Bank Indonesia Terus Dorong Perbankan Turunkan Suku Bunga Kredit
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Maret 2021 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) pada level 3,50 persen.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Maret 2021 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) pada level 3,50 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo lantas mendesak perbankan untuk ikut menurunkan suku bunga kredit. Sebab menurut catatannya, kebijakan penurunan BI7DRRR belum banyak diikuti perbankan.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Apa penghargaan yang diraih Bank Jatim? Kali ini, bankjatim berhasil mendapat penghargaan gold rank dalam The Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2023.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditasnya di tengah kenaikan BI Rate? “Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,” tambahnya.
-
Bagaimana The Banker menilai kinerja BRI? Dalam situs resminya The Banker melakukan pemeringkatan Top 1000 World Banks 2023 mengacu pada pencapaian kinerja keuangan pada 2022. Adapun aspek penilaian diantaranya terdiri dari sisi balance sheet, income statement, dan capital adequacy.
-
Kapan Bank Garansi QLola by BRI diluncurkan? Kehadirzn layanan Bank Garansi di QLola by BRI kini kian memudahkan para pelaku usaha.
"Penurunan suku bunga kebijakan moneter dan longgarnya likuiditas mendorong suku bunga terus menurun. Meskipun suku bunga kredit perbankan masih perlu terus didorong," ujar Perry dalam sesi teleconference, Kamis (18/3).
Perry memaparkan, longgarnya likuiditas dan penurunan suku bunga kebijakan Bank Indonesia 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 150 basis points (bps) sejak 2020 telah mendorong rendahnya rata-rata suku bunga pasar uang antar bank sekitar 2,96 persen selama Februari 2021.
Di sisi lain, suku bunga deposito satu bulan juga telah menurun sebesar 189 BPS year on year (yoy) ke tingkat 4,06 persen sejak Januari 2020 hingga Januari 2021.
"Namun demikian, penurunan suku bunga kredit hingga Januari 2021 masih cenderung terbatas. Yaitu hanya sebesar 75 basis point ke level 9,72 persen, Januari 2020 hingga Januari 2021," ungkapnya.
Di tengah penurunan suku bunga BI7DRRR sebesar 125 bps sampai Januari 2021, Perry melanjutkan, suku bunga dasar kredit perbankan pada periode yang sama baru turun sebesar 75 basis point secara tahunan.
Hal ini menyebabkan suku bunga dasar kredit terhadap BI7DRRR cenderung melebar dari 5,82 persen pada Januari 2020 menjadi sebesar 6,28 persen pada Januari 2021.
"Sementara itu suku bunga deposito lebih cepat dalam merespon suku bunga kebijakan. Sehingga spread antara suku bunga dasar kredit dan suku bunga dasar deposito satu bulan juga alami kenaikan dari 4,86 persen menjadi 5,97 persen," tuturnya.
BI: Suku Bunga Deposito Lebih Cepat Turun Dibanding Kredit
Selama pandemi Covid-19, Bank Indonesia telah berkali-kali menurunkan suku bunga acuan. Hingga Februari 2021, BI 7-Day Reverse Repo Rate berada di posisi 3,5 persen, lebih rendah dibandingkan Februari 2020 sebesar 4,75 persen.
Sayangnya, penurunan suku bunga acuan ini tidak selalu direspon positif oleh perbankan, khususnya pada penurunan suku bunga pembiayaan. Suku bunga pembiayaan dinilai sulit beradaptasi dengan kebijakan bank sentral dibandingkan dengan penurunan suku bunga deposito yang cenderung lebih cepat penyesuaiannya.
"Kalau dilihat secara jangka panjang selalu seperti itu. Kalau BI rate turun, deposito ratenya turun cepat tapi kalau suku bunga kredit masih sangat rigit," kata Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial, Juda Agung dalam Taklimat Media: Kebijakan LTV dan Uang Muka KKB, Jakarta, Senin (22/2).
Sehingga, terjadi perbedaan suku bunga kredit perbankan dan suku bunga acuan yang makin lebar. Dia melihat, perbankan memanfaatkan keadaan untuk mendapatkan keuntungan yang besar dalam kondisi ini. "Artinya bank mencoba mendapatkan keuntungan yang lebih seperti saat ini," ungkap dia.
Padahal, penurunan suku bunga acuan yang dilakukan bank sentral untuk mendorong permintaan kredit konsumsi. Maka, tidak heran jika permintaan kredit di masyarakat masih rendah. "Makanya orang masih ragu minta kredit karena suku bunga kredit masih tinggi," kata dia.
Penurunan suku bunga kredit perbankan bisa menjadi salah satu faktor masyarakat belum mau mengajukan pembiayaan, terlebih dalam kondisi yang masih tinggi ketidakpastiannya. Seharusnya, bila Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan penurunan suku bunga acuan, maka perbankan juga harus merespon dengan baik.
Penurunan suku bunga tidak hanya pada deposito atau tabungan saja. Melainkan juga pada suku bunga pembiayaan. "Karena kalau kita lihat dengan adanya biaya-biaya dalam suku bunga ini, ada biaya overheat cost ini sudah diturunkan juga secara cepat," kata dia.
Untuk itu dia berharap agar perbankan bisa lebih responsif dengan kebijakan Bank Indonesia.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com