ASEAN Tekankan Pentingnya Upaya Inklusif dan Kolaboratif dari Sektor Swasta
Di dunia, kawasan ASEAN merupakan perekonomian terbesarke-5, eksportir terbesar ke-4.
Kawasan ASEAN merupakan perekonomian terbesar
ke-5, dan eksportir terbesar ke-4.
ASEAN Tekankan Pentingnya Upaya Inklusif dan Kolaboratif dari Sektor Swasta
Perekonomian ASEAN menunjukkan kinerja positif dalam satu dekade terakhir dengan pertumbuhan rata-rata 4%-5%. Di dunia, kawasan ASEAN merupakan perekonomian terbesar
ke-5, eksportir terbesar ke-4, dan pada 2022 lalu bahkan menjadi tujuan foreign direct investment (FDI) terbesar ke-2.
Perekonomian ASEAN mencapai tingkat pertumbuhan sebesar 5,7% pada 2022 yang didorong oleh tingkat konsumsi domestik, perdagangan, dan investasi yang tinggi. Industri seperti elektronik, kendaraan listrik, dan ekonomi digital, mengalami peningkatan investasi pada tahun lalu, dengan total arus masuk FDI tumbuh sebesar 5,5%.
- Industri SKT di Tanah Air Serap Banyak Tenaga Kerja dan Beri Efek Ganda Bagi Perekonomian
- Perkuat Dukungan UMKM Perempuan, BNI Hadirkan Pertiwi Indonesia di Kriyanusa 2023
- Usaha Pertambangan Menggeliat Usai Pandemi, Bisnis Alat Berat Tumbuh 40 Persen
- Potensi Belanja Produk UMKM Diprediksi Capai Rp2.000 Triliun
"Saat ini, kami adalah salah satu dari sedikit titik terang untuk pertumbuhan ekonomi, meskipun perjalanan ke depan masih diselimuti ketidakpastian. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan melambat di tahun-tahun mendatang. Sudah ada tanda-tanda melambatnya kinerja ekonomi negara-negara utama ASEAN, meningkatnya inflasi pangan,
dan berlanjutnya ketidakpastian pasar akibat fragmentasi geopolitik," jelas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam ASEAN Business and Investment Summit 2023 Plenary Session yang mengangkat tema 'Aligning ASEAN’s Private Sector Priorities to the Global Agenda', Minggu (3/9).
Berdasarkan tema Kepemimpinan ASEAN Indonesia pada 2023 yaitu 'ASEAN Matters:
Epicentrum of Growth', Indonesia mengambil inisiatif untuk merespon hal tersebut. Inisiatifnya antara lain memperkuat integrasi pasar regional melalui peningkatan Free Trade Agreement ASEAN-Australia-Selandia Baru, memperkenalkan Transaksi Mata Uang Lokal dan interoperabilitas pembayaran digital, serta mempromosikan ASEAN Industry Project Based Initiative.
"Selanjutnya, kami akan memulai fase baru digitalisasi dengan diluncurkannya Perjanjian
Kerangka Ekonomi Digital ASEAN, yang akan meningkatkan nilai ekonomi digital di ASEAN
tahun 2030 hingga dua kali lipat. Kami juga mempercepat agenda ekonomi berkelanjutan
melalui pengembangan ekosistem kendaraan listrik regional," tutur Menko Airlangga.
Kerja sama ASEAN bukan hanya upaya sektor publik, namun juga yang menjadi kunci adalah
upaya inklusif dan kolaboratif dari sektor swasta dalam berbagai agenda dan inisiatif ASEAN.
Proyek ASEAN juga tidak berdiri dalam ruang hampa, sebab dipengaruhi dinamika global sehingga memerlukan peran aktif dari sektor publik ASEAN maupun sektor swasta. Mengingat hal ini, ada tiga bidang prioritas yang dapat dikontribusikan oleh sektor swasta ASEAN terhadap agenda global.
"Pertama, kita memerlukan suara sektor swasta yang lebih besar untuk menyoroti dan mengurangi risiko serta biaya fragmentasi rantai pasokan global dan regional yang didorong oleh geopolitik. Sektor publik dan swasta perlu bekerja sama, termasuk dengan mitra dan platform lain, untuk menegakkan arsitektur perdagangan dan ekonomi multilateral yang terbuka, inklusif, tidak diskriminatif, dan berbasis aturan," ujar Menko Airlangga.
Kedua, kata Menko Airlangga, diperlukan sektor swasta yang secara aktif memanfaatkan
peluang pertumbuhan baru. Sektor swasta ASEAN harus bekerja sama dengan dewan bisnis lainnya untuk menjajaki potensi kolaborasi. Sektor swasta ASEAN juga harus menerapkan model bisnis inklusif, memaksimalkan hubungan pembangunan ekonomi lokal termasuk
dengan UMKM.
Terakhir, sektor swasta ASEAN perlu memanfaatkan sumber daya, jaringan, teknologi, dan keahlian sektor swasta untuk menemukan solusi terhadap tantangan sosio-ekonomi dan perubahan iklim di kawasan ini. Inovasi, difusi dan adopsi teknologi juga perlu didukung dan dipercepat untuk meningkatkan ketahanan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat.
ASEAN juga perlu mengoptimalkan kontribusi inovasi dan teknologi untuk meningkatkan perekonomian Kawasan dan mengatasi tantangan sosio-ekonomi yang sudah maupun akan terjadi. Hal tersebut selaras dengan tema ABIS tahun ini yaitu "ASEAN Centrality: Innovating towards Greater Inclusivity".
"Saya ingin mengimbau kepada sektor swasta ASEAN dan komunitas bisnis secara lebih luas, untuk berkontribusi aktif dalam mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2025.
Terutama untuk ABAC harus bisa membuat ASEAN lebih kuat dengan menguatkan juga perdagangan dan kolaborasi antar negara anggota ASEAN," pungkas Menko Airlangga.