Airlangga: Inflasi September 2022 Masih Cukup Terkendali
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, realisasi inflasi Indonesia pada September 2022 sebesar 5,95 persen (yoy) masih cukup terkendali dibandingkan inflasi di berbagai negara yang relatif tinggi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, realisasi inflasi Indonesia pada September 2022 sebesar 5,95 persen (yoy) masih cukup terkendali dibandingkan inflasi di berbagai negara yang relatif tinggi.
"Angka realisasi September ini juga lebih rendah dibandingkan perkiraan awal maupun konsensus Bloomberg yang sebesar 6 persen (yoy)," katanya di Jakarta, dikutip Antara, Senin (3/10).
-
Apa yang Airlangga Hartarto katakan tentang target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045," kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
-
Bagaimana Menko Airlangga Hartarto berencana memperkuat kerja sama ekonomi di KTT G20? “Di KTT India nanti Indonesia akan terus berupaya menjalin kerja sama dengan negara-negara lainnya dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang ekonomi. Sehingga nantinya pembangunan akan terus terjadi dan masyarakat akan sejahtera," tutur Ketua Umum DPP Partai Golkar ini.
-
Kapan inflasi terjadi? Inflasi terjadi ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan yang terus-menerus dalam suatu periode waktu tertentu hingga mengurangi daya beli uang.
-
Apa yang dibahas dalam pertemuan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dengan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Gam Ki Yong? Pertemuan keduanya terkait implementasi Program Tech:X, peningkatan kemudahan mobilitas bagi investor dari Singapura, pengembangan Pelabuhan Kendal, penguatan konektivitas udara, kerja sama agribisnis, dan kerja sama pariwisata.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Apa itu inflasi? Sekadar informasi, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa, yang berdampak pada biaya hidup.
Hal ini ditopang oleh deflasi harga pangan bergejolak atau volatile food yang sebesar minus 0,79 persen (mtm) berkat extra effort yang dilakukan pemerintah seperti gerakan tanam pangan, operasi pasar dan subsidi ongkos angkut. Sementara secara bulanan sebesar 1,17 persen terutama disumbang oleh kenaikan harga bensin, tarif angkutan dan solar namun masih tertahan oleh penurunan harga komoditas hortikultura seperti bawang merah dan cabai.
Inflasi September sebesar 1,17 persen (mtm) itu merupakan tertinggi sejak Desember 2014 sebesar 2,46 persen (mtm) karena saat itu inflasi didorong dari penyesuaian harga bensin dan solar yang dilakukan pada 17 November 2014.
Berdasarkan komponen, inflasi harga diatur pemerintah atau administered prices mengalami inflasi sebesar 6,18 persen (mtm) sehingga inflasi tahun kalendernya mencapai 11,99 persen (ytd) dan tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 13,28 persen (yoy).
"Bensin memberikan andil sebesar 0,89 persen sedangkan solar memberikan andil 0,03 persen," ujar Airlangga.
Penyesuaian harga BBM juga mendorong kenaikan harga pada berbagai tarif angkutan seperti tarif angkutan dalam kota dengan andil 0,09 persen dan tarif angkutan antar kota dengan andil 0,03 persen. Kemudian juga tarif angkutan roda dua online dengan andil 0,02 persen dan tarif angkutan roda empat online dengan andil 0,01 persen.
Menurut Airlangga, inflasi tarif angkutan diperkirakan masih akan dirasakan pada Oktober seiring beberapa daerah belum melakukan penyesuaian tarif. Meski demikian, diharapkan dampaknya tidak akan terlalu besar dengan mempertimbangkan daerah mulai dapat menjalankan program pengendalian inflasi termasuk bantuan di sektor transportasi maupun logistik.
Bantuan itu dapat menggunakan dana Belanja Tidak Terduga (BTT) maupun belanja wajib sebesar 2 persen Dana Transfer Umum (DTU). Sementara itu, inflasi harga pangan bergejolak yang tercatat mengalami deflasi sebesar minus 0,79 persen (mtm) atau 9,02 persen (yoy).
Aneka komoditas hortikultura yang memberikan andil deflasi tertinggi yakni bawang merah, cabai merah dan cabai rawit dengan masing-masing sebesar minus 0,06 persen, minus 0,05 persen dan minus 0,02 persen.
Penurunan harga disebabkan tercukupinya pasokan seiring masih berlangsungnya musim panen raya di berbagai daerah sentra produksi. Untuk beras masih mengalami kenaikan pada September dan memberikan andil inflasi 0,04 persen sehingga seluruh daerah diimbau untuk meningkatkan pelaksanaan operasi pasar maupun program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) bersama Bulog setempat.
Baca juga:
Jaga Inflasi, Pemprov Jabar Siapkan Anggaran Rp 110 Miliar
Inflasi Tinggi, Ini Dampak yang Harus Dihadapi Indonesia
BI Gencarkan Pengendalian Inflasi di Daerah
Kenaikan Tarif Angkutan Umum Jadi Penyumbang Inflasi Terbesar di September 2022
Mendagri Tito Optimis RI Bisa Keluar dari Daftar 100 Negara Termiskin di Dunia
Harga BBM Naik, Inflasi September Capai 1,17 Persen