5 Masalah beras di Indonesia, mulai dari berkutu hingga palsu
Indonesia tercatat sebagai negara dengan konsumsi beras tertinggi di dunia.
Bagi orang Indonesia, mengonsumsi beras dan nasi mungkin sudah menjadi budaya. Tidak heran jika Indonesia tercatat sebagai negara dengan konsumsi beras tertinggi di dunia.
Untuk level Asia, konsumsi beras di Indonesia mengalahkan empat negara juga konsumsi berasnya tertinggi seperti Korea, Jepang, Malaysia dan Thailand.
Hal ini diungkapkan Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan (BPK) Kementerian Pertanian (Kementan), Sri Sulihanti.
"Konsumsi beras Indonesia memang yang paling banyak atau tertinggi di dunia," ujarnya dalam diskusi bertajuk 'Beras Analog untuk Ketahanan Pangan Berkelanjutan,' di Kementan, Jakarta.
Berdasarkan data Kementan, hingga akhir 2012, konsumsi beras per kapita ialah 102 Kg per tahun. Konsumsi beras di Korea hanya 40 Kg, Jepang 50 Kg, Malaysia sebesar 80 Kg serta Thailand sebesar 70 Kg per tahun.
Tingginya kebutuhan akan beras membuat komoditas ini rentan permasalahan. Apa saja sebetulnya masalah bahan pokok masyarakat Indonesia ini? Berikut merdeka.com akan merangkumnya untuk pembaca.
-
Siapa yang menugaskan BULOG untuk mengimpor beras? “Di tengah situasi yang sangat sulit mendapatkan beras impor, BULOG sudah berhasil mendapatkan kontrak sebesar 1 juta ton dari kuota tambahan penugasan importasi beras dari pemerintah di akhir tahun 2023 sebanyak 1,5 juta ton”, ujar Tomi.
-
Apa yang terjadi pada oknum buruh yang mempermainkan beras di gudang BULOG? Oknum buruh yang merupakan tenaga harian lepas di gudang Banjar Kemantren 2 dalam video tersebut sudah tidak dipekerjakan lagi dan Kepala Gudang Banjar Kemantren 2 sudah diberikan Surat Peringatan (SP) dan dimutasi.
-
Berapa berat Bumi? Menurut NASA, Massa Bumi berkisar 5,9722×1024 kilogram atau sekitar 13,1 septiliun pon.
-
Apa usia Bumi? Dilaporkan ScienceFocus, Jumat (7/7), faktanya Bumi telah berusia 4,54 miliar tahun.
-
Kenapa boraks berbahaya? Boraks dapat menumpuk dalam tubuh manusia dan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan serius.
-
Bagaimana BULOG menjamin pasokan beras untuk Natal dan Tahun Baru? Dengan stok beras yang dikuasai BULOG saat ini kemudian dengan tambahan baru penugasan impor dari pemerintah ini maka jumlahnya akan makin kuat untuk kebutuhan Natal dan Tahun Baru dan juga untuk penyaluran sampai dengan tahun depan guna mempertahankan stabilitas harga beras di masyarakat.
Berkutu
Warga mengeluh buruknya kualitas beras raskin yang diberikan Badan Urusan Logistik (Bulog). Beras tersebut ternyata stok lama atau persediaan tahun lalu (2014).
Direktur Bulog Lely Pelitasari menyebutkan, sampai saat ini stok beras raskin tahun lalu yang tersimpan di gudang Bulog masih menyisakan 300.000 ton.
Lely tidak memungkiri buruknya kualitas beras raskin yang saat ini akan disalurkan ke masyarakat.
"Artinya itu stok lama yang memang banyak kita tahu, nyimpen beras sekarung ditaruh saja sebulan sudah kutuan," ujarnya usai diskusi 'Pangan Kita' yang digelar RRI, Merdeka.com, IJTI, IKN dan DPD RI di restoran Warung Daun, Jakarta Pusat.
Mafia beras
Melonjaknya harga beras belakangan ini memunculkan asumsi adanya praktik nakal penimbunan beras. Fakta itu disaksikan langsung Menteri Perdagangan Rachmat Gobel.
Dia mengaku banyak menemukan praktik penimbunan serta pengoplosan beras di pasaran. Temuan tersebut didapat setelah dilakukan sidak ke beberapa pasar. " Jakarta banyak," kata Rachmat di kantor wapres, Jl. Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.
Hasil temuannya, pedagang beras melakukan pencampuran atau oplos beras kualitas bagus dengan beras dengan kualitas rendah demi meraup keuntungan besar.
"Saya bilang pada waktu lalu saya dapatkan gudang beras pedagang oplos masuk kantong merek dagang sendiri. Kalau lihat suplai yang ada Jakarta banyak sekali. Termasuk beras operasi pasar. Kenapa tidak ada barang itu di pasar," ungkap Rahmat.
Kualitas buruk
Warga Dusun Aji Gunung, Desa Gunung Sekar, Kecamatan/Kabupaten Sampang, mengeluhkan kondisi raskin (beras untuk rumah tangga miskin) yang mereka terima pada Jumat (15/5). Warga tidak berani mengonsumsi beras itu. Selain berbau apek dan berwarna kecokelatan, di dalam beras tersebut terdapat banyak kutu dan kerikil.
Abdul Muhyi, 58, warga setempat yang juga termasuk rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS-PM) raskin, mengaku kecewa karena mendapat beras yang tidak layak konsumsi. Padahal, warga harus menebus raskin 15 kilogram itu seharga Rp 24 ribu. Namun, hasilnya tidak bisa dimasak.
"Karena kondisinya sudah tidak layak konsumsi, beras ini tidak kami masak. Berasnya berbau apek dan warnanya kecokelatan," tuturnya.
Beras rakyat miskin digigiti koruptor
Sebanyak tiga kepala desa terjerat kasus korupsi bantuan beras bagi warga miskin (raskin) di Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Ketiga kepala desa itu masing-masing Kepala Desa Tanjung, Kecamatan Pademawu, Moh Urip, Kepala Desa Larangan Slampar, Kecamatan Tlanakan, Mustahep, dan Kepala Desa Toket, Kecamatan Proppo, Isnaini.
"Kepala Desa terbaru yang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi raskin ini adalah Isnaini," kata tim penyidik Kejari Pamekasan Yulistiono, seperti dilansir Antara.
Kasus dugaan korupsi bantuan raskin di Kabupaten Pamekasan ini terjadi di 178 desa yang tersebar di 13 kecamatan di Kabupaten Pamekasan. Hal ini, sesuai dengan laporan yang disampaikan masyarakat ke institusi aparat penegak hukum di Pamekasan ini.
Para kepala desa umumnya tidak mencairkan bantuan raskin sesuai dengan ketentuan, yakni setiap bulan sebanyak 15 kilogram per rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS-PM). Ada kepala desa yang hanya menyerahkan bantuan raskin selama tiga bulan dalam setahun, itupun jumlahnya tidak sesuai dengan ketentuan yakni 15 kilogram per bulan.
Palsu
Beras palsu buatan China marak beredar. Bahkan beras tiruan mengandung bahan plastik ini diduga juga ditemukan beredar di daerah Bekasi, Jawa Barat. Tentu hal ini membuat masyarakat Indonesia sebagai pengonsumsi beras khawatir.
Beras palsu ini terbuat dari gabungan kentang, ubi jalar dan limbah plastik yang direkayasa sedemikian rupa sehingga berbentuk menyerupai beras. Tidak hanya itu, produsen beras palsu ini juga menambahkan resin sintetis industri. Resin sintetis ini dikatakan sangat berbahaya jika dikonsumsi karena bisa memicu kanker.
Dewi Setiani, warga Bekasi, Jawa Barat menemukan sejumlah keanehan dengan beras yang dibelinya. Sehingga dia menduga bahwa beras tersebut adalah beras palsu yang terbuat dari plastik. Dugaan tersebut muncul ketika dia mengolah beras itu menjadi bubur untuk dia santap esok paginya. Namun setelah didiamkan beberapa jam, bubur ini pun berbentuk aneh.
"Berasnya jadi aneh dan rasanya juga enggak kayak nasi pada umumnya. Lebih terasa kayak plastik, karena sintesisnya berasa banget," kata Dewi saat dihubungi merdeka.com.