Bertemu Joe Biden, Jokowi Singgung Pinjaman Rp300 Triliun untuk Transisi Energi
Indonesia tengah menanti pencairan dana JETP senilai USD 20 miliar untuk mendorong program transisi energi.
Indonesia tengah menanti pencairan dana JETP senilai USD 20 miliar untuk mendorong program transisi energi.
Bertemu Joe Biden, Jokowi Singgung Pinjaman Rp300 Triliun untuk Transisi Energi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden di Gedung Putih, Washington DC.
Dalam pertemuan tersebut, Jokowi menanyakan kembali komitmen pendanaan suntik mati PLTU batubara dari kelompok negara maju yang tergabung dalam Just Energy Transition Partnership (JETP).
- Presiden Jokowi Terima Surat Kepercayaan 10 Dubes Negara Sahabat
- Jokowi dan Joe Biden Sepakat Bikin Program Kerja Produksi Baterai Kendaraan Listrik
- VIDEO: Ganjar Curhat Saat ini Pengangguran, Singgung Pertemuan Dengan Presiden Jokowi
- Jepang Hentikan Pendanaan Proyek PLTU Indramayu, Jokowi Jawab Begini
Seperti diketahui, Indonesia tengah menanti pencairan dana JETP senilai USD 20 miliar, atau setara Rp 300 triliun. Sebagian besarnya dicairkan dalam bentuk pinjaman atau utang, dan sebagian kecil hibah untuk mendorong program transisi energi.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, pemerintah memohon agar JETP tidak mengenakan bunga komersil untuk porsi pinjamannya.
"Dananya ada, cuman kan hampir sama dengan dana komersil. Kemarin juga dipertanyakan oleh pak Presiden ke pak Biden, bahwa harus ada sumber dana yang bukan hubungannya memudahkan, tidak seperti commercial finance," ujarnya di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (17/11/2023).
Namun, dana JETP tidak hanya berfokus pada pensiun dini PLTU batubara.
Sebab, ada 5 program yang diusung dalam langkah mencapai transisi energi.
"Kan kita juga minta JETP 5 program. Early retirement (pensiun dini), transmission, baseload renewable, kemudian renewable yang tidak baseload, kemudian untuk ekosistemnya," papar dia.
Adapun dalam kuliah umum di Stanford University, San Francisco, Amerika Serikat, Jokowi menyoroti urgensi kolaborasi dan langkah strategis dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang semakin mengancam.
RI 1 menyatakan, tanpa kolaborasi dan langkah strategis konkret, keberlanjutan dan kelestarian bumi yang kita cintai tidak mungkin terjamin. Perubahan iklim dan transisi energi diakui oleh Jokowi sebagai isu mendesak di tengah kondisi dunia yang tidak stabil.
Indonesia, menurut Jokowi, telah mengambil peran dan komitmen nyata untuk mengatasi tantangan tersebut. "Untuk Indonesia, komitmen kami tidak perlu diragukan. Indonesia walks the talk, not talk the talk," tegasnya dikutip dari laman setkab.go.id.
Soal pendanaan iklim, Jokowi menekankan perlunya pendekatan yang membangun daripada membebani.
Menurutnya, pendanaan iklim masih mengikuti pola bisnis konvensional, seperti lembaga keuangan komersial.
Jokowi berpendapat bahwa pendanaan harus lebih bersifat membangun, bukan berbentuk utang yang hanya akan menambah beban negara-negara miskin dan berkembang. Dalam kesempatan tersebut, Jokowi juga memaparkan upaya Indonesia dalam melakukan transisi energi, salah satunya melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Merdeka.com