5 Fakta Banjir Jakarta Ditaksir Telan Kerugian Mencapai Rp1 Triliun
Cuaca ekstrem yang melanda Ibu Kota Jakarta dan sekitarnya membuat berbagai aktivitas bisnis lumpuh total akibat banjir. Perputaran uang selama libur tahun baru yang diperkirakan melonjak tajam dan akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi Jakarta tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Cuaca ekstrem yang melanda Ibu Kota Jakarta dan sekitarnya membuat berbagai aktivitas bisnis lumpuh total akibat banjir. Perputaran uang selama libur tahun baru yang diperkirakan melonjak tajam dan akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi Jakarta tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Ketua Umum DPD HIPPI (Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia) Provinsi DKI Jakarta, Sarman Simanjorang, mengatakan banjir yang tergolong di luar perkiraan ini sangat memukul pelaku usaha di berbagai sektor seperti ritel, restoran, pelaku UMKM, pengelola destinasi wisata, pengelola taksi, Grab dan Gojek.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Siapa yang menangani banjir di Jakarta? Dia menjelaskan, BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat. "Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat," ujar dia.
-
Kapan banjir pertama kali terjadi di Jakarta? Pada masa VOC sendiri telah dilakukan berbagai cara untuk menanggulangi banjir di Batavia (kini Jakarta). Gubernur Jenderal silih berganti mencoba berbagai upaya.
-
Di mana banjir Jakarta pada tahun 1960 terjadi? Mengutip dari buku Sejarah Kota Jakarta 1950-1980 karya Edi Setyawati dkk mengatakan, pada awal tahun 1960 terjadi banjir di Jakarta, setelah mengalami musim hujan yang hebat sehingga 7 kelurahan sangat menderita, terutama daerah Grogol dan sekitarnya.
-
Apa yang menyebabkan banjir dan mengapa bencana banjir sering terjadi di Indonesia? Banjir adalah gejala alam yang ditandai dengan meluapnya volume air hingga merendam suatu daerah. Banjir ini bisa disebabkan oleh curah hujan yang tinggi sehingga bendungan air di suatu wilayah tidak dapat menampung kemudian meluap. Bukan hanya itu, banjir juga bisa disebabkan oleh peresapan air atau drainase di suatu wilayah yang buruk.
-
Apa yang menyebabkan banjir di Jakarta tahun 1960? Dikatakan pula salah satu penyebabnya karena lahan kosong yang semakin sedikit karena digunakan untuk perumahan, seiring dengan bertambahnya lahan yang dibangun, maka volume air hujan yang harus ditampung juga meningkat.
"Kerugian transaksi atau perputaran uang diperkirakan mencapai triliunan Rupiah," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (12/1).
Kerugian transaksi dari sisi perputaran uang akibat banjir ekstrem 2020 bisa mencapai sebesar Rp135,054 miliar per hari. Menurutnya, jika dikalikan selama 5 hari musim liburan tenggang waktu 1 sampai 5 Januari suasana banjir, maka taksiran kerugian mencapai minimal Rp675,270 miliar. Jika ditambah dengan kerugian langsung taksi dan pedagang pasar sekitar Rp370 miliar perkiraan kerugian mencapai Rp1.045.270.000.000.
Adapun detail perhitungan asumsi kerugian akibat banjir tersebut sebagai berikut.
1. Sektor Ritel
Sarman memperkirakan ada 400 toko ritel terkena dampak langsung tidak bisa buka melayani pelanggan. Jika satu toko memiliki pelanggan sekitar 100 orang dikali 400 toko dan jumlah pelanggan 40.000 dengan asumsi belanja rata-rata Rp250.000 maka kerugian diperkirakan mencapai Rp10 miliar per hari.
"Ini belum termasuk toko ritel yang ada di dalam mal dan pasar tradisional."
Pusat perbelanjaan/Mal di Jakarta ada sekitar 82 Mal dengan rata-rata jumlah pengunjung saat libur tahun baruan mencapai 5.000 orang dengan asumsi belanja makan dan minum minimal Rp200.000. Maka transaksi mencapai (82 x 5000 x 200.000) Rp82 miliar.
"Jika pengunjung turun sekitar 50 persen maka kerugian transaksi mencapai Rp41 miliar," jelasnya.
Sarman, yang juga Wakil Ketua Umum DPP APPSI (Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia), menambahkan dari data Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia DKI Jakarta mencatat terdapat 28 Pasar tradisional yang terkena imbas banjir dengan jumlah pedagang sebanyak 250 per pasar. Maka total pedagang terdapat 7.000 pedagang. Jika rata rata penjualan sekitar Rp500.000 pedagang maka kerugian transaksi mencapai Rp3,5 miliar.
2. Sektor Pariwisata
Sarman mengatakan sektor pariwisata merupakan pusat hiburan di Jakarta yang sangat banyak dikunjungi warga Jabodetabek saat liburan tahun baru seperti Ancol, Kota Tua, Monas, TMII, Kebun Binatang Ragunan. Setiap tahun biasanya dikunjungi ratusan ribu orang. Namun, akibat banjir, kunjungan mengalami penurunan antara 50 persen sampai 70 persen. Asumsinya kerugiannya sebagai berikut:
- Ancol
Target pengunjung Ancol selama dua hari yakni 31 Desember dan 1 Januari setidaknya 230.000 orang. Data yang masuk hingga pukul 17.00 WIB mencapai 64.673 orang, total pengunjung diperkirakan mencapai 75.000 pengunjung.
Sedangkan tanggal 1 Januari 2020 praktis merosot tajam akibat banjir, artinya dari target awal ada selisih sebesar 155.000 orang. Jika rata-rata mengeluarkan biaya tiket, parkir dan makan minum sebesar Rp100.000 maka kerugian transaksi sebesar Rp15,5 miliar.
- Kota Tua
Data pengunjung tanggal 25 Desember 2019 mencapai 42.426 orang dan biasanya untuk tanggal 1 Januari akan naik lagi sebesar 50 persen menjadi 63.000 pengunjung. Setidaknya ada 6 spot di kota tua yang wajib dikunjungi seperti Museum Fatahillah, Museum Wayang, sewa sepeda, foto cosplay, took merah dan Museum Bank Indonesia.
Dengan total pengeluaran sebesar Rp55.000 per orang maka kerugian transaksi bisa mencapai Rp3,465 miliar.
- Monas
Jumlah Pengunjung Monas meningkat di Libur Natal 2019, dengan total 137.118 pengunjung. Artinya pada saat libur tahun baru akan mengalami peningkatan sebesar 50 persen menjadi 205.500 orang.
Jika rata-rata pengunjung mengeluarkan Rp50.000 per orang maka kerugian transaksi mencapai Rp10,275 miliar.
- TMII
Data 2019, jumlah pengunjung TMII mencapai 100.000 orang jika dibanding tahun baru 2020 hanya mencapai 37.000 orang. Artinya terjadi penurunan hingga 63 persen sekitar 63.000.
Jika per orang mengeluarkan biaya tiket, parkir dan makan/minum sebesar Rp50.000 maka kerugian transaksi mencapai Rp3,15 miliar.
- Kebun Binatang Ragunan
Data 2019, jumlah pengunjung Ragunan mencapai 160.000 orang, dibanding pengunjung tahun baru 2020 jumlah pengunjung hanya 25.000. Artinya berkurang mencapai 135.000 orang.
Jika rata-rata pengunjung mengeluarkan biaya tiket, parkir dan makan dan minum sebesar Rp40.000 maka kerugian transaksi Rp5,4 miliar.
3. Restoran
Jumlah outlet restoran di DKI Jakarta diperkirakan sebanyak 3.957 unit. Sementara, penurunan omset rata-rata akibat banjir mencapai 50 persen.
Sarman menilai, jika setiap restoran memiliki transaksi minimal Rp2 juta, maka kerugian transaksi mencapai Rp7,914 miliar.
4. Sektor Transportasi
Sarman menaksir, dari sisi transportasi, seperti taksi, Grab dan Gojek mengalami penurunan omset mencapai 70 persen. Jumlah taksi online di Jabodetabek mencapai 36.000 kendaraan, jika omzet menurun rata rata Rp100.000 maka kerugian transaksi mencapai Rp3,6 miliar.
Sedangkan jumlah ojek online di Jabodetabek mencapai 1,25 juta pengemudi. Jika omset turun menjadi rata-rata Rp25.000 maka kerugian transaksi mencapai Rp31,25 miliar.
Sarman menambahkan, ini belum termasuk kerugian yang dialami langsung pelaku usaha seperti 1.500 unit taksi yang terendam. "Jika dirata-ratakan harganya Rp200 juta maka kerugian mencapai 300 miliar," tuturnya.
Selain itu, sekitar 7.000 pedagang tradisional juga kehilangan barang dagangannya. Jika dirata-ratakan nilainya Rp10 juta maka kerugian mencapai 70 miliar. Serta berbagai sarana prasarana di beberapa pusat perbelanjaan yang masih sulit mendapatkan datanya.
"Jika kita jumlahkan secara keseluruhan kerugian transaksi dari sisi perputaran uang akibat banjir ekstrem 2020 bisa mencapai sebesar Rp135.054.000.000 per hari," jelasnya.
"Jika kita kalikan selama 5 hari musim liburan tenggang waktu 1 sampai 5 Januari suasana banjir, maka taksiran kerugian mencapai minimal Rp675.270.000.000. Jika ditambah dengan kerugian langsung (taksi dan pedagang pasar sekitar Rp370 miliar) perkiraan kerugian mencapai Rp1.045.270.000.000," tambah Sarman.
5. Kerugian pada Warga dan Infrastruktur
Sarman mengatakan perhitungan kerugian di atas belum termasuk pada sisi material yang langsung dialami oleh warga yang terkena banjir seperti mobil, motor, barang elektronik, sofa, surat-surat berharga dan perabotan rumah tangga yang angkanya juga bisa mencapai ratusan miliar.
"Juga kerusakan infrastruktur milik pemerintah provinsi DKI Jakarta seperti bangunan sekolah dan gedung perkantoran lainnya," ucapnya.
Maka dari itu, Sarman menegaskan menghadapi ancaman banjir ekstrem seperti ini pengusaha membutuhkan solusi bukan polemik. Pihaknya mendukung penuh langkah taktis dan strategis yang akan dilakukan Pemprov DKI Jakarta dengan dukungan penuh dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah penyangga Bodetabek agar dapat merumuskan bersama strategi yang akan dilakukan. Sehingga diharapkan mampu mengurangi dan menghadapi ancaman banjir ke depan agar tidak mengganggu aktivitas bisnis dan masyarakat.
"Ini adalah siklus alam, siapapun tidak bisa menduga secara pasti."