama kalinya sejak bulan April 2022. Pada hari Jumat, sahamnya mengalami lonjakan hingga 7% ke level intraday USD 319,44, dan mencatatkan kenaikan 27% sejak Donald Trump dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden AS.
Sepanjang tahun ini, saham Tesla telah meningkat 26%, seiring dengan pertumbuhan indeks S&P 500 dan Nasdaq 100. CEO Tesla, Elon Musk, merupakan penyumbang besar bagi kampanye Trump, dengan total sumbangan lebih dari USD 100 juta untuk mendukung upaya pemilihannya kembali.
Kenaikan yang signifikan dalam saham Tesla pada minggu ini juga turut meningkatkan kekayaan bersih Musk menjadi sekitar USD 300 miliar, yang semakin mengukuhkan posisinya sebagai orang terkaya di dunia berdasarkan data Bloomberg.
Menurut laporan dari Business Insider pada Sabtu (9/11/2024), Analis Wedbush, Dan Ives, menyatakan bahwa meskipun kemenangan Trump dapat berdampak negatif bagi sektor kendaraan listrik secara keseluruhan, hal ini justru bisa memberikan keuntungan yang signifikan bagi Tesla.
Meskipun potongan harga federal untuk kendaraan listrik dan insentif pajak kemungkinan akan dihapuskan selama masa jabatan kedua Trump, Tesla dianggap lebih siap dibandingkan kompetitornya untuk menghadapi situasi tersebut.
"Tesla memiliki skala dan cakupan yang tak tertandingi dalam industri kendaraan listrik dan dinamika ini dapat memberi Musk dan Tesla keunggulan kompetitif yang jelas dalam lingkungan subsidi non-kendaraan listrik, ditambah dengan kemungkinan tarif Tiongkok yang lebih tinggi yang akan terus mendorong pemain kendaraan listrik Tiongkok yang lebih murah (BYD, Nio, dll.) agar tidak membanjiri pasar AS selama beberapa tahun mendatang," ungkap Ives.
Selain itu, deregulasi yang signifikan di bawah pemerintahan Trump juga dapat mempercepat peluncuran platform Full Self-Driving Tesla ke pasar. Valuasi premium Tesla sangat bergantung pada kemajuannya dalam menghadirkan kendaraan yang sepenuhnya otonom, sehingga setiap kemajuan di bidang ini kemungkinan besar akan disambut baik oleh para investor.