Bos BI Beberkan Alasan Masih Tahan Suku Bunga Acuan Saat Tren Penurunan Inflasi
Ternyata ini alasan Bank Indonesia masih tahan suku bunga acuan di tengah penurunan inflasi.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengungkapkan alasan dibalik keputusan menahan suku bunga acuan, meski inflasi Indonesia menunjukkan tren penurunan. Mengingat kondisi penurunan inflasi tersebut seharusnya memicu penurunan BI Rate.
Perry menjelaskan meskipun inflasi Indonesia saat ini berada pada level yang rendah. Keputusan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,25 persen sejak April lalu diambil dengan pertimbangan stabilitas ekonomi global.
"Untuk BI rate kenapa kemarin setelah April kami naikkan menjadi 6,25, dalam dua bulan kemarin kami tahan. Karena mestinya BI rate itu sudah turun," kata Perry dalam konferensi pers, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jakarta, Jumat (2/8).
"Mestinya. Karena BI rate itu adalah ditentukan bagaimana proyeksi inflasi ke depan. Dan inflasi tahun ini itu rendah," sambung dia.
Menurut Perry, salah satu tantangan utama yakni kenaikan terus-menerus dalam surat utang luar negeri. Khususnya US Treasury Note yang memberikan tingkat imbal hasil lebih tinggi dibandingkan dengan surat berharga negara (SBN) Indonesia.
Hal ini mengharuskan BI untuk mempertahankan suku bunga SRBI pada tingkat yang lebih tinggi sebagai langkah untuk mencegah arus keluar modal dan menjaga nilai tukar tetap stabil.
Perry juga menambahkan meskipun suku bunga SRBI saat ini lebih tinggi dari suku bunga SBN, keputusan ini diambil untuk menghindari tekanan pada nilai tukar dan mencegah potensi capital outflow yang bisa mengganggu stabilitas ekonomi domestik.
"Sehingga kenapa suku bunga SRBI-nya tadi lebih tinggi dari SBN. Karena memang US Treasury Note 2 tahun lebih tinggi dari yang bond. Dan juga untuk menghindari tadi tekanan nilai tukar sehingga kami menjual lebih banyak SRBI dan suku bunga SRBI-nya lebih tinggi," papar dia.
Menurutnya, langkah ini diambil untuk memastikan perekonomian Indonesia tetap terlindungi dari fluktuasi global yang dapat memengaruhi pasar keuangan.