Bangun Usaha Kayu dari Garasi Rumah, Wanita Ini Raih Omzet Hingga Rp200 Juta per Bulan
Nia dan mitranya memutuskan untuk memberi nilai tambah pada produk-produk tersebut.
Inspirasi Nia muncul dari ide sederhana melihat banyaknya kekayaan kerajinan kayu di Jogja, terutama di jalan-jalan Malioboro.
Bangun Usaha Kayu dari Garasi Rumah, Wanita Ini Raih Omzet Hingga Rp200 Juta per Bulan
Bangun Usaha Kayu dari Garasi Rumah, Wanita Ini Raih Omzet Hingga Rp200 Juta per Bulan
- Berawal dari Modal Utang Rp500.000 ke Tetangga, Bisnis Dimsum Kautsar Kini Raup Omzet Miliaran Rupiah
- Mahasiswa Nekat Bikin Usaha Jamur, Modal Rp100.00 Kini Raup Omzet Rp40 Juta Sekali Panen
- Istri Nekat Bikin Usaha saat Suami di-PHK, Modal Rp50.000 dan Kini Punya 14 Karyawan dengan Omzet Rp150 Juta
- Kisah Penghafal Quran Bangun Bisnis, Berasal dari Keluarga Miskin dan Sempat Bangkrut Hingga Tak Bisa Gaji Karyawan
Nia Fernanda, atau yang akrab disapa Nia sukses memanfaatkan peluang industri kriya kayu menjadi lumbung pendapatan. Keberhasilan ini karena besarnya potensi di sektor kreatif, di mana keahlian dan inovasi berpadu menciptakan peluang bisnis yang menguntungkan.
Bersama bisnisnya, Dekayu, dia bukan hanya menciptakan produk, tetapi juga membangun kisah inspiratif yang memperlihatkan betapa kolaborasi dan konsistensi dapat membawa perubahan yang besar.
Dilansir dari video Youtube Medsos Biz, awalnya, inspirasi Nia muncul dari ide sederhana melihat banyaknya kekayaan kerajinan kayu di Jogja, terutama di jalan-jalan Malioboro.
Melihat bahwa produk-produk kayu ini tidak hanya sebagai dekorasi, tetapi juga memiliki nilai fungsi sehari-hari. Nia dan mitranya memutuskan untuk memberi nilai tambah pada produk-produk tersebut. Mereka tidak hanya membuatnya estetis, tetapi juga aman digunakan dalam aktivitas sehari-hari.
Proses awalnya sederhana, mereka membuat contoh produk di garasi rumah, mengambil fotonya dan memasarkan melalui Instagram.
Nia juga mencoba menawarkan ke teman-teman yang food fotografer atau yang membuat foto produk untuk menjadikan produknya sebagai properti foto selain porselin keramik.
“Pertama kali kita punya produk itu coaster, tekstur kayunya menarik dijadikan properti foto, jadi awalnya malah dari situ belum punya varian produk,” kata Nia.
Pada tahun pertama, Dekayu fokus untuk mengembangkan produknya. Dengan misinya membuat buat produk bukan hanya dekorasi tapi bisa dipakai, Dekayu membuat produknya food grade dan aman bersentuhan dengan makanan.
Akhirnya, Dekayu mulai membuat varian yang bisa dipakai sehari-hari dari aktivitas makan seperti, piring, mangkok, dan talenan.
Dekayu kian populer dan bertahan selama pandemi dengan mengembangkan produk dan menjadi one-stop shopping kebutuhan gift, hampers, souvenir dan merchandise baik kebutuhan perorangan juga korporasi & pemerintahan.
Dengan meningkatnya permintaan akan hampers, bisnis mereka berkembang dengan pesat. Penjualan melonjak, bahkan hingga empat kali lipat dari sebelumnya.
Pertumbuhan bisnis Dekayu tidak hanya berdampak pada Nia dan timnya, tetapi juga pada para pengrajin lokal. Mereka bukan hanya menciptakan produk, tetapi juga peluang.
Dengan mempertahankan mimpi besar untuk berdampak baik secara sosial dan ekonomi, Nia dan timnya terus bergerak maju, menjadikan konsistensi dan kolaborasi sebagai kunci kesuksesan mereka.
Saat ini, Dekayu telah berjalan selama lebih dari 6 tahun. Dengan kolaborasi bersama 50 pengrajin lokal, Dekayu mampu membantu mereka meningkatkan kapasitas produksi dan merancang produk yang bisa menjadi sumber penghasilan yang stabil.
“Ingin berperan untuk menaikkan ekonominya mereka, kesejahteraannya para pengrajin, sekarang sudah hampir 50 pengrajin itu bersama kita untuk memproduksi produk-produk yang distribusiin sama Dekayu,” ungkapnya.
Produk Dekayu telah tersebar di berbagai kota besar di Indonesia mulai dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Papua, Nusa Tenggara Timur. Selain itu pada 2020, Dekayu mulai mendistribusikan produknya hingga ke luar negeri seperti singapura, malaysia, Australia dan Jerman.
Produk Dekayu dihargai mulai Rp10.000 - Rp200.000 tergantung ukuran dan kerumitan produknya. Pada saat pandemi produknya terjual mencapai omzet Rp100 juta - Rp200 juta per bulan. Namun pada hari biasanya Omset Dekayu sekitar Rp20-Rp30 juta.
Nia mengungkapkan tantangan utama dalam bisnisnya adalah konsistensi. Baginya konsistensi sangat penting untuk membuat bisnisnya bertahan dan tumbuh seperti sekarang. Bersama dengan pengrajin dan stakeholder lainnya, Nia berharap Dekayu dapat berdampak baik secara sosial dan secara ekonomi serta tetap konsisten dalam menghadapi berbagai tantangan.