Curhat Sri Mulyani Hadapi Fenomena Luar Biasa Selama Menjabat Jadi Menteri
Perempuan yang lahir di Bandar Lampung ini mengatakan, profesinya sebagai ekonom sering menghadapi suatu fenomena yang luar biasa, bahkan berulang dan berdampak pada kehidupan pribadi, masyarakat, hingga dunia.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati berbagi cerita pengalaman hidupnya yang dipercaya menjabat sebagai Menteri Keuangan dua periode pemerintahan. Baik di Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009) maupun Presiden Joko Widodo (2019-2024).
Hal itu disampaikan Sri Mulyani dalam acara Kementerian Keuangan CERDIK (Cerita di Kemenkeu Mengajar) 'Future Leaders' secara virtual, Senin (25/10).
-
Di mana Sri Mulyani dilahirkan? Sri Mulyani lahir di Tanjung Karang, Lampung, 26 Agustus 1962.
-
Apa yang dilakukan Sri Mulyani setelah bertemu dengan Jokowi? Namun, Sri Mulyani enggan bicara banyak setelah rapat bersama Jokowi. Dia menolak memberikan pernyataan dan enggan tanya jawab dengan awak media. Sembari menjawab singkat, ia cuma menunjukkan gestur minta maaf dengan tangannya.
-
Sri Mulyani bertemu Presiden Jokowi, apa tujuan pertemuannya? Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani diagendakan menemui Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Jumat (2/2) siang. Sri Mulyani akan melaporkan hal-hal terkait anggaran pendapatan belanja negara (APBN) tahun 2024.
-
Bagaimana Sri Isyana Tunggawijaya memerintah? Sri Isyana Tunggawijaya adalah raja perempuan Kerajaan Medang periode Jawa Timur yang memerintah berdampingan bersama dengan suaminya yang bernama Sri Lokapala.
-
Di mana Sri Mulyani dan Retno Marsudi bertemu? Kemarin (1/8), akhirnya kita bertemu saat rapat bersama di Istana Merdeka... Always glad to meet my bestie,",
-
Kenapa Siti Purwanti meninggal? Diketahui bahwa mendiang Siti Purwanti telah lama menderita penyakit jantung dan gagal ginjal.
Perempuan yang lahir di Bandar Lampung ini mengatakan, profesinya sebagai ekonom sering menghadapi suatu fenomena yang luar biasa, bahkan berulang dan berdampak pada kehidupan pribadi, masyarakat, hingga dunia.
"Jadi kalau saya mungkin sebagai ekonom waktu itu baru lulus ya seperti kemudian dihadapkan pada krisis ekonomi tahun 1997-1998 habis selesai PhD. Nah ini sama berarti diuji ilmu yang dipelajari masih tidak memadai karena masalah yang dihadapi dalam realita itu jauh lebih kompleks yang tidak hanya ada di dalam teks book, yang tidak hanya kompleksitas mengotak-atik data untuk membuat disertasi. Tapi ini kita bicara tentang the real life of people," kata Sri Mulyani.
Menurutnya, krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997-1998 itu memberikan pengalaman yang luar biasa untuk cerminan ke depannya dalam menghadapi krisis yang hampir serupa.
Kemudian, seiring berjalannya waktu, pada tahun 2004 dia dilantik menjadi menteri keuangan. Setelah menjabat menteri keuangan, dia dihadapkan dengan fenomena luar biasa lainnya yaitu tsunami Aceh, lalu krisis finansial global tahun 2008-2009. Sehingga, fenomena tersebut mendorong Sri Mulyani untuk merumuskan kebijakan.
"Saya masuk kepada kabinet suatu pekerjaan yang barangkali juga merupakan sesuatu yang tidak pernah kita siapkan. Tapi kalau begitu ada panggilan ya kita harus menjalankan dan melaksanakan dengan sebaik-baiknya dan waktu menjadi anggota kabinet itu nggak biasa-biasa saja gitu, ada peristiwa seperti tsunami Aceh yang itu kan juga sesuatu yang extra-ordinary," ujarnya.
Dia melanjutkan, global financial crisis atau krisis global tahun 2008-2009 yang mengguncangkan seluruh sektor keuangan dunia, dan Indonesia ikut terguncang. Walaupun sebetulnya persoalannya dari negara-negara maju terutama di Amerika dan menjalar ke Eropa. Kondisi ini juga menguji kembali pengetahuan, pengalaman, insting dan intuisi Sri Mulyani.
"Untuk merumuskan kebijakan diperlukan seluruh kemampuan analitik demi merumuskan langkah-langkah. Sama halnya dalam membuat metodologi ilmiah, namun bedanya dalam metodologi ilmiah membutuhkan laboratorium."
Dalam Ilmu Ekonomi
"Sementara dalam ilmu ekonomi, tidak ada yang memiliki yang namanya laboratorium. Jadi kita harus merumuskan dan menerapkan di dalam kehidupan langsung. Oleh karena itu, konsekuensinya menjadi sangat luas dalam setiap rumusan."
Apalagi saat ini dia dihadapkan dengan krisis baru yang tidak pernah dialami sebelumnya, yaitu pandemi Covid-19.
"Sekarang saya menjadi Menteri Keuangan Jilid Kedua, saya dihadapkan lagi dengan extra Ordinary challenge yaitu covid-19,” imbuhnya.
"Dalam setiap profesi tentu memiliki konsekuensi yang sangat besar bagi masyarakat, maka kita punya tanggung jawab yang lebih besar dan itu berarti harus benar-benar mengasah dan menjaga kepekaan kita di dalam bersikap, berpikir. Karena kita tahu ini akan mempengaruhi banyak sekali masyarakat,” pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)