Penyaluran Kredit untuk Mobil Listrik Masih Rendah, Terkendala Tingginya Suku Bunga
Penyaluran Kredit untuk Mobil Listrik Masih Rendah, Terkendala Tingginya Suku Bunga
Penyaluran kredit untuk pembiayaan mobil listrik sejauh ini masih terbilang rendah karena bersandar pada tingkat suku bunga yang tinggi.
Penyaluran Kredit untuk Mobil Listrik Masih Rendah, Terkendala Tingginya Suku Bunga
Penyaluran Kredit untuk Mobil Listrik Masih Rendah, Terkendala Tingginya Suku Bunga
Presiden Direktur PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance), Dewa Made Susila masih menunggu penurunan tingkat suku bunga acuan guna melakukan penetrasi penyaluran kredit untuk pasar mobil listrik.
Menurut dia, penyaluran kredit untuk pembiayaan mobil listrik sejauh ini masih terbilang rendah karena bersandar pada tingkat suku bunga yang tinggi.
"Penetrasi masih rendah. Memang salah satu hambatan tahun ini sama tahun lalu itu suku bunga. Karena suku bunga naik, pasti biaya kredit naik," ujar Made dalam sesi bincang di sela kegiatan IIMS 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (15/2).
"Kalau itu sudah mulai melandai, rasanya dari sudut affordability mulai terbantu," ungkap dia.
Seperti diketahui, Bank Indonesia pada Januari 2024 masih menahan tingkat suku bunga acuan, atau BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di 6 persen. Angka tersebut telah mencapai tingkat tertinggi dalam 4,5 tahun terakhir.
Made mengungkapkan, kebijakan itu jadi faktor yang sangat menentukan bagi angka penjualan kendaraan pribadi, termasuk mobil listrik. Sebab, mayoritas konsumen memilih untuk membeli mobil menggunakan kredit dibanding tunai.
"Saat ini memang salah satu hambatan itu lending rate lagi tinggi kan, karena BI rate tinggi, The Fed naik. Intinya, karena tadi saya bilang 2/3 itu kredit, salah satu pendorong di luar harga, di luar pajak adalah nanti affordability dari kredit," paparnya.
"Kalau nanti (suku bunga acuan) Amerika turun, BI turun, kita pasti turunkan. Di mobil begitu, di mobil sensitif sekali sama suku bunga," kata Made.
Kendati begitu, dia optimistis penyaluran kredit untuk pembelian mobil listrik bakal meningkat tahun ini. Kepercayaan itu dilandasi oleh target pertumbuhan ekonomi 5 persen yang diusung pemerintah, di tengah banyak krisis yang mengintai dunia.
"Kita masih target pertumbuhannya 12-14 persen. Karena kita melihat, semua orang pintar ngaku ekonomi Indonesia tumbuh 5 persen," ucap Made.
"(Pertumbuhan ekonomi) 5 persen tuh kan enggak krisis artinya, enggak negative growth. Itu kalau ngomong di luar negeri, air liur orang keluar, 5 persen tuh (kok bisa) tumbuh di zaman segini," tuturnya.