Bank Indonesia Diminta Tak Lagi Turunkan Suku Bunga Acuan
Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk, Adrian Panggabean menilai, Bank Indonesia tidak perlu lagi menurunkan suku bunga acuan lebih dari 3,5 persen. Meskipun ruang untuk penurunan BI 7 Days Reserve Repo Rate (BI-7DRRR) masih terbuka di tengah kondisi perekonomian nasional saat ini.
Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk, Adrian Panggabean menilai, Bank Indonesia tidak perlu lagi menurunkan suku bunga acuan lebih dari 3,5 persen. Meskipun ruang untuk penurunan BI 7 Days Reserve Repo Rate (BI-7DRRR) masih terbuka di tengah kondisi perekonomian nasional saat ini.
"Saya harap 7 Days Reserve ini sampai di 3,5 persen. Ini titik bawahnya, jangan dibawah ini lagi," kata Adrian, Jakarta, Kamis (25/2).
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Apa penghargaan yang diraih oleh BRI? Berkomitmen tinggi pada penerapan keuangan berkelanjutan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berhasil meraih penghargaan Environmental, Social, and Corporate Governance (ESG) Award 2023 yang diselenggarakan oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI).
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditasnya di tengah kenaikan BI Rate? “Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,” tambahnya.
-
Bagaimana Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah tetap berjalan? Bank Indonesia pun memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan. Bahkan, Bank Indonesia sudah siap dengan skenario dalam penerapan redenominasi rupiah ini.
-
Bagaimana UBS Sekuritas Indonesia menentukan target harga saham BBRI? "Target harga kami mengasumsikan tingkat bebas risiko sebesar 7,25% (tidak berubah), tanggal batas akhir September 2024 (mulai Maret 2024), RoE berkelanjutan sebesar 20,5% (tidak berubah), dan pertumbuhan berkelanjutan sebesar 9% (tidak berubah). Pada target harga kami, saham akan diperdagangkan pada 3,0x PB 2024," jelas PT UBS Sekuritas Indonesia.
Adrian mengatakan penting bagi bank sentral untuk tetap mempertahankan suku bunganya. Sebab, secara eksternal, ini terkait besarnya ketidakpastian dari arah pergerakan aset global. Tentunya ini akan berdampak pada stabilitas nilai tukar Rupiah.
Dari sisi domestik, mempertahankan suku bunga acuan ini, bertujuan untuk menjaga monetary tank. Sehingga dapat mencegah munculnya komplikasi saat dilakukan normalisasi moneter pasca tahun 2022 atau 2023.
"Dari sisi domestik untuk menjaga agar monetary tank tidak terlalu kosong," kata dia mengakhiri.
Sudah Terpangkas 3,5 Persen, BI Akan Batasi Penurunan Suku Bunga
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada Rabu dan Kamis, 17-18 Februari 2021 memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 3,5 persen, menjadi yang terendah sepanjang sejarah pemberlakuan BI7DRRR.
Sebagai catatan, BI di sepanjang 2020 juga telah memangkas suku bunga acuan sebanyak lima kali atau sebesar 125 bps, dari semula 5 persen menjadi 3,75 persen. Lantas, apakah Bank Indonesia buka kemungkinan untuk kembali memotong suku bunga acuan ke depannya?
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya dari waktu ke waktu tentu saja akan melihat berbagai indikator, baik di tingkat ekonomi global, domestik, inflasi, nilai tukar rupiah, hingga sektor pembiayaan. Sehingga, Bank Indonesia bisa memilih instrumen apa yang tepat untuk bidang moneter, khususnya dalam menetapkan kebijakan suku bunga acuan.
"Kalau mengenai suku bunga dengan penurunan ini kan 3,5 persen. 3,75 persen yang sebelumnya itu sudah terendah sejak 2013. Dengan penurunan hari ini tentu saja ruang-ruang penurunan suku bunga itu semakin terbatas," ujar Perry dalam sesi teleconference, Kamis (18/2).
Namun, itu bukan berarti Bank Indonesia tidak punya pilihan lain. Dia memaparkan beberapa pilihan lain yakni dengan quantitative easing, pelonggaran kebijakan makro prudensial, stabilisasi nilai tukar rupiah, dan terutama mendorong percepatan digitalisasi sistem pembayaran.
"Ini akan bisa mendorong pemulihan ekonomi nasional, khususnya dari sektor retail dan UMKM. Ini akan jadi daya dukung pemulihan ekonomi juga ke depan, termasuk UMKM syariah," ucap Perry.
(mdk/bim)