5 Pengakuan Bakrie beli saham Path
Investasi yang digelontorkan Bakrie Global Grup sebesar USD 25 juta atau sekitar Rp 304 miliar.
Bulan lalu, berita mengejutkan datang dari kerajaan bisnis milik Aburizal Bakrie yakni Bakrie Global Group. Konsorsium investor yang dipimpin Bakrie menyita perhatian setelah membeli saham media sosial Path.
Investasi yang digelontorkan Bakrie Global Grup sebesar USD 25 juta atau sekitar Rp 304 miliar. "Kami senang berpartisipasi mengembangkan Path," kata Chief Executive Officer (CEO) Bakrie Group Anindya Bakrie.
-
Apa yang menjadi sorotan utama dari keluarga Ardi Bakrie? Terkenal sebagai keluarga penerus old money, keluarga Ardi Bakrie selalu menjadi sorotan. Kekompakan dan keharmonisan mereka menjadi nilai tambah di mata publik.
-
Di mana pemotretan keluarga Bakrie ini dilakukan? Pasangan selebritas ini secara rutin membagikan momen bersama keluarga sang suami, yang kembali terlihat ketika mereka berkumpul di Amerika Serikat pada awal tahun 2024.
-
Siapa saja yang ikut dalam pemotretan keluarga Bakrie ini? Dalam sebuah pemotretan yang diunggah melalui platform TikTok-nya, Nia Ramadhani memamerkan momen keluarga Bakrie yang terdiri dari generasi ketiga dan keempat.
-
Apa yang dijual di warung Bu Ratmini dan Pak Wiarji? Pak Wiarji bercerita, di warung itu ia dan istrinya menjual aneka makanan dan minuman. Namun tak semua makanan bisa mereka hidangkan. Bu Ratmini mengaku sudah tidak bisa lagi memasak gorengan karena keterbatasan fisik yang ia miliki.
-
Kenapa keluarga Bakrie selalu menarik perhatian publik? Kehidupan keluarga Bakrie selalu menarik perhatian netizen, terutama jika kita berbicara tentang Vannya Istarinda, menantu mereka.
-
Kapan Topeng Jantuk mulai populer? Di masanya, sekitar tahun 80-an, Jantuk memakai konsep demikian, dengan menyampaikan lawakan khas Betawi kepada penonton.Yang menarik, bahasa yang digunakan menggunakan khas Betawi asli dan para penonton akan mempelajarinya. Pantikan lawakan akan dimulai melalui pantun.
"Dengan tim manajemen yang solid dan rencana pengembangan bisnis yang relevan, Path bisa terus menghubungkan setiap penduduk Indonesia dengan cara yang lebih produktif dan berarti," lanjutnya.
Dalam pandangannya, untuk menggarap bidang media sosial hanya ada dua pilihan. Antara membuat sendiri media sosial atau berinvestasi di media sosial yang sudah ada. Cara kedua dinilai lebih mudah dilakukan.
"Intinya, ada dua cara bikin sendiri platformnya dan pasang di Indonesia. Yang kedua, investasi, platformnya sudah jalan, marketingnya sudah jalan, aplikasinya kita bantu di Indonesia. Sekali-kalilah Indonesia yang investasi di luar," ucap Anindya.
Pendiri sekaligus CEO Path Dave Morin mengaku menyiapkan tempat untuk investor strategis dari Asia, khususnya Asia Tenggara, untuk berinvestasi di perusahaannya. Salah satu alasannya, Asia merupakan pasar potensial media sosial.
"Bisnis kami lebih kuat melebihi yang orang duga. Saya berusaha mempelajari pasar tersebut dan mencari mitra lokal untuk memperluas wilayah operasi," katanya.
Menurut Morin, proses negosiasi yang dimulai sejak pertengahan tahun lalu berjalan cukup alot. Menyusul sejumlah masalah yang dialami Path, mulai dari pegawai andalan yang hengkang hingga kasus pecat massal. Kami telah cukup tumbuh dan mengambil banyak pelajaran pada tahun lalu. Itu bukan hal yang mudah," katanya.
Beragam spekulasi muncul di balik aksi ekspansi kerajaan bisnis Bakrie. Bahkan ada pula yang mengaitkan dengan aktivitas politik Aburizal Bakrie . Merdeka.com merangkum pengakuan-pengakuan Anindya Bakrie terkait investasi di Path. Berikut paparannya.
Bukan dari utang
Salah satu yang diingat dari kerajaan bisnis Bakrie adalah lilitan utang di hampir semua anak usahanya. Bahkan, istilah gali lubang tutup lubang disematkan setelah melihat strategi Bakrie mengembangkan bisnisnya. Dengan lilitan utang yang besar, muncul pertanyaan dari mana Bakrie mendapat dana untuk investasi di Path?
Chief Executive Officer (CEO) Bakrie Group Anindya Bakrie menegaskan bahwa saham Path dibeli dari dana internal, bukan dari utang atau pinjaman.
"Bukan (pinjaman). Path murni dari Bakrie Global, bukan dari VIVA Tbk atau yang lain. Bakrie global private equity, dari dana internal," ujar Anin di Kantor ANTV, Kuningan, Jakarta, Senin (3/2).
Walaupun harus menggelontorkan dana besar, Bakrie rela menginvestasikan dana di Path dengan alasan prospek bisnis yang cukup besar.
Saham Bakrie di Path tak lebih dari 5 persen
Aksi ekspansi Grup Bakrie melalui Bakrie Global Ventura yang menginvestasikan dananya sebesar USD 25 juta atau sekitar Rp 304 miliar di sosial media Path beberapa waktu lalu, cukup menarik perhatian banyak orang.
Walaupun dana yang digelontorkan cukup besar, kepemilikan saham Bakrie Grup di Path terbilang kecil. "Investasi di Path kecil kok di bawah 5 persen, tapi lupa angka pastinya," kata Corporate Secretary Perseroan Neil R. Tobing di Kantor ANTV, Kuningan, Jakarta, Senin (3/2).
Chief Executive Officer (CEO) Bakrie Group Anindya Bakrie mengaku, investasi Bakrie Grup di Path memang minoritas. Pihaknya tidak mempersoalkan besaran komposisi saham. Terlebih Path dinilai sesuai dengan karakter pasar masyarakat Indonesia.
"Path itu investasi dari Bakrie Grup, global bukan VIVA atau lain-lain. Itu private equity, dananya dapat dari dana internal. Kita hanya minoritas. Tapi karakter masyarakat Indonesia itu kan Solomo (sosial, lokal, mobile)" kata Anindya.
Ingin fokus garap media sosial
Chief Executive Officer (CEO) Bakrie Group Anindya Bakrie menuturkan, bisnis Bakrie Grup mencakup beberapa bidang seperti telekomunikasi, media, dan teknologi (TMT). Investasi di Path, diyakini bisa mendongkrak bisnis perseroan.
"Kalau dilihat dari grup kami, misalnya TMT (telkom, media, teknologi). Telekomunikasi sudah lokal, sudah mobile, tapi belum sosial. Dari tv sudah lokal, belum sosial, belum mobile. Kalau viva.co.id, sudah lokal, mobile, belum sosial. Dengan ini, kita bisa sinergi lebih bagus di antara yang bagus," papar Anindya.
Dalam pandangannya, untuk menggarap bidang media sosial hanya ada dua pilihan yakni membuat sendiri atau berinvestasi di media sosial yang sudah ada. Cara kedua dinilai lebih mudah dilakukan.
"Intinya, ada dua cara bikin sendiri platformnya dan pasang di Indonesia. Yang kedua, investasi, platformnya sudah jalan, marketingnya sudah jalan, aplikasinya kita bantu di Indonesia. Sekali-kalilah Indonesia yang investasi di luar," ucap Anin.
Pembelian path sebagai bagian dari rencana dan fokus pengembangan bisnis berbasis media sosial yang tengah dijalankan Bakrie Group. "Saya yakin slogan orang Indonesia itu Solomo, sosial, lokal, and mobile. Sekarang kan ada program pesbukers. Bukan tidak mungkin ada program twitteran, lalu ada path gulipath," katanya.
Bantah untuk kampanye
Peran media sosial di tanah air diakui sangat besar untuk membentuk opini. Terlebih, masyarakat Indonesia tercatat sebagai pengguna media sosial terbesar di dunia. Salah satunya media sosial Path. Indonesia tercatat sebagai pengguna terbesar kedua di dunia.
Dari gambaran itu, pembelian saham Path yang dilakukan Grup Bakrie sempat dikaitkan sebagai salah satu cara Bakrie membentuk opini jelang Pemilu 2014. Namun hal itu secara tegas dibantah Chief Executive Officer (CEO) Bakrie Group Anindya Bakrie. Dia mengatakan, investasi Bakrie Grup di Path tidak berkaitan dengan keterlibatan Aburizal Bakrie dalam pemilu 2014.
"Nggak ada hubungannya dengan politik. Ini murni investasi," kata Anindya di Kantor ANTV, Kuningan, Jakarta, Senin (3/2).
Prospek media sosial cemerlang
Saat berkunjung ke Indonesia, Dave Morin, pendiri Path, mengatakan jumlah pengguna Path di Indonesia lebih besar dari Amerika Serikat dengan sekitar 4 juta pengguna aktif.
Saat ini, Path memiliki 20 juta pengguna aktif di dunia. Pengguna Path di Indonesia, kata Morin, menyumbang trafik Path global dalam bulanan, dan sekitar seperempat trafik Path dalam harian. Artinya, kurang lebih tujuh juta pengguna Path mengaksesnya dari Indonesia.
Pengakuan ini yang menjadi alasan Bakrie Group menginvestasikan dananya di path. "Kami membelinya karena Path memiliki prospek yang bagus dibandingkan pesaingnya yang lebih terkenal. Penggunaannya bisa tiga kali lebih sering per hari dari saingannya," ungkap Chief Executive Officer (CEO) Bakrie Group Anindya Bakrie.
Terlebih kecenderungan masyarakat Indonesia lebih menyukai menggunakan media sosial dalam berinteraksi. Ini melandasi perseroan untuk menggarap bisnis sosial media di Indonesia.
"Saya sampaikan bahwa masyarakat Indonesia merupakan pengguna Path terbesar kedua di dunia," tegas Anindya.
Baca juga:
Bakrie bantah beli Path untuk kampanye Pemilu
Anindya Bakrie: Saham Path bukan dibeli dari utang
Bakrie Grup fokus garap pasar media sosial
VIVA gelontorkan Rp 745 miliar demi lisensi Piala Dunia 2014
Investasi Rp 304 miliar, saham Bakrie di Path tak lebih 5 persen