Alasan Orang Indonesia Suka Simpan Uang di Bank Swiss dan Singapura
Beberapa pengusaha Indonesia memilih menyimpan uang di Swiss dan Singapura. Apa alasannya?
Banyak pengusaha Indonesia memilih menyimpan uang mereka di luar negeri, seperti Swiss, Hongkong dan Singapura. Pada 2016 lalu, Presiden Jokowi menyebut ada uang simpanan para pengusaha Indonesia di luar negeri sebanyak Rp 11.000 triliun.
Agar uang-uang para pengusaha itu "kembali" ke Indonesia, pemerintah akhirnya mengesahkan UU Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty. Program pengampunan pajak (Tax Amnesty) yang dicanangkan pemerintah ini mampu menjaring ratusan ribu wajib pajak dan memancing triliun dana pulang kampung ke Indonesia.
-
Bagaimana Singapura mendapatkan skor keselamatannya? Studi ini juga menganalisis risiko keamanan digital, yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan internet secara bebas tanpa takut akan serangan daring atau pelanggaran privasi.
-
Kapan Singapura merdeka? Singapore Independence Day was on the 9th of August 1965.
-
Siapa yang mendapat penghargaan dari Pemerintah Singapura? Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mendapat penghargaan dari pihak Pemerintah Singapura.
-
Apa yang diekspor ke Singapura? Sebanyak 557.280 butir telur ayam konsumsi diekspor ke Singapura dengan nilai SGD 101.730 atau setara Rp 1,15 M.
-
Bagaimana cara pemerintah Singapura menetapkan gaji guru? Merangkum dari berbagai sumber, Kementerian Pendidikan Singapura selalu menyesuaikan gaji atau pendapatan para guru berdasarkan jenjang pendidikan yang menjadi objek mengajar.
-
Siapa saja yang tinggal di Singapura? Singapore is home to 5.6 million people with a diverse culture. Majority ethnic groups in Singapore are Chinese, Malay, and Indian.
Lalu, apa alasan para pengusaha Indonesia menyimpan uang mereka di Bank Swiss, Singapura dan negara lain:
Keamanan Lebih Ketat
Swiss adalah salah satu tujuan penyimpanan uang para pengusaha. Negara ini dinilai paling aman untuk menyimpan aset termasuk menjamin kerahasiaan data pemilik dana. Bahkan uang hasil kejahatan.
Direktur Advokasi Pusat Kajian Anti korupsi Universitas Gadjah Mada, Oce Madril waktu itu mengatakan Swiss memiliki sistem perbankan yang sangat ketat. Saking ketatnya sistem perbankan Swiss, Oce menduga nilai aset warga negara Indonesia yang tersimpan di sana sangat besar.
Tarif Pajak Rendah
Selain masalah keamanan, tarif pajak yang ditawarkan oleh Swiss maupun Singapura relatif rendah. Pengamat Perpajakan Universitas Indonesia (UI), Ruston Tambunan mengatakan negara-negara tersebut menawarkan tarif pajak rendah, bahkan sampai nol persen.
Pada 2015 lalu, tarif Pajak Penghasilan (PPh) Badan di Singapura hanya sebesar 17 persen, Hongkong 16,5 persen, Swiss 17,92 persen, dan negara tax heaven countries Cayman Islands yang membebaskan pungutan pajak perusahaan alias nol persen.
Punya Pengalaman Atasi Krisis
Singapura menjadi salah satu negara tujuan penyimpanan uang. Alasannya selain sistem pengawasan yang ketat, Singapura juga pandai atasi krisis. Pengalaman Singapura dalam menangani dan mengelola krisis tersebut telah diakui oleh para manajer investasi di berbagai negara. Sehingga para pemilik dana ini menaruh kepercayaan di negara ini.
Seperti diketahui, krisis ekonomi yang terjadi di suatu negara umumnya dimulai dari terjadinya krisis pada sektor keuangan. Dalam kondisi krisis tersebut, maka pemilik modal juga akan menjauh, yang berakibat pada semakin sulitnya lapangan pekerjaan, hingga pengangguran dan kemiskinan meningkat.
Industri Perbankan yang Kuat
Singapura juga dikenal lebih berpengalaman dalam mengelola aset investasi yang semakin menarik minat para investor dari berbagai negara, seperti deposito mata uang asing berbiaya murah dan bunga yang kompetitif.
Selain itu, perbankan di Singapura juga memiliki banyak fitur-fitur yang menguntungkan bagi para nasabahnya. Seperti akses transfer secara bebas sepanjang waktu dan bersifat global, masuk ke pasar eksklusif, diversifikasi portofolio yang kuat, dan fasilitas penyimpanan multi mata uang.