Di Tengah Pandemi Virus Corona, Indonesia Tetap Bisa Ekspor Baja ke Amerika Serikat
Kementerian Perindustrian mencatat di tengah perekonomian yang sedang melemah karena terdampak pandemi Virus Corona, kabar gembira datang dari sektor industri logam Tanah Air. PT Tata Metal Lestari, produsen Baja Lapis Alumunium Seng dan Baja Lapis Seng mengekspor produk pertama kalinya ke beberapa negara.
Kementerian Perindustrian mencatat di tengah perekonomian yang sedang melemah karena terdampak pandemi Virus Corona, kabar gembira datang dari sektor industri logam Tanah Air. PT Tata Metal Lestari, produsen BJLAS (Baja Lapis Alumunium Seng) dan BJLS (Baja Lapis Seng) mengekspor produk pertama kalinya ke beberapa negara, di antaranya Amerika Serikat, Puerto Rico dan Kanada.
Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian, Dini Hanggandari, mengapresiasi keberhasilan ini. Dia mengatakan, langkah ekspor merupakan langkah yang sangat tepat. Sebab, saat ini utilisasi baja tengah menurun hingga 50 persen karena pemerintah tengah terfokus dalam penanganan Virus Corona.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang ditemukan di Kawasan Industri Batang? Pada tahun 2019, seorang arkeolog asal Prancis bernama Veronique de Groot menemukan sebuah situs diduga candi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang di Desa Sawangan, Kecamatan Gringsing, Batang.
-
Apa yang dilakukan perajin batik di Giriloyo ketika pandemi COVID-19? “Pekerjaan kami hanya baca sholawat setiap hari. Saya berdoa sambil nangis,‘Ini kehendak-Mu ya Allah. Kalau memang Engkau menakdirkan seperti ini saya ikhlas’,” ujar Ninik mengenang kembali masa-masa sulit itu.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
"Pada dasarnya kalau untuk baja ini kita butuh untuk pemenuhan dalam negeri sendiri. Tapi jika ekspor dilakukan oleh industri yang produknya secara suplai sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri, itu (ekspor) sebagai diversifikasi pasar. Jadi itu (ekspor) memang kita dorong," ujar Dini di Jakarta, Kamis (9/4).
"Karena sekarang kan untuk produk hilir demandnya sedang berkurang. Karena orang perbelanjaan banyak ke obat-obatan, masker dan segala macam. Jadi kita berharap adanya diversifikasi pasar dengan melakukan terobosan ekspor. Jadi kita harapkan dengan adanya ekspor ini industri dapat bertahan dalam situasi seperti sekarang ini," sambungnya.
Guna mendorong terobosan ekspor ini pemerintah juga telah melakukan berbagai cara yang dapat memudahkan pelaku industri baja menembus pasar mancanegara. Selain menjamin suplai bahan baku dalam negeri sehingga rantai pasok tetap terjaga, pemerintah juga punya fasilitas FTA dengan negara mitra untuk menurunkan bea masuk produk dari Indonesia.
Selanjutnya mengenai standar yang dibutuhkan untuk menembus pasar ekspor, Dini menjelaskan, pada dasarnya SNI produk baja yang disusun dalam negeri sebagian besar juga sudah mengacu pada standar internasional.
"SNI yang disusun dalam negeri sebagian besar sudah mengacu pada standar JIS dan ASTM. Sehingga secara umum standar internasional dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri apabila industri tersebut sudah memenuhi SNI," jelas Dini.
Produk 100 Persen Buatan Indonesia
Sementara itu, Vice Presiden PT Tata Metal Lestari Stephanus Koeswandi menuturkan, total nilai BJLAS dan BJLS yang diekspor kali ini mencapai 300 ton pada tahap awal. Namun untuk selanjutnya akan ditingkatkan menjadi 2000 ton hingga 3000 ton per bulan dengan nilai USD 1,6 hingga USD 2 juta.
Dia menambahkan, ekspor perdana ini menunjukan bahwa baja produksi PT. Tata Metal Lestari yang merupakan 100 persen milik Indonesia (PMDN) terbukti bisa bersaing di pasar internasional dan memiliki standard mutu yang diakui secara internasional.
"Ekspor perdana ini merupakan awal dari milestone bagi BJLAS (Baja Lapis Alumunium Seng) dan BJLS (Baja Lapis Seng) produksi PT Tata Metal Lestari agar diterima di pasar global. Produk-produk yang diekspor tentu memiliki spesifikasi yang berbeda, di mana juga menggunakan standar mutu yang berbeda pula, yaitu ASTM (American standard), JIS dan European Standard. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi produsen baja nasional guna menyesuaikan ke beberapa standard mutu internasional pada produknya," jelasnya.
Stephanus berharap, langkah ekspor yang dilakukan PT Tata Metal Lestari juga dapat berkontribusi terhadap penerimaan Negara di tengah pandemi Covid-19 yang secara perlahan mengganggu roda perekonomian di semua lini.
Ekspansi ke luar negeri serta penggunaan produk dalam negeri ini diharapkan dapat menurunkan defisit neraca perdagangan Indonesia, dan diharapkan akan memberikan kontribusi atau pengaruh yang positif terhadap devisa negara, utamanya di tengah menurunnya kondisi ekonomi dalam negeri akibat pandemi Covid-19," jelasnya.
Keberhasilan ekspor perdana ini tidak lepas dari dukungan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan, dalam bentuk support kemudahan akses informasi untuk ekspor dan perijinan-perijinan yang dipermudah dengan sistem online. Diharapkan dengan dukungan kedua kementerian ini volume ekspor baja dapat ditingkatkan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan, khususnya pada industri baja.
(mdk/bim)