11 Hari Prabowo Jadi Presiden, Kesejahteraan Petani Meningkat 0,38 Persen, Ini Datanya
BPS Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada Oktober 2024 sebesar 120,70 atau naik 0,33 persen dibanding bulan sebelumnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada Oktober 2024 sebesar 120,70 atau naik 0,33 persen dibanding NTP bulan sebelumnya.
Data ini membawa angin segar setelah 11 Hari Prabowo Subianto resmi jadi presiden. Seperti diketahui, selama ini Prabowo sangat konsen dengan persoalan pertanian.
- Seperti Prabowo, Tiga Presiden dari Negara Ini Juga Berasal dari Latar Belakang Militer
- Momen Presiden Prabowo Tunjuk Anies dan Hormat ke Jenderal Sepuh
- Prabowo Bakal Umumkan Kebijakan Kenaikan Tarif PPN 12 Persen dan Cukai Minuman Berpemanis Usai Pelantikan
- Prabowo Bakal Dapat Kenaikan Pangkat Jadi Jenderal Kehormatan TNI, Segini Gaji Bakal Diterima
"Kenaikan NTP terjadi karena kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 0,38 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,04 persen," kata Plt. Kepala Badan Pusat Statistik Amalia A. Widyasanti, dalam konferensi pers BPS, Jumat (1/11).
NTP merupakan salah satu indikator yang berguna untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani karena mengukur kemampuan produk (komoditas) yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi (usaha) maupun untuk konsumsi rumah tangga petani.
Komoditas Apa Saja
Adapun komoditas yang mempengaruhi kenaikan indeks harga yang diterima petani secara nasional adalah kelapa sawit, karet, bawang merah, dan tomat.
Peningkatan NTP tertinggi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 1,65 persen. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 160 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,05 persen.
Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan indeks harga yang diterima petani disubsektor ini adalah kelapa sawit, karet, dan kelapa.
Pangan Turun
Lebih lanjut, penurunan NTP terdalam terjadi pada subsektor tanaman pangan yang turun sebesar 0,46 persen.
"Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,38 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,08 persen," ujarnya.
Menurut data BPS, komoditas yang mempengaruhi penurunan indeks harga yang diterima petani pada subsektor tanaman pangan adalah gabah, jagung, dan ketela pohon.
Di sisi lain, BPS mencatat pada Oktober 2024, NTP Provinsi Riau mengalami kenaikan tertinggi (3,18 persen) dibandingkan kenaikan NTP provinsi lainnya.
Sebaliknya, NTP Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami penurunan terbesar (2,07 persen) dibandingkan penurunan NTP provinsi lainnya.