Benarkah Investasi Bitcoin Tak Terpengaruh Kebijakan Moneter dan Gejolak Politik?
Penurunan pembelian emas menunjukkan adanya pergeseran dalam kebijakan cadangan devisa negara.
Sejak awal abad ke-21, China disebut telah secara konsisten membeli emas untuk mengamankan keuntungan dari surplus perdagangan dan sebagai alternatif terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Benarkah Investasi Bitcoin Tak Terpengaruh Kebijakan Moneter dan Gejolak Politik?
Benarkah Investasi Bitcoin Tak Terpengaruh Kebijakan Moneter dan Gejolak Politik?
- Bitcoin Melonjak Jadi Aset Terbesar Kedelapan di Dunia, Apa Artinya bagi Ekonomi Global?
- Harga Bitcoin Kembali Cetak Rekor Tertinggi, Kin Capai Rp1,4 Miliar
- Peluncuran ETF Bitcoin dan Ethereum Pertama di Asia, Beri Sinyal Positif ke Industri Keuangan Tradisional
- Investasi Sektor Ini Patut Dilirik di Tengah Gejolak Ekonomi
CEO Indodax, Oscar Darmawan menyebut bahwa bitcoin menawarkan keunggulan sebagai aset yang lebih tahan terhadap tekanan atau gejolak politik.
"Bitcoin menawarkan keunggulan sebagai aset yang tidak terkait dengan kebijakan moneter suatu negara dan memiliki sifat desentralisasi yang membuatnya lebih tahan terhadap tekanan politik dan sanksi eksternal," ujar Oscar dikutip dari Antara, Sabtu (15/6).
Pada bulan Mei 2024, bank sentral China mengalami perlambatan signifikan dalam pembelian emas yang menandakan adanya potensi perubahan strategi di tengah peningkatan ketegangan geopolitik global dan upaya negara-negara mencari alternatif mata uang cadangan.
Sejak awal abad ke-21, China disebut telah secara konsisten membeli emas untuk mengamankan keuntungan dari surplus perdagangan dan sebagai alternatif terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Penurunan pembelian emas menunjukkan adanya pergeseran dalam kebijakan cadangan devisa negara tersebut yang berpotensi memiliki dampak signifikan.
merdeka.com
Mengingat terjadi pergeseran dalam geopolitik global, diversifikasi dinilai menjadi penting karena akan melindungi dari dampak negatif ketidakstabilan politik atau ekonomi di satu wilayah, serta fluktuasi nilai tukar dan inflasi. Peningkatan ketegangan ini mendorong beberapa negara untuk mencari alternatif dalam mata uang cadangan mereka.
“Dalam mencari alternatif, bitcoin muncul sebagai pilihan yang menarik,” ungkap dia.
Oscar juga menyoroti bahwa bitcoin telah terbukti menjadi alat investasi yang efektif bagi investor yang mencari peluang pertumbuhan dan perlindungan terhadap fluktuasi mata uang konvensional.
Sebagai contoh, El Salvador menjadi negara pertama yang mengadopsi bitcoin sebagai devisa resmi pada September 2021 di bawah kepemimpinan Presiden Nayib Bukele. Tujuan utama dari langkah ini adalah meningkatkan inklusi keuangan, menarik investasi asing, dan mengurangi biaya pengiriman uang bagi warga yang bekerja di luar negeri.
"Salvador mengintegrasikan bitcoin dalam sistem keuangan nasionalnya untuk meraih manfaat ekonomi jangka panjang," tutup CEO Indodax.
merdeka.com