Cerita Suami Sri Mulyani, Rela Jual Mobil Demi Sambung Hidup di Amerika Serikat
Sri Mulyani lebih memilih menerima tawaran beasiswa Dari University of Illinois Urbana-Champaign di Amerika Serikat.
Sri Mulyani, atau biasa disapa Ani, itu menghabiskan pendidikannya di Amerika Serikat. Usai menamatkan sarjana di Universitas Indonesia pada tahun 1986 sebagai lulusan terbaik.
Cerita Suami Sri Mulyani, Rela Jual Mobil Demi Sambung Hidup di Amerika Serikat
Cerita Suami Sri Mulyani, Rela Jual Mobil Demi Sambung Hidup di Amerika Serikat
- Tak Seribet di Indonesia, Melamar Kerja di Amerika Serikat Hanya Bawa Persyaratan ini
- Sri Mulyani Ungkap Untung Rugi Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Ekonomi Indonesia
- Heboh Bayar Uang Kuliah Pakai Pinjol, Sri Mulyani Contek Cara Amerika Kasih Pinjaman ke Mahasiswa
- Potret Mobil Kenegaraan Soekarno, Mewah di Zamannya & Saksi Peristiwa Bersejarah
Sosok Sri Mulyani Indrawati sangat lekat dengan pengelolaan keuangan yang sangat andal. Dia bahkan menjadi Menteri Keuangan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo.
Sri Mulyani, atau biasa disapa Ani, itu menghabiskan pendidikannya di Amerika Serikat. Usai menamatkan sarjana di Universitas Indonesia pada tahun 1986 sebagai lulusan terbaik.
Beberapa tahun kemudian, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menawarkan Sri Mulyani beasiswa S2 ke luar negeri. Dia sempat mendaftar ke University of Birmingham, Inggris dan diterima. Namun kesempatan itu ditolak.
Dirangkum dari berbagai sumber, Sri Mulyani lebih memilih menerima tawaran beasiswa Dari University of Illinois Urbana-Champaign di Amerika Serikat. Beasiswa itu sekaligus dengan program S3 atau Ph.D untuk Sri Mulyani.
Pada beasiswa S3 ini, Sri Mulyani diizinkan membawa keluarga. Hanya saja biaya hidup keluarga tidak ditanggung.
Beruntungnya, Sri Mulyani memiliki pasangan yang mendukung proses pendidikannya. Sehingga, Tonny Sumartono yang juga mengambil program Master di bidang Manajemen Keuangan (Finance), harus menjual mobilnya demi menyambung hidup bersama Ani dan anak mereka.
Program doktor yang dijalani Sri Mulyani diselesaikan pada tahun 1992 dengan disertasi tentang Pajak Penghasilan (Income Tax), dia menyelesaikan master dan doktornya hanya dalam waktu empat tahun saja.
Setelah menyelesaikan program doktornya, dia kemudian kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai wakil direktur pendidikan dan latihan di Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) di Universitas Indonesia hingga tahun 1995 dan kemudian menjadi Wakil Kepala Bidang Penelitian LPEM higga tahun 1998.
Dia juga sempat menjabat sebagai Kepala Program Magister Perencanaan Kebijakan Publik-UI hingga tahun 1999. Di awal tahun 2000-an, Sri Mulyani tinggal di Atalanta, Amerika Serikat dan menjadi konsultan US-AID.
Dia juga menjadi dosen pembimbing serta pendamping mahasiswa yang tinggal dan belajar di Amerika Serikat. Kemudian di tahun 2002, Sri Mulyani pindah ke Washington DC dan bekerja sebagai Direktur Eksekutif di IMF.
Beberapa tahun bekerja di IMF, di tahun 2004, Sri Mulyani kemudian kembali ke Indonesia setelah ditunjuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia dalam kabinet Indonesia Bersatu hingga tahun 2005.
Saat masa kepemimpinan SBY selesai, Sri Mulyani kembali didapuk menjadi bendahara negara di masa pemerintahan Jokowi - Ma'ruf.