Butuh waktu lama dan uang miliaran dolar untuk bangun PLTN
"Proses review teknologi ini bisa memakan waktu 5-8 tahun dengan biaya miliaran dolar."
Institute for Essential Service Reform (IESR), Fabby Tuwiwa menjelaskan beberapa pertimbangan jika Indonesia ingin membangun dan mengembangkan teknologi nuklir. Pengembangan teknologi ini membutuhkan waktu lama dan uang yang tidak sedikit. Dalam perkembangannya, generasi nuklir 3+ (tiga plus) hampir 10 tahun kontruksi belum belum juga rampung.
"Proses review teknologi ini bisa memakan waktu 5-8 tahun dengan biayanya miliaran dolar (USD). Kemudian untuk melisensikan hasil review, Anda harus siapkan USD 600 juga hingga USD 1 miliar. Artinya butuh waktu dan proses yang memakan biaya besar," ungkap Fabby saat acara diskusi Energi Kita yang digagas merdeka.com, RRI, Sewatama, IJTI, IKN dan IJO di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Minggu (10/1).
-
Mengapa PLN membangun PLTS di IKN Nusantara? Presiden Jokowi mengatakan, pembangunan PLTS ini menunjukkan keseriusan pemerintah melalui PLN dalam menyiapkan sistem kelistrikan yang andal dan berbasis pada energi ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan listrik di IKN Nusantara. Hal ini selaras dengan pembangunan IKN sebagai forest city yang hijau dan ramah lingkungan.
-
Apa yang dibangun oleh PLN di IKN Nusantara? PT PLN (Persero) siap memenuhi kebutuhan listrik hijau di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 50 Megawatt (MW).
-
Siapa yang membangun PLTS di IKN Nusantara? PLTS ini dibangun melalui subholding PLN Nusantara Power (NP) bekerja sama dengan perusahaan energi asal Singapura, Sembcorp Utilities Pte. Ltd.
-
Kapan PLTS di IKN Nusantara ditargetkan beroperasi? PLTS yang berada di Sepaku, Penajam Paser Utara, ini ditargetkan rampung dan beroperasi pada Mei 2024.
-
Dimana PLTS di IKN Nusantara dibangun? PLTS yang berada di Sepaku, Penajam Paser Utara, ini ditargetkan rampung dan beroperasi pada Mei 2024.
-
Di mana PLTA Ketenger berada? Salah satu peninggalan Belanda itu adalah PLTA Ketenger, lokasinya berada di Gerumbul Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden.
Saat ini, lanjut Fabby, negara yang sedang mengembangkan teknologi nuklir adalah Inggris. Diperkirakan Inggris menghabiskan dana USD 14 hingga USD 15 miliar, untuk kelas daya listrik yang dihasilkan sebesar 1.200-1.300 mw.
"Jadi persepsi pembangunan nuklir perlu diketahui. Dan masyarakat pun harus mengetahuinya," tutur dia
Di sisi lain, dengan adanya PLTN nantinya pun, apakah Indonesia siap mengelola limbahnya secara baik. Atau malah, mendatangkan limbah baru di negeri ini.
"Amerika, Prancis dan Jerman saja pusing simpan limbah. Memang ada generasi nuklir empat yang sedang dikembangkan, di mana kegunaan limbah nuklir bisa dijadikan bahan bakar. Tapi apakah kita siap dengan keberadaan nuklir," katanya.
Fabby juga mengatakan kalau pembangunan proyek nuklir tidaklah mudah, sebab teknologi nuklir dinilai sangat berbahaya bahkan tidak aman.
Buktinya Prancis sebagai negara kedua terbanyak yang miliki reaktor nuklir, sudah seharusnya pada 2014, Prancis mengeluarkan kebijakan nuklir sebagai energi terbarukan. Tapi kenyataannya mereka malah mengatakan hingga 2025 listrik hasil PLTN pun hanya 25 persen.
(mdk/idr)