Dibayangi Kenaikan Kasus Covid-19, Kurs Rupiah Ditutup Stagnan di Rp14.105 per USD
Rupiah ditutup stagnan di posisi Rp14.105 per USD, sama dengan posisi penutupan pada akhir pekan lalu Rp14.140 per USD.
Nilai tukar atau kurs Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan ditutup stagnan, dibayangi sentimen kenaikan kasus Covid-19 secara global dan domestik.
Rupiah ditutup stagnan di posisi Rp14.105 per USD, sama dengan posisi penutupan pada akhir pekan lalu Rp14.140 per USD.
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Bagaimana nilai IDR ditentukan? Perubahan nilai IDR dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik, seperti inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik, dan faktor-faktor global seperti kondisi pasar internasional.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Kapan Pejuang Rupiah harus bersiap? "Jangan khawatir tentang menjadi sukses tetapi bekerjalah untuk menjadi signifikan dan kesuksesan akan mengikuti secara alami." – Oprah Winfrey
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
"Sentimen pergerakan Rupiah masih dipengaruhi oleh sentimen eksternal dari Amerika Serikat terkait stimulus fiskal yang seharusnya bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah," kata pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova di Jakarta, Senin (7/12).
Data pekerjaan AS pada akhir pekan lalu menunjukkan penggajian (payrolls) non-pertanian meningkat 245.000 bulan lalu, kenaikan terkecil sejak Mei, sebagai tanda pemulihan pekerjaan kehilangan momentum di tengah gelombang ketiga infeksi Covid-19.
Namun para pedagang menganggap data itu memberi tekanan pada Washington untuk mengeluarkan stimulus putaran baru guna membantu ekonomi yang dilanda Virus Corona, menjaga selera risiko secara keseluruhan tetap utuh dan membatasi kenaikan dolar AS terhadap mata uang berisiko.
"Prospek perekonomian global yang masih suram memberikan tekanan bagi rupiah," ujar Rully.
Menurut Rully, suramnya prospek perekonomian global tersebut dipicu jumlah kasus positif Covid-19 global yang masih belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Begitu pula dengan jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia yang justru menunjukkan tren peningkatan.
Secara global, total kasus positif Covid-19 telah mencapai 65,87 juta kasus. Sedangkan di dalam negeri kasus telah mencapai 581.550 kasus.
"Kurvanya belum terlihat akan melandai. Jadi kalau di dalam negeri isunya masih pada penanganan covid. Angka penularannya masih buruk," kata Rully.
Berpeluang Menguat
Dalam sepekan ke depan, lanjut Rully, mata uang Garuda masih berpeluang menguat di bawah level Rp14.100 per USD.
"Rupiah masih bisa menguat di bawah Rp14.000 dipengaruhi sentimen eksternal dari prospek stimulus fiskal di AS asalkan ada tren penurunan angka Covid-19 di dalam negeri," ujar Rully.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp14.108 per USD. Sepanjang hari, Rupiah bergerak di kisaran Rp14.105 per USD hingga Rp14.125 per USD.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin menunjukkan, Rupiah menguat menjadi Rp14.135 per USD dibandingkan hari sebelumnya di posisi Rp14.182 per USD.
(mdk/idr)