4 Faktor yang bikin biaya hidup di Jakarta Rp 7 Juta per bulan
Jakarta menjadi kota yang membuat warganya tidak banyak mengeluarkan uang untuk makanan.
Jakarta masih menjadi magnet bagi penduduk Indonesia. Arus urbanisasi tak pernah terbendung. Banyak warga dari pelbagai daerah di Indonesia, datang mengadu peruntungan di Jakarta. Tujuannya untuk kehidupan yang lebih baik.
Padahal hidup di Jakarta tidak mudah. Biaya hidup di ibu kota sangat besar. Bahkan cenderung terus mengalami kenaikan. Untuk bisa bertahan di ibu kota, tentu saja syarat utamanya bisa memenuhi standar hidup kota besar.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Apa tugas utama dari BPS? Tugas BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
-
Apa yang membaik di Sulawesi Utara berdasarkan rilis BPS? Kepala BPS Sulawesi Utara, Asim Saputra menjelaskan, daya beli petani di Sulawesi Utara membaik di Bulan Oktober 2023.
-
Mengapa BRI bisa mencapai posisi teratas dalam The Global 2000 versi Forbes? Mengutip situs resmi Forbes Internasional, dari 2000 perusahaan di seluruh dunia yang masuk dalam daftar tersebut, terdapat 9 perusahaan berasal dari Indonesia dan BRI menduduki peringkat teratas.
Badan Pusat Statistik ( BPS ) baru melansir data terbaru mengenai kebutuhan hidup masyarakat Indonesia. Hasilnya, Jakarta didaulat sebagai kota dengan biaya hidup tertinggi se-Indonesia. Rata-rata, biaya hidup di Jakarta Rp 7.500.726 per bulan untuk setiap rumah tangga.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, rata-rata biaya hidup Jakarta itu didasarkan asumsi bahwa satu rumah tangga menanggung 4 anggota keluarga. "Sedangkan secara nasional, rata-rata biaya hidup di perkotaan sebesar Rp 5,6 juta," ujarnya di Jakarta, Kamis (2/1).
Dari survei tersebut, Banyuwangi menjadi kota dengan biaya hidup paling rendah di Indonesia. Satu rumah tangga cukup mengeluarkan belanja rutin Rp 3 juta saban bulan, dengan asumsi jumlah anggota keluarga yang ditanggung ada 3 orang.
BPS menyebutkan beberapa penyebab tingginya biaya hidup di Jakarta. Berikut pemaparannya.
Harga BBM naik
Biaya energi, salah satunya Bahan Bakar Minyak (BBM) masuk dalam kelompok belanja non-makanan. Sekitar 64,96 persen pengeluaran rutin masyarakat tersedot untuk belanja non makanan. Salah satunya BBM.
Seperti diketahui, harga BBM semakin mahal menyusul kebijakan pemerintah menaikkan harga Premium dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 per liter dan solar atau diesel dari Rp 4.500 menjadi Rp 5.500 per liter pada Juni tahun lalu.
penyesuaian harga jual eceran harga BBM Subsidi ini dilakukan dengan dasar ketentuan pasal 4,5,6 Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2012 dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2013.
Topik pilihan: Daya Saing Ekonomi | rupiah
Harga bahan pangan naik
Dari segi pembentuk biaya hidup, bahan makanan menyedot belanja rutin rumah tangga tertinggi, mencapai 35,04 persen. Jakarta menjadi kota yang membuat warganya tidak banyak mengeluarkan uang untuk makanan, namun lebih banyak buat kebutuhan non-makanan. Sebaliknya, Kota Meulaboh, di Provinsi Aceh, merupakan wilayah yang warganya rata-rata mengeluarkan duit besar untuk pangan.
Jika dibandingkan dengan survei biaya hidup 2007, kepala BPS Suryamin mengatakan, secara nasional proporsi pengeluaran pangan menurun, dari 36,12 persen menjadi 35,04 persen.
Topik pilihan: Daya Saing Ekonomi | rupiah
Harga rumah tak ramah
Salah satu faktor yang membuat biaya hidup di Jakarta mahal adalah rumah. Faktor ini masuk dalam kelompok kebutuhan non-makanan yang menyedot sekitar 64,96 persen pengeluaran masyarakat.
Harga rumah cenderung naik, baik pada level rumah kelas menengah dan atas dengan luasan mulai 70 meter persegi (m2) ke atas maupun kelas bawah mulai luasan 21 m2 hingga 42 m2.?
EVP Coordinator Consumer Finance Bank Mandiri Tardi sempat menyebutkan, kenaikan harga rumah bisa mencapai 20 kali lipat per tahun.
Topik pilihan: Daya Saing Ekonomi | rupiah
Harga gas naik
Faktor lain yang ikut mendorong tingginya biaya hidup di Jakarta adalah kenaikan harga gas untuk rumah tangga. Saat ini harga gas 12 kg semakin mahal dan membuat masyarakat menjerit. Terlebih, terhitung sejak 1 Januari 2014, harga gas elpiji 12 kg resmi naik.
PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga jual Elpiji kemasan 12 Kg dengan rata-rata kenaikan di tingkat konsumen sebesar Rp 3.959 per Kg. Besaran kenaikan di tingkat konsumen akan bervariasi berdasarkan jarak SPBBE ke titik serah (supply point).
Kenaikan harga elpiji 12 Kg membuat pedagang mengalami kesulitan dalam menjual tabung gas tersebut. Sebab, para pembeli lebih memilih untuk membeli elpiji 3 Kg.
Kenaikan harga, menurut salah satu penjual Elpiji 12 Kg, Amalia (28 tahun) sudah terjadi sebelum tahun baru. Pasalnya, dia biasa mengambil harga elpiji 12 Kg Rp 85.000 per tabung dari agen, sedangkan sudah satu minggu ini menjadi Rp 90.000 per tabung.
Baca juga:
Jumlah penduduk miskin di Banten terus bertambah
Kenaikan BBM bikin orang miskin di Indonesia tambah 480.000
Sarjana di Indonesia rata-rata antikorupsi
Biaya hidup di Jakarta Rp 7,5 juta, Banyuwangi Rp 3 juta/bulan
BPS catat penyaluran raskin masih salah sasaran