Ada Konflik Iran-AS, Investor Diperkirakan Main Aman
Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS) dikhawatirkan akan berdampak pada perekonomian negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satunya, berdampak pada volatilitas yang membahayakan ekonomi dalam jangka panjang.
Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS) dikhawatirkan akan berdampak pada perekonomian negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satunya, berdampak pada volatilitas yang membahayakan ekonomi dalam jangka panjang.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, dengan adanya konflik ini, investor akan takut untuk berinvestasi ke pasar negara berkembang. Sehingga, ada kecenderungan untuk bermain aman.
-
Mengapa pemerintah Iran memeriksa bandara? Dilansir Middle East Eye, Sabtu (3/8), menurut sejumlah sumber yang mengetahui penyelidikan dan berbicara kepada the New York Times, aparat keamanan juga memeriksa bandara internasional dan domestik Teheran dengan mengamati rekaman kamera ruang kedatangan dan keberangkatan serta memeriksa daftar penerbangan.
-
Siapa yang membuat Indah Permatasari bingung dengan banyaknya stok ASI? Dengan banyak stok ASI yang belum diminum, Indah yang kebingungan menanyakan pada pengikutnya di Instagram mengenai opsi pemanfaatan ASI tersebut.
-
Apa yang dilakukan Israel terkait perang dengan Hamas? Menteri Keamanan Nasional Israel, Itmar Ben-Gvir mengatakan, pemerintah Israel akan membagikan 4.000 pucuk senapan serbu.
-
Bagaimana Indonesia mendorong investasi dalam CCS? MOU antara pemerintah Indonesia dan ExxonMobil baru-baru ini mencakup investasi 15 miliar USD dalam industri bebas emisi CO2.
-
Bagaimana AS mengatur pelarangan ini? Perintah Presiden AS Biden secara resmi memulai upaya untuk membuat peraturan yang melarang perusahaan AS berinvestasi di perusahaan-perusahaan dari “negara-negara yang menjadi perhatian” yang aktif dalam komputasi kuantum, semikonduktor canggih, dan bidang kecerdasan buatan tertentu.
-
Kenapa AS melakukan pelarangan ini? Dalam penjelasannya kepada wartawan, para pejabat senior pemerintah mengatakan tindakan tersebut adalah "tindakan keamanan nasional, bukan tindakan ekonomi".
"Misalnya dengan membeli dolar atau emas. Harga emas dunia telah naik 2,19 persen dibandingkan tahun lalu dan Dollar index menguat tipis 0,51 persen dalam sepekan terakhir," kata Bhima saat dihubungi Merdeka.com, Minggu (5/1).
Dia menjelaskan, dengan adanya dampak ke volatilitas, maka IHSG dikhawatirkan akan terkoreksi jika kondisi makin memanas.
Selain itu, harga emas dunia yang naik juga akan berpengaruh naiknya harga emas di Indonesia. Tak hanya itu, nilai tukar Rupiah juga bisa melemah dengan adanya konflik tersebut.
Saran untuk Pemerintah
Untuk mengantisipasi dampak dari konflik tersebut, Bhima menyarankan pemerintah untuk memastikan daya beli masyarakat terjaga dengan mendorong stimulus fiskal, khususnya kepada masyarakat masyarakat rentan miskin dan miskin.
Selain itu, pemerintah didorong untuk melakukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2020 agar asumsi makro, khususnya harga minyak disesuaikan dan alokasi subsidi BBM listrik dan LPG 3 kilogram (kg) bisa ditambah.
"Mendorong korporasi yang meminjam utang dengan valas (valuta asing) agar melakukan lindung nilai atau hedging. Antisipasi pelemahan kurs Rupiah," tandasnya.
(mdk/azz)