Bos BI sebut wajar Rupiah melemah 11 persen ke Rp 13.700 per USD
"Beberapa negara tertekan depresiasinya sampai 21-24 persen," ujar Agus Martowardojo.
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo menyebut rata-rata nilai tukar Rupiah saat ini bergerak di kisaran Rp 13.600 - Rp 13.700 per USD atau melemah 11 persen (year to date). Meski demikian, Agus klaim posisi ini masih lebih baik dibanding depresiasi atau pelemahan yang dirasakan negara lain.
"Ini masih wajar (Rupiah Rp 13.600 - Rp 13.700 per USD). Beberapa negara tertekan depresiasinya sampai 21-24 persen. Rupiah sekarang year to date 11 persen. Ini masih dalam batas wajar dan diterima," ujar Agus di Gedung BI, Jakarta, Jumat (20/11).
-
Kenapa Bank Indonesia mengembangkan Rupiah Digital? Selain menjadi mata uang yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal dalam ekosistem digital di masa depan, Rupiah Digital juga menjadi solusi yang memastikan Rupiah tetap menjadi satu-satunya mata uang yang sah di NKRI.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Bagaimana Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah tetap berjalan? Bank Indonesia pun memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan. Bahkan, Bank Indonesia sudah siap dengan skenario dalam penerapan redenominasi rupiah ini.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
Menurut Agus, pelemahan Rupiah dipicu rencana kenaikan tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate). "Dan ada statement negara-negara besar dan utama mulai meninggalkan periode bunga rendah. Otomatis ada periode risk off dan tekanan terhadap Rupiah," jelas dia.
Terkait hal itu, Agus menyebutkan, pihaknya belum bisa menetapkan kebijakan untuk arah suku bunga acuan atau BI rate ke depan.
"Tidak bisa dijawab. Kita akan melihat data-data, info yang relevan, menganalisis data-data dan informasi, RDG kemarin ada kelonggaran moneter dalam bentuk penyesuaian GWM, current account defisit menurun," ungkapnya.
Nantinya, arah BI rate juga akan ditentukan dengan melihat kondisi perekonomian global. "Terutama di AS, pertumbuhan ekonomi di Jepang kembali mengalami resesi, ini akan membuat Jepang akan membeikan stimulus-stimulus, kondisi seperti ini perlu kita waspadai, BI menetapkan suku bunga sama, nanti di bulan Desember kita lihat lagi," tutup dia.
Baca juga:
Terus menguat, Rupiah sempat sentuh level Rp 13.597 per USD
RI dan pemerintah China sepakat kurangi transaksi gunakan Dolar AS
Utang luar negeri tembus Rp 4.118 T, BI klaim masih aman
JK: Negara APEC juga keluarkan paket kebijakan seperti Indonesia
BI klaim ada 1.309 perusahaan sudah lakukan lindung nilai