Beras dan Rokok Jadi Komoditas Pengeluaran Terbesar Warga Jakarta
Berdasarkan data BPS mencatat beras dan rokok sebagai pengeluaran terbesar dalam rumah tangga.
Berdasarkan data BPS mencatat beras dan rokok sebagai pengeluaran terbesar dalam rumah tangga.
- Hitung-hitungan Biaya Hidup Layak di Jakarta Rp14,8 Juta, UMP 2025 Naik Hanya Jadi Rp5,3 Juta
- Solusi Tiga Cawagub Atasi Pengangguran di Jakarta
- Ternyata Ini Pengeluaran Paling Besar yang Buat Biaya Hidup di Jakarta dan Bekasi Jadi Paling Mahal
- Jakarta dan Bekasi Jadi Kota dengan Biaya Hidup Termahal di Indonesia
Beras dan Rokok Jadi Komoditas Pengeluaran Terbesar Warga Jakarta
Beras dan Rokok Jadi Komoditas Pengeluaran Terbesar Warga Jakarta
Beras dan rokok menjadi komoditas yang paling banyak dibeli masyarakat.
Data Badan Pusat Statistik BPS (BPS) dalam publikasi berjudul Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta 2023 menunjukkan beras dan rokok sebagai pengeluaran terbesar dalam rumah tangga.
"Komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK (garis kemiskinan) penduduk Jakarta adalah beras 19,29 persen. Sumbangan terbesar kedua terhadap GK di Jakarta adalah rokok kretek filter 14,93 persen,"
demikian penjelasan dalam publikasi yang dikutip pada Kamis (11/1).
Selanjutnya, pengeluaran terbesar masyarakat Jakarta untuk komoditas makanan adalah belanja daging ayam ras 8,82 persen, telur ayam 6,18 persen, dan daging sapi 4,04 persen.
Berdasarkan data Maret 2023, secara rata-rata pengeluaran masyarakat Jakarta setiap bulannya sebesar Rp792.515 per kapita.
Nilai pengeluaran tersebut terbagi menjadi dua komposisi, pertama untuk belanja makanan sebesar Rp548.628 dan belanja non makanan sebesar Rp243.887.
Sementara itu, komoditas bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar untuk pengeluaran rumah tangga Jakarta adalah biaya perumahan, tagihan listrik, pembelian bensin, biaya pendidikan, serta uang transportasi.
Dalam publikasi BPS juga menunjukan warga di Jakarta Barat menjadi masyarakat dengan tingkat kesejahteraan lebih tinggi dibandingkan kota administrasi Jakarta lainnya.
Alasannya, pengeluaran non makanan oleh masyarakat di Jakarta lebih besar dibandingkan pengeluaran untuk makanan.
"Semakin baik tingkat kesejahteraan masyarakat terlihat dari semakin banyaknya proporsi pendapatannya yang dibelanjakan untuk kebutuhan non makanan, begitu pula sebaliknya," demikian penjelasan BPS.
Berikut persentase pengeluaran masyarakat Jakarta untuk komoditas makanan dan non makanan;
- Jakarta Utara: 36,11 persen dan 63,89 persen
- Jakarta Barat: 36,05 persen dan 63,95 persen
- Jakarta Pusat: 42,81 persen dan 57,19 persen
- Jakarta Timur: 39,35 persen dan 60,65 persen
- Jakarta Selatan: 38,01 persen dan 61,99 persen
- Pulau Seribu: 59,52 persen dan 40,48 persen
Data tersebut menunjukan pengeluaran masyarakat Kepulauan Seribu sebagian besar masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan yaitu sebesar 59,52 persen, dan sisanya 40,48 persen untuk non makanan.
Perbedaan karakteristik konsumsi di Kepulauan Seribu disebabkan kondisi ekonomi masyarakat yang sebagian besar masuk termasuk kelompok masyarakat dengan golongan pendapatan 40 persen ke bawah se-provinsi DKI Jakarta.