Benarkah Daya Beli Masyarakat Menurun?
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah mengatakan, deflasi yang terjadi pada dua bulan sebelumnya utamanya disebabkan oleh dua faktor. Pertama yakni masalah musiman dan kedua yakni terkait dengan over suplai terhadap beberapa komoditas seperti ayam dan telur.
Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang dua bulan terakhir Agustus dan September mencatat terjadi deflasi secara nasional. Masing-masing tercatat sebesar 0,05 persen pada Agustus 2019 dan 0,27 persen September 2019. Lantas, apakah deflasi tersebut dikarenakan oleh daya beli masyarakat menurun?
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah mengatakan, deflasi yang terjadi pada dua bulan sebelumnya utamanya disebabkan oleh dua faktor. Pertama yakni masalah musiman dan kedua yakni terkait dengan over suplai terhadap beberapa komoditas seperti ayam dan telur.
-
Kapan inflasi terjadi? Inflasi terjadi ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan yang terus-menerus dalam suatu periode waktu tertentu hingga mengurangi daya beli uang.
-
Apa itu inflasi? Sekadar informasi, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa, yang berdampak pada biaya hidup.
-
Bagaimana inflasi mempengaruhi nilai investasi? “Inflasi juga dapat memengaruhi nilai tukar. Negara-negara dengan tingkat inflasi rendah biasanya mengalami apresiasi nilai mata uang dibandingkan negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi,” ujar Kar Yong Ang.
-
Kenapa harga tanah dan rumah di Indonesia semakin mahal? Jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat, khususnya di kota-kota besar, mengakibatkan ketersediaan lahan atau tanah semakin terbatas. Dampaknya, harga rumah dan tanah yang naik setiap tahunnya.
-
Kenapa peredaran mata uang Jepang di Sumatra menyebabkan inflasi? Di Provinsi Sumatra banyak beredar mata uang Jepang yang sudah menjadi alat tukar sehari-hari masyarakat. Akan tetapi, peredaran mata uang ini justru mengakibatkan inflasi, sehingga nilainya terus merosot dan harga-harga barang terus melambung.
-
Siapa yang perlu mengerti tentang inflasi? “Itulah sebabnya pemahaman akan inflasi merupakan kunci dari perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan ekonomi yang efektif,” ujar Kar Yong Ang.
"Besarnya deflasi menurut saya bukan dikarenakan menurunnya daya beli. Permintaan memang menurun tapi lebih dikarenakan pola musiman," terang Piter saat dihubungi merdeka.com, Minggu (6/10).
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal pun angkat suara terkait deflasi September 2019 yang mencapai 0,27 persen. Menurutnya, deflasi tersebut disebabkan tidak adanya faktor-faktor pendorong inflasi pada bulan September, seperti hari raya atau aktivitas masyarakat dalam jumlah masif yang mengerek inflasi.
"Tidak ada faktor-faktor yang mendorong kenaikan harga barang pada bulan September. Kalau bulan Juni saat Lebaran, itu kan permintaan meningkat sehingga harga-harga meningkat, transportasi juga meningkat, tiket pesawat," jelas dia.
"Kemudian bulan Agustus saat tahun ajaran baru, itu harga barang-barang terkait pendidikan itu meningkat. Di bulan September tidak ada (faktor) yang mendorong inflasi. Setelah September menjelang akhir tahun mulai lagi harga barang karena menjelang liburan liburan," lanjut dia.
Meskipun demikian, deflasi September tetap harus diwaspadai. Sebab jauh lebih dalam jika dibandingkan dengan deflasi pada periode yang sama di tahun 2018 sebesar 0,18 persen.
"Hanya yang perlu dikhawatirkan deflasi di bulan September tahun ini lebih dalam deflasinya dibandingkan tahun lalu dan juga tahun sebelumnya," urainya.
Baca juga:
Penjualan Lesu, Asosiasi Rokok Duga Daya Beli Masyarakat Turun
September Deflasi, Pemerintah Harus Waspada Potensi Pelemahan Daya Beli
Sri Mulyani Bantah Ada Penurunan Daya Beli di September 2019
Bank Indonesia: Konsumsi Rumah Tangga RI Masih Bagus Meski Tidak Kuat
Tren Belanja Online Milenial Topang Pertumbuhan Ekonomi RI 2020
ADB Revisi Turun Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2019 Menjadi 5,1 Persen