Data BPS: Minat Masyarakat Naik Pesawat Belum Tinggi
BPS menjabarkan ada dua faktor penumpang pesawat rendah, padahal maskapai tidak menaikkan harga tiket.
BPS menjabarkan ada dua faktor penumpang pesawat rendah, padahal maskapai tidak menaikkan harga tiket.
- Ini Dampak yang Terjadi Saat Pemerintah Turunkan Harga Tiket Pesawat 10 Persen
- Harga Tiket Pesawat Dijanjikan Turun Mulai Oktober 2024, Ternyata Begini Langkah yang Diambil Pemerintah
- BPS Catat Harga Tiket Pesawat Turun di Ramadan 2024
- Menhub Pertimbangkan Naikkan Tarif Batas Atas, Siap-Siap Harga Tiket Pesawat Bakal Lebih Mahal
Data BPS: Minat Masyarakat Naik Pesawat Belum Tinggi
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan tiga faktor yang menyebabkan tarif angkutan udara mengalami deflasi pada Maret 2024 sebesar 0,97 persen menjelang musim mudik Lebaran.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, faktor pertama yakni masyarakat yang menggunakan mode angkutan udara masih sedikit.
Padahal, beberapa maskapai tercatat memberikan tarif angkutan udara yang lebih rendah pada Maret dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
"Pertama, masih sedikit masyarakat yang belum menggunakan moda angkutan udara dari sisi permintaan dan dari sisi supply memang banyak maskapai yang tidak menaikkan tarifnya,”
kata Amalia dalam konferensi pers BPS, Senin (1/4).
Faktor kedua, yakni banyak provinsi yang menambah rute penerbangan, sehingga berdampak terhadap tarif angkutan udara.
Contohnya, Bangka Belitung dan di Pangkal Pinang, juga penerbangan Jakarta—Bali yang frekuensi dan jenisnya makin banyak.
Selanjutnya, faktor ketiga, yakni adanya kebijakan pemerintah menurunkan tarif ke destinasi wisata superprioritas seperti Bali, Labuan Bajo dan Lombok.
Amalia mengakui bahwa laju inflasi pada bulan suci Ramadan tahun ini memang sedikit berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan data historis BPS, pada momen Ramdan dan lebaran 2022 dan 2023 kelompok yang biasanya paling dominan memberikan sumbangan andil inflasi adalah kelompok makanan minuman dan tembakau, serta transportasi.
"Namun demikian berbeda dengan kondisi historis tersebut pada periode Ramadan tahun ini, kelompok pengeluaran yang memberikan andil inflasi selain makanan minuman dan tembakau, yang terbesar kedua adalah perawatan pribadi dan lainnya dengan andil inflasi 0,04 persen,"
ujarnya.
Sementara itu, kelompok transportasi memberikan andil inflasi yang lebih rendah yaitu sebesar 0,01 persen pada bulan Maret 2024.
Hal ini didorong oleh tarif angkutan udara yang pada bulan Ramadan tahun ini ternyata mengalami deflasi sebesar 0,97 persen.
"Jika dirinci terdapat 20 provinsi yang mengalami deflasi tarif angkutan udara dan 17 provinsi mengalami inflasi tarif angkutan udara, sedangkan 1 provinsi lainnya stabil,"
pungkasnya.