Alasan Bank Indonesia Masih Pertahankan Suku Bunga Acuan di 3,5 Persen
Bank Indonesia (BI) buka suara terkait keputusannya untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate atau BI7DRRR di level 3,50 persen pada Juli 2022.
Bank Indonesia (BI) buka suara terkait keputusannya untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate atau BI7DRRR di level 3,50 persen pada Juli 2022. Selain suku bunga acuan, bank sentral juga kembali menahan suku bunga deposite facility tetap sebesar 2,75 persen dan suku bunga lending facility tetap di level 4,25 persen.
Kepala Grup Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Wira Kusuma menyampaikan, pertimbangan utama bank sentral untuk mempertahankan suku bunga acuan adalah kondisi inflasi inti. Tercatat, inflasi inti pada Juni 2022 masih di bawah 3 persen atau 2,63 persen.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditasnya di tengah kenaikan BI Rate? “Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,” tambahnya.
-
Apa penghargaan yang diraih oleh BRI? Berkomitmen tinggi pada penerapan keuangan berkelanjutan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berhasil meraih penghargaan Environmental, Social, and Corporate Governance (ESG) Award 2023 yang diselenggarakan oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI).
-
Bagaimana UBS Sekuritas Indonesia menentukan target harga saham BBRI? "Target harga kami mengasumsikan tingkat bebas risiko sebesar 7,25% (tidak berubah), tanggal batas akhir September 2024 (mulai Maret 2024), RoE berkelanjutan sebesar 20,5% (tidak berubah), dan pertumbuhan berkelanjutan sebesar 9% (tidak berubah). Pada target harga kami, saham akan diperdagangkan pada 3,0x PB 2024," jelas PT UBS Sekuritas Indonesia.
-
Bagaimana The Banker menilai kinerja BRI? Dalam situs resminya The Banker melakukan pemeringkatan Top 1000 World Banks 2023 mengacu pada pencapaian kinerja keuangan pada 2022. Adapun aspek penilaian diantaranya terdiri dari sisi balance sheet, income statement, dan capital adequacy.
-
Apa yang dipesankan anggota DPR RI kepada BI terkait penukaran uang jelang lebaran? Sudah menjadi tradisi di tengah masyarakat, dimana ketika menjelang lebaran kebutuhan penukaran uang terus meningkat. Untuk itu, BI perlu terus memberikan edukasi kepada masyarakat terkait tata cara dan mekanisme untuk penukaran uang tersebut. Terutama mengenai lokasi penukaran uang tersebut. Supaya masyarakat lebih memilih untuk menukar di tempat penukaran resmi dibandingkan jasa penukaran yang sering ditemui di pinggir jalan yang rawan pemalsuan,” ungkap Puteri.
"Seperti yang saya jelaskan tadi dasar yang membuat kita mempertahankan suku bunga adalah sumber dari inflasi itu," ujarnya dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) di Jakarta, Senin (25/7).
Selain itu, keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 3,50 persen untuk mempertahankan tren pemulihan ekonomi nasional. Sebab, kenaikan suku bunga acuan dikhawatirkan akan menghambat pemulihan ekonomi di tengah situasi penuh ketidakpastian akibat konflik Rusia dan Ukraina serta pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai.
"Kita melihat saat ini proses pemulihan sedang berlangsung. Nah, kalau misalnya pemulihan yang berlangsung terhambat itu akan merugikan perekonomian kita," bebernya.
Keputusan BI Tahan Suku Bunga Acuan Dinilai Sudah Tepat
Sebelumnya, Analis, Ibrahim As Suhaimi menilai keputusan yang diambil Bank Indonesia sudah tepat dengan mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5 persen.
"BI tetap pertahankan suku bunga ini mutlak harus dilakukan karena kondisi ekonomi saat ini cukup bagus," kata Ibrahim kepada wartawan, Jakarta, Kamis (21/7).
Menurutnya, saat ini kondisi ekonomi Indonesia masih perlu dukungan untuk pemulihan. Kondisi ekonomi saat ini pun tumbuh cukup baik yang didorong sejumlah indikator.
"Data neraca perdagangan Indonesia bagus, cadangan devisa juga bagus dan (level) manufaktur masih di atas 50," kata dia.
Berbagai indikator tersebut menunjukkan kondisi ekonomi di Asia, khususnya Indonesia cukup berdaya tahan di tengah gejolak yang terjadi di tingkat dunia. Semisal kenaikan suku bunga The Fed yang tinggi dan inflasi tinggi di sejumlah negara.
"Ini dampaknya ke ekonomi Indonesia cukup kuat fundamentalnya," kata Ibrahim
Apalagi berbagai komoditas unggulan Indonesia mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi. Mulai dari batu bara, nikel dan CPO. Sehingga Bank Indonesia saat ini tidak perlu menaikkan suku bunga acuannya.
(mdk/bim)