4 Fakta di balik pertumbuhan ekonomi 2017 capai 5,07 persen
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekonomi Indonesia tumbuh 5,19 persen sepanjang triwulan IV-2017. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2017 mencapai 5,07 persen, meningkat dari tahun 2016 sebesar 5,02.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekonomi Indonesia tumbuh 5,19 persen sepanjang triwulan IV-2017. Angka tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 yang hanya 5,06 persen.
Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan secara kuartal ke kuartal (q to q), pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun sebesar 1,7 persen. Dengan angka tersebut, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2017 mencapai 5,07 persen, meningkat dari tahun 2016 sebesar 5,02.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 meningkat dibandingkan dengan kuartal I-2023? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,” terang Edy.
-
Apa yang Airlangga Hartarto katakan tentang target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045," kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
-
Bagaimana strategi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi? Oleh karena itu, pendekatan pembangunan perlu diubah dari reformatif menjadi transformatif yang setidaknya mencakup pembangunan infrastruktur baik soft maupun hard, sumber daya manusia, riset, inovasi, reformasi regulasi, tata kelola data dan pengamanannya serta peningkatan investasi dan sumber pembiayaan.
-
Bagaimana pertumbuhan permintaan terhadap rumah di Jakarta? “Pada Juni 2024, pertumbuhan permintaan (enquiries) terhadap rumah di Jakarta yang disewa tumbuh 59,8 persen dan hunian yang dijual sebesar 114,9 persen secara tahunan,” kata Head of Research Rumah123 Marisa Jaya dilansir Antara, Selasa (30/7).
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
"BPS melakukan perhitungan pertumbuhan ekonomi, ekonomi Indonesia pada triwulan ke IV itu tumbuh 5,19 persen (yoy)," ujar Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Senin (5/2).
"Untuk triwulan IV-2017 dibanding triwulan IV-2016. Secara q to q terjadi penurunan 1,17 persen disebabkan efek musiman. Misalkan saja pertanian di triwulan IV itu masa panen habis," tambahnya.
Capaian ini masih menunjukkan perekonomian Indonesia masih menunjukkan peningkatan meski belum signifikan. Seperti yang dikatakan Presiden Joko Widodo ekonomi Indonesia belum bisa berlari kencang. Sebab, menurutnya, masih banyak masalah yang perlu dibenahi agar Indonesia bisa menjadi negara maju.
Presiden Jokowi percaya dengan kondisi keuangan yang baik tersebut bisa dijadikan modal untuk merasa optimistis. Maka dari itu, dirinya meminta pemangku kepentingan terkait untuk memanfaatkan momentum untuk menggenjot perekonomian Indonesia.
"Coba kita lihat harga komoditas naik semuanya, batu bara naik, sawit naik. Artinya kondisi ekonomi Indonesia dinilai sehat. Lembaga-lembaga dunia tersebut melihat dan yakin dengan masa depan ekonomi Indonesia," kata Presiden Jokowi, Kamis (18/1).
Berikut 4 fakta di balik pertumbuhan ekonomi 2017.
Belum capai target pemerintah
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan pertumbuhan ekonomi tahun 2017 lebih rendah dari perkiraan pemerintah yaitu pada angka 5,2 persen. Dia berharap, pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan dapat tumbuh lebih tinggi lagi dibanding tahun 2017 dengan memperbaiki sejumlah komponen.
"Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017 sebesar 5,07 persen. Memang masih dibawah target 5,2 persen namun kita akan kita lihat apa yang bisa memacu pertumbuhan ekonomi ke depan," katanya.
Bahkan, angka ini masih lebih rendah dari prediksi Gubernur Bank Indonesia (BI) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017 berada di level 5,1 persen.
"Dua tahun yang lalu pertumbuhan ekonomi ada di kisaran 4,9 persen, setelah itu 5 persen, kami perkirakan di 2017 ke 5,1 persen jadi itu pemulihan," ungkapnya di Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (2/2).
Tak hanya itu, angka ini juga meleset dari revisi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebesar 5,17 persen. "Dalam prognosis 2 kuartal ke depan, dari Kementerian Keuangan kita melihat down side dan up side. Yang optimistis 2017 kita mendekat 5,17 persen sampai akhir tahun," kata Menteri Sri Mulyani di gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (7/9).
Konsumsi rumah tangga 2017 tinggi
Suhariyanto mengatakan pertumbuhan ekonomi 2017 didukung oleh pengeluaran rumah tangga yang memberi sumbangsih pada pertumbuhan ekonomi sebesar 2,69 persen. "Dilihat dari sisi pengeluaran terhadap pertumbuhan ekonomi, ketergantungan kita terhadap konsumsi rumah tangga masih sangat besar," katanya.
konsumsi rumah tangga sepanjang tahun 2017 mencapai 4,95 persen. Kelompok konsumsi yang tumbuh terlihat pada penjualan makanan dan minuman yang tumbuh 5,37 persen serta sandang, pakaian dan alas kaki tumbuh 3,62 persen.
"Kalau dilihat dari komponennya, seluruh komponen konsumsi rumah tangga tumbuh dan lebih tinggi dibanding kuartal IV 2016 kecuali transportasi dan komunikasi. Kita berharap konsumsi rumah tangga makin bagus, syaratnya daya beli harus terjaga dan supaya daya beli terjaga maka tingkat inflasi harus terkendali," jelasnya.
Sementara itu, komponen lain yang memberi sumbangsih pada pertumbuhan ekonomi Indonesia secara berurutan yaitu komponen pembentukan modal tetap bruto sebesar 1,98 persen. Kedua, ekspor barang dan jasa sebesar 1,90 persen. Ketiga, konsumsi pemerintah sebesar 0,18 persen.
Ekonomi Jawa dan Sumatera masih mendominasi
Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, berdasarkan wilayah penyumbang pertumbuhan ekonomi, Jawa dan Sumatera masih mendominasi pada tahun 2017. Masing-masing keduanya memberi kontribusi sebesar 58,49 persen dan 21,66 persen.
"Ekonomi Indonesia secara spasial, komposisinya tidak banyak berubah bahwa dominasi dari Jawa tetap 58,49 persen, kemudian Sumatera 21,66 persen, lalu Kalimantan 8,20 persen," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (5/2).
Sementara itu, Sulawesi menjadi pulau yang memiliki laju pertumbuhan tercepat. Sedangkan Bali dan Nusa tenggara mencatat laju pertumbuhan terendah sepanjang tahun 2017. "Pertumbuhan ekonomi tertinggi menurut pulau itu terjadi di Pulau Sulawesi sebesar 6,99 persen. Dan paling rendah terjadi di Bali dan Nusa Tenggara sebesar 3,73 persen," jelasnya.
Namun demikian, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di seluruh provinsi mengalami perbaikan pada 2017. Hal ini harus terus ditingkatkan agar memberi dampak terhadap pertumbuhan ekonomi secara nasional. "Kalau untuk data per provinsi, pertumbuhan ekonomi per provinsi pada tahun 2017 seluruhnya positif," tandasnya.
Sektor perdagangan hingga transportasi membaik
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, pertumbuhan ekonomi 2017 mencapai 5,07 persen masih cukup baik. Menurutnya, ada beberapa sektor yang telah mengalami perbaikan dibandingkan dengan kondisi tahun lalu.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal IV bagus 5,19 persen. Kalau tahunan 5,07 persen yah dekat ke 5,1 persen. Kalau dilihat dari sisi pengeluaran, itu terutama didukung oleh pertumbuhan investasi yang besar. Kemudian ekspor, yang membaik itu juga pengeluaran pemerintah. Tahun ini sudah positif tahun lalu negative," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (5/2).
Darmin mengatakan, ada yang menarik pada pertumbuhan ekonomi tahun 2017. Di mana, sektor perdagangan, transportasi dan telekomunikasi mengalami perbaikan. Meski demikian, Darmin mengakui ada yang harus diperhatikan pada data pertumbuhan ekonomi yaitu konsumsi rumah tangga masih berada di bawah nilai yang diharapkan.
"Tahun ini sudah oke. Walaupun konsumsi RT masih di bawah 5 persen. Kesimpulannya pertumbuhan ekonomi bagus," jelasnya.