Benarkah Boikot Produk Israel Berpengaruh ke Perdagangan Indonesia? Begini Penjelasan BPS
Komoditas impor dari Israel antara lain, mesin peralatan mekanis dan bagiannya, perkakas dan peralatan dari logam.
secara umum kondisi politik Israel dan Palestina sebenarnya tidak signifikan berpengaruh terhadap kinerja perdagangan internasional Indonesia.
- Mesin Perang AS-Israel Bunuh 2 Persen Populasi Gaza Sejak Oktober 2023, 24 Persen Korban Anak Muda
- BPS: Impor dari Israel Turun Drastis Tinggal Rp43,24 Miliar, Ini Daftar Produknya
- Aksi Boikot Makin Gencar, Perusahaan Asing Terafiliasi Konflik Israel Terdampak Signifikan
- Ramai Aksi Boikot Produk Israel, Pengusaha Minuman Beri Tanggapan Begini
Benarkah Boikot Produk Israel Berpengaruh ke Perdagangan Indonesia? Begini Penjelasan BPS
Benarkah Boikot Produk Israel Berpengaruh ke Perdagangan Indonesia? Begini Penjelasan BPS
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Pudji Ismartini menegaskan aksi boikot produk Israel tidak memberi pengaruh terhadap neraca perdagangan Indonesia.
Dia menjelaskan, secara umum kondisi politik Israel dan Palestina sebenarnya tidak signifikan berpengaruh terhadap kinerja perdagangan internasional Indonesia.
Jika dilihat dari volume impor Indonesia dari Palestina mulai Januari hingga Oktober hanya 0,000 persen.
Sedangkan impor non migas Israel dari Januari hingga Oktober hanya 0,0110 persen.
"(Palestina) kecil sekali. Israel juga kecil," terangnya.
Adapun komoditas impor dari Israel antara lain, mesin peralatan mekanis dan bagiannya, perkakas dan peralatan dari logam tidak mulia dan mesin perlengkapan elektrik dan bagiannya.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia masih mengimpor barang atau produk dari Israel.
Khusus sepanjang Januari sampai September 2023, nilai impor produk ke Indonesia dari Israel mencapai USD 14,4 juta atau sekitar Rp266 miliar.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengakui jika selama ini Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Kendati demikian, hal ini tidak berarti kedua negara tidak bisa melakukan perdagangan.
"Dapat saya sampaikan bahwa kalau kita tidak memiliki hubungan diplomatik tidak berarti secara ekonomi kita tidak boleh melakukan hubungan dagang tetap bisa dilakukan karena ini adalah sifatnya bisnis to bisnis," jelas dia dikutip Minggu (22/10).