Airlangga Sebut Inflasi akan Turun dalam 3 Bulan Lagi
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, bukan hal yang baru jika inflasi akan naik usai adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Nantinya, inflasi akan kembali turun dalam 3-4 bulan kemudian.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, bukan hal yang baru jika inflasi akan naik usai adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Nantinya, inflasi akan kembali turun dalam 3-4 bulan kemudian.
"Kalau Inflasi kan memang pengalaman serial itu setiap kali ada kenaikan bbm pasti akan menaikan inflasi. Namun inflasi akan turun dalam 3-4 bulan ke depan. Itu Kita lihat saja serinya selalu demikian," kata dia saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (4/10).
-
Apa yang dilakukan BULOG untuk menstabilkan harga beras di Indonesia? “Masyarakat tidak perlu khawatir, Pemerintah melalui Bulog sudah menggelontorkan beras operasi pasar atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di seluruh Indonesia dengan jumlah total per kemarin (14/12) sebanyak 1,1 juta ton dan kegiatan ini juga terus berlanjut digelontorkan sampai harga stabil," kata Tomi.
-
Kapan Pertamina menyesuaikan harga BBM? PT Pertamina (Persero) kembali menyesuaikan harga BBM nonsubsidi per 1 November 2023.
-
Kapan harga BBM mengalami kenaikan paling drastis di era Soekarno? Di tahun 1965, pemerintah memutuskan untuk menaikan harga BBM. Tujuannya demi mengendalikan hiperinflasi dan menambah pendapatan negara. Namun, kebijakan tersebut menjadi blunder.
-
Mengapa harga beras di Jakarta naik? Harga beras kualitas premium mengalami kenaikan menjadi Rp16.700 per kilogram dari kemarin Rp16.570.
-
Bagaimana Pertamina menentukan harga jual BBM non subsidi? Adapun harga BBM non subsidi bersifat fluktuatif, sehingga Pertamina melakukan evaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar.
-
Mengapa Pertamina menyesuaikan harga BBM? Pertamina menyesuaikan harga BBM untuk mengimplementasikan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No. 62 K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum.
Menurutnya, hal yang paling penting adalah mendorong pertumbuhan ekonomi. Ditambah lagi dengan adanya berbagai perbaikan indikator, seperti Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur. "Jadi pertumbuhan ekonomi lita perkirakan akan sedikit di atas 5,4 persen," ujarnya.
Dia mengungkap kalau PMI Manufaktur di September mencatatkan 53.7 poin. Angka ini setara dengan tertinggi di ASEAN bersama Thailand.
"Thailand Itu sekitar 55. Dan di negara G20 pertumbuhan ekonomi kita kan salah satu yang tertinggi, jadi itu membuktikan bahwa secara fundamental dan kita lebih baik," ungkapnya.
"Dan kemarin, dan juga Rilis sebelumnya dari mc kenzie kita adalah negara dengan inflasi, 5 negara inflasi terendah, jadi ini kelihatannya kita bisa pertahankan," tambah dia.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi September 2022 sebesar 1,17 persen, naik dibanding Agustus 2022 yang mengalami deflasi o,21 persen. Sementara itu, untuk inflasi tahun kalender 2022 yaitu untuk periode September 2022 terhadap Desember 2021 mencapai 4,48 persen.
"Inflasi yang terjadi di September 2022 yang sebesar 1,17 persen, merupakan inflasi tertinggi sejak Desember tahun 2014 di mana pada saat itu terjadi inflasi 2,46 persen sebagai akibat kenaikan harga BBM pada November 2014," tutur Kelapa BPS Margo Yuwono, Senin (3/10).
Reporter: Arief Rahman H.
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Airlangga: Inflasi September 2022 Masih Cukup Terkendali
Jaga Inflasi, Pemprov Jabar Siapkan Anggaran Rp110 Miliar
Inflasi Tinggi, Ini Dampak yang Harus Dihadapi Indonesia
BI Gencarkan Pengendalian Inflasi di Daerah
Kenaikan Tarif Angkutan Umum Jadi Penyumbang Inflasi Terbesar di September 2022
Mendagri Tito Optimis RI Bisa Keluar dari Daftar 100 Negara Termiskin di Dunia