BPS: 233.000 keluarga di Kota Bekasi hidup di rumah kontrakan
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bekasi mencatat, jumlah keluarga di wilayah setempat mencapai 599.070. Dari jumlah tersebut, keluarga yang memiliki rumah mencapai 366.070, sedangkan sisanya 233.000 masih tinggal di rumah kontrakan.
Sebanyak 233.000 keluarga di Kota Bekasi, Jawa Barat, hidup di rumah kontrakan petak. Hal ini dipicu mahalnya harga rumah di wilayah tersebut, sehingga mengontrak rumah petak menjadi alternatifnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bekasi mencatat, jumlah keluarga di wilayah setempat mencapai 599.070. Dari jumlah tersebut, keluarga yang memiliki rumah mencapai 366.070, sedangkan sisanya 233.000 masih tinggal di rumah kontrakan.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Kapan kelas BPJS dihapus? Sehingga, Rizzky memastikan besaran iuran sekarang masih tetap sama dengan apa yang sudah berlaku selama ini."Untuk iuran masih tetap, karena tidak ada penghapusan kelas otomatis untuk iuran, ini masih mengacu kepada Perpres yang masih berlaku yaitu Perpres 64 tahun 2020 jadi masih ada kelas dan iuran masih sama," kata Irsan di kantor Kemenkes, Jakarta, Rabu (15/5).
-
Kenapa kelas BPJS dihapus? Irsan mengatakan, untuk penyesuaian iuran ini masih perlu diskusi lebih lanjut.
-
Apa yang ditemukan di Bekasi? Warga Bekasi digegerkan temuan kerangka manusia di sebuah lahan kosong. Polisi pun melakukan penyelidikan.
-
Kapan kerangka manusia ditemukan di Bekasi? Dia menjelaskan, kerangka manusia ditemukan di lahan Kosong Grand Wisata, Kampung Bulak Jambu, Tambun Selatan Kabupaten Bekasi pada pukul 17:00 WIB pada Rabu, 4 September 2024.
-
Dimana kerangka manusia ditemukan di Bekasi? Dia menjelaskan, kerangka manusia ditemukan di lahan Kosong Grand Wisata, Kampung Bulak Jambu, Tambun Selatan Kabupaten Bekasi pada pukul 17:00 WIB pada Rabu, 4 September 2024.
Kepala BPS Kota Bekasi, Slamet Waluyo mengatakan, jumlah penghuni rumah kontrakan diproyeksikan terus meningkat, seiring dengan pernikahan yang menambah jumlah keluarga baru.
"Harga rumah menjadi pertimbangan mereka menyewa rumah kontrakan," kata Slamet, Minggu (11/6).
Meski demikian, kata Slamet, hal ini tidak terlalu berisiko terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Bahkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bekasi tahun 2016 lalu mencapai 79.95 persen.
"IPM di bawah 60 masuk kategori rendah, lalu IPM 60 sampai 70 itu sedang. Sementara kalau 70 persen sampai 80 persen itu tinggi," katanya.
Adapun, indikator IPM berdasarkan tiga indikator yaitu kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Artinya, ketiga faktor tersebut di Kota Bekasi cukup bagus dibanding di daerah lain.
Kepala Dinas Sosial Kota Bekasi, Junaedi menjelaskan, tidak semua pengontrak rumah sewa masuk kategori orang yang tidak mampu. Menurut dia, ada juga orang yang tinggal mengontrak karena kebutuhan pekerjaan.
"Mayoritas pengontrak rumah sewa adalah pendatang. Akibat tidak memiliki lahan untuk membangun rumah, mereka lebih memilih mengontrak sementara," katanya.
Baca juga:
Hak anak kecil adalah mendapat pendidikan bukan bekerja
Ini program prioritas bos OJK baru Wimboh Santoso hingga 2022
Sri Mulyani akui pertumbuhan ekonomi tak kurangi angka kemiskinan
Jokowi sentil tingginya angka kemiskinan Gorontalo
Tekan kemiskinan, target pertumbuhan ekonomi disebar ke semua daerah