Di pasar bebas ASEAN, rasio elektrifikasi RI kalah dibanding Vietnam
Pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi Indonesia mencapai 97,4 persen di akhir 2019.
Disadari atau tidak, Indonesia saat ini sudah memasuki era pasar bebas ASEAN atau masyarakat ekonomi ASEAN. Di saat bersamaan pula, rasio elektrifikasi Indonesia masih sangat rendah dibanding negara tetangga.
"Artinya rasio elektrifikasi kita lebih rendah dari pada negara-negara di ASEAN seperti Singapura, Brunai, Thailand, Malaysia dan Vietnam yang sudah berada di atas 95 persen," ujar Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah, Nasri Sembayang di kantornya, Jakarta, Kamis (7/1).
-
Di mana Pasar Pakelan berada? Di Desa Sidorejo, terdapat sebuah pasar tradisional yang letaknya terpencil bernama Pasar Pakelan. Lokasinya berada di pinggiran desa.
-
Apa yang dijual di Pasar Pakelan? Selain Haniq, ada pula Tawinem. Di pasar itu ia membeli gorengan. "Di sini apa-apa Rp500-an. Ini puli pecel, bahannya dari beras," kata Tawinem.
-
Di mana Pasar Benhil berlokasi? Sesuai namanya, pasar ini bermula dari sebuah pintu air yang membantu sirkulasi air di Jakarta untuk menjaga ketersediaan air.
-
Dimana lokasi Pasar Pakelan? Di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, ada sebuah pasar yang lokasinya terpencil. Namanya Pasar Pakelan. Lokasinya berada di kawasan perbukitan kapur.
-
Apa yang terjadi di Pasar Setan? Konon, pasar ini terletak di salah satu sabana luas yang menjadi jalur pendakian, dimana beberapa pendaki telah mengalami pengalaman yang tak terlupakan. Beberapa di antaranya melaporkan mendengar suara berisik dan keramaian yang mirip dengan suasana pasar, meskipun di jalur tersebut seharusnya sepi dengan hanya sabana luas dan tanah lapang.
-
Kapan Pasar Weleri diresmikan? Sejatinya gedung itu telah diresmikan pada Desember 2023.
Menurut Nasri, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan bersaing di ASEAN, perlu diimbangi dengan pertumbuhan rasio elektrifikasi. "Kami menargetkan rasio elektrifikasi sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik atau (RUPTL) 2015-2024 adalah menjadi sebesar 97,4 persen pada akhir tahun 2019," jelas dia.
Untuk memenuhi pertumbuhan tersebut diperlukan tambahan kapasitas terpasang sebesar 35.000 MW pada tahun 2015-2019 di luar 7.400 MW yang saat ini sedang dalam tahap konstruksi. Sedangkan pembangunan transmisi sepanjang 46.000 Kilo meter sirkuit (kms) dan Gardu Induk sebanyak 1.375 unit atau equivalen 108.789 MVA Mega Volt Ampere (MVA) yang akan dilaksanakan oleh PLN dalam periode tahun 2015 - 2019.
"Total biaya investasi proyek yang diperlukan untuk membangun pembangkit dan transmisi serta Gardu Induk dalam rangka mewujudkan program 35.000 MW cukup besar, lebih kurang Rp 1.021 triliun," ungkapnya.
Rencana pendanaan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan yang dilakukan oleh PLN seluruhnya menggunakan dana APLN yang bersumber dan Pinjaman Komersil dan Penerbitan Obligasi.