Apindo: Investasi Tinggi Belum Tentu Serapan Tenaga Kerja Lebih Banyak
Masalah ini harus dipikirkan secara serius. Setiap tahun produksi angka lulusan atau tenaga kerja siap masuk pasar kerja sekitar 2-2,5 juta. Belum lagi krisis akibat pandemi ini juga banyak mengorbankan tenaga kerja lewat pemutusan hubungan kerja (PHK).
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Danang Girindrawardana menyebut bahwa sebelum pandemi corona, pertumbuhan investasi di Indonesia terus meningkat. Sayangnya peningkatan jumlah investasi yang masuk tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.
Danang menilai, kondisi ini bisa menjadi salah satu penyebab masalah pengangguran tidak pernah terselesaikan.
-
Siapa yang bertemu dengan Airlangga Hartarto saat membahas investasi di Indonesia? Delegasi kongres Amerika Serikat yang terdiri Jonathan Jackson, Young Kim, Andy Barr, dan Jasmine Crockett, bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Jakarta di Jakarta, Senin (28/8).
-
Bagaimana cara membagi anggaran untuk investasi? Martua menyarankan adanya pembagian porsi alokasi anggaran untuk berinvestasi.“Untuk pemula, secara umum bisa dialokasikan dengan pembagian 40% - 30% - 20% dan 10%," rinci Martua.
-
Bagaimana cara Indonesia menarik investasi 'family office'? Dia harus datang kemari (Indonesia). Misalnya, dia taruh duitnya 10 atau 30 juta dolar AS, dia harus investasi berapa juta, dan kemudian dia juga harus memakai orang Indonesia untuk kerja di family office tadi. Jadi, itu nanti yang kita pajakin.
-
Siapa yang mendorong penerapan skema investasi 'family office' di Indonesia? Presiden Joko Widodo mengumpulkan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju dan kepala lembaga negara untuk membahas potensi skema investasi 'family office' dalam rapat internal di Istana Negara Jakarta, Senin (1/7) lalu.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Bagaimana Cak Imin membandingkan pelayanan investasi di Indonesia dengan Cina? Menurut Cak Imin, pelayanan terhadap investasi di Indonesia masih jauh dari Cina. Kata ketua umum PKB ini, di Cina telah memberikan pelayanan yang memadai."Pelayanan yang diberikan kepada investasi jauh dari Tiongkok misalnya. Mereka betul-betul pelayanan yang memadai," ujarnya.
"Setiap tahun makin banyak angka pengangguran yang meningkat, ini mengkhawatirkan," kata Danang dalam Webinar Apindo bertema 'Peran Kebijakan Akselerasi Produk Inovasi Di Era New Normal', Jakarta, Jumat (19/6).
Danang menjelaskan, sebelum pandemi serapan tenaga kerja selalu berbanding terbalik dengan jumlah investasi yang masuk. Pada tahun 2013 nilai investasi yang masuk sekitar Rp398,3 triliun. Di tahun tersebut jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 1,8 juta orang. Hal ini diartikan setiap Rp1 triliun, ada 4.594 orang tenaga kerja yang terserap.
Tahun 2015 nilai investasi yang masuk sebesar Rp545,4 triliun, menyerap tenaga kerja sebanyak 1,435 juta. Hal ini diartikan setiap Rp1 triliun, ada 2.632 orang tenaga kerja yang terserap.
Tahun 2016, nilai investasi yang masuk Rp613 triliun dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,39 juta orang. Hal ini diartikan setiap Rp1 triliun, ada 2.271 orang tenaga kerja yang terserap.
Tahun 2017 nilai investasi yang masuk sebesar Rp692,8 triliun, tetapi hanya menyerap 1,17 juta orang tenaga kerja. Hal ini diartikan setiap Rp1 triliun, ada 1.698 tenaga kerja yang terserap.
Kemudian, di tahun 2018 nilai investasi yang masuk sebesar Rp721,3 triliun. Namun tenaga kerja yang terserap hanyalah 960.052. Hal ini diartikan setiap Rp1 triliun, ada 1.331 tenaga kerja yang diserap.
Kondisi Darurat
Dari data tersebut Danang menilai kondisi ini sudah darurat. Nyatanya nilai investasi yang meningkat belum tentu bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak.
"Ini situasi yang bisa disebut dengan kondisi yang lampu merah. Nilai investasi yang meningkat belum tentu serapan tenaga kerjanya meningkat," kata dia.
Masalah ini harus dipikirkan secara serius. Setiap tahun produksi angka lulusan atau tenaga kerja siap masuk pasar kerja sekitar 2-2,5 juta. Belum lagi krisis akibat pandemi ini juga banyak mengorbankan tenaga kerja lewat pemutusan hubungan kerja (PHK).
Menurut Danang, masa pandemi ini seharusnya bisa membuka peluang baru bagi Indonesia. Sehingga bisa menyerap tenaga kerja yang ada. "Di era new normal ini sebenarnya bisa menciptakan satu peluang di Indonesia," kata Danang.
Namun, di sisi lain banyak perusahaan besar yang jatuh. Danang menilai hal ini terjadi karena perusahaan di Indonesia tidak dapat melakukan kecepatan inovasi dalam perusahaannya.
Sehingga inovasi terlambat dan kalah saing dengan kompetitor. Maka di Indonesia inovasi ini harus terus digencarkan agar tetap tumbuh.
(mdk/idr)