CEO McDonald’s Curhat Bisnisnya Anjlok Akibat Perang Israel Vs Hamas
McDonald's dan Starbucks telah mengalami kampanye boikot yang sebagian besar dilakukan secara spontan dan dilakukan oleh akar rumput.
Hal itu terjadi disebabkan seruan boikot terhadap merek dagangnya.
CEO McDonald’s Curhat Bisnisnya Anjlok Akibat Perang Israel Vs Hamas
CEO McDonald’s Curhat Bisnisnya Anjlok Akibat Perang Israel Vs Hamas
- Starbucks Bantah Dukung Israel: Kami Tidak Memberi Sumbangan Politik
- Starbucks Indonesia Salurkan Bantuan Kemanusiaan Rp5 Miliar untuk Penduduk Jalur Gaza
- Ternyata, McDonald’s Indonesia Kumpulkan Sumbangan Rp1,5 Miliar untuk Bantu Warga Palestina
- Starbucks: Kami Tak Pernah Beri Pendanaan Kepada Pemerintah Israel
CEO McDonald's, Chris Kempczinski mengeluh kondisi pasar di Timur Tengah dan beberapa pasar lainnya mengalami dampak bisnis imbas dari konflik Israel-Hamas.
Hal itu terjadi disebabkan seruan boikot terhadap merek dagangnya.
Jaringan restoran cepat saji besar di Barat termasuk McDonald's dan Starbucks telah mengalami kampanye boikot yang sebagian besar dilakukan secara spontan dan dilakukan oleh akar rumput.
Aksi ini dilakukan karena sikap mereka yang pro-Israel dan dugaan adanya hubungan keuangan dengan Israel.
Melansir dari Reuters, Kempczinski menilai ada informasi yang salah terkait McDonalds. Pihaknya sangat kecewa lantaran misinformasi yang tidak berdasar itu.
“Di setiap negara tempat kami beroperasi, termasuk negara-negara Muslim, McDonald’s dengan bangga diwakili oleh pemilik operator lokal yang bekerja tanpa kenal lelah untuk melayani dan mendukung komunitas mereka sambil mempekerjakan ribuan warganya,” kata Kempczinski dalam postingan LinkedIn.
Aksi boikot ini bermula pada bulan Oktober, yang mana akun media sosial McDonald's Israel mengatakan bahwa mereka telah memberikan ribuan makanan gratis kepada personel Pasukan Pertahanan Israel.
Unggahan tersebut tentu membuat respons penolakan dari waralaba McDonald's di beberapa negara Muslim, yang menyoroti polarisasi politik regional yang dihadapi perusahaan-perusahaan global selama perang.
Beberapa merek Barat merasakan dampak boikot di Mesir dan Yordania yang kini juga terjadi di beberapa negara di luar kawasan Arab termasuk Malaysia yang mayoritas penduduknya Muslim.
Sebagai informasi, pada tahun 2022, perusahaan ini mewaralabakan dan mengoperasikan sekitar 40.275 restoran McDonald's di lebih dari 100 negara.
Rantai makanan cepat saji ini melaporkan total pendapatan tahunan sebesar USD23,18 miliar atau Rp360 triliun (kurs Rp15.563) pada tahun tersebut.